Jumat, 25 Maret 2011

Tentang Janji

Hati-hati berjanji kalau tak bisa menepati. Hati-hati bicara kalau tak bisa mempertanggungjawabkan. Karena disinilah letak kepercayaan seseorang kepadamu.
Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam terkenal dengan sifat al-aminnya, dapat dipercaya. Karena beliau tak pernah berkata bohong. Beliau tak pernah ingkar janji.

Tahukah kamu kawan, apa itu ciri kemunafikan? Dalam hadits disebutkan 3. Salah satunya jika berjanji tak ditepati. Ya, olehnya, jangan sering mengumbar janji. Terlalu sering mengumbar, berat pula pertanggungjawabannya. Salah sedikit, kepercayaan seseorang bisa hilang. Dan taukah kalian bagaimana perasaan seseorang yang engkau beri janji tapi tak kau tepati? Dan cobalah berada di posisinya, bagaimana yang Anda rasa begitupula yang ia rasa.

Jangan mengumbar janji kalau tak bisa menepati, kawan. Jika memang kita merasa tak bisa menepati, cobalah tuk katakan. Ya, cobalah tuk katakan daripada kepercayaan itu luntur bahkan akan hilang sama sekali. Apalah artinya kita jika kepercayaan orang pada kita telah luntur atau hilang. Lagi pula, apa salahnya berbicara dan meralat janji kita kalo memang kita tak bisa. Makanya kawan, jangan terlalu sering mengumbar janji. Bukankah engkau pernah mendengar ’mulutmu harimaumu’. Ya, janji itu keluar dari mulut kita (walau kadang pula hanya berupa tulisan). Tapi taukah kamu kawan? 1 kata saja yang keluar dari mulut kita akan dipertanggungjawabkan di akhirat kelak. Lalu bagaimana dengan janji kita kawan? Yang mungkin saja bukan hanya 1 kata, mungkin pula bukan 1 kalimat. Apakah kita pernah memikirkannya kawan? Jika memang tak pernah, maka mari... Mulai saat ini, kita berjanji pada diri kita. Ya, berjanji dulu pada diri kita untuk tidak sering mengumbar janji pada orang. Mari kawan, kita mulai dari sekarang untuk tidak mengumbar janji. Agar tak banyak yang tersakiti dengan janji kita.


Sinjai, 23 Februari 2011


Ket: Gambar diambil dari sini

Jumat, 11 Februari 2011

Jika engkau berbuat baik....

”Satu pelajaran dari semut, sesibuk apapun, ia selalu berhenti sejenak untuk mnyapa teman-temannya. Maka sesibuk apapun Anda, berhentilah sejenak untuk menyapa teman-teman atau orang yang Anda kasihi.”

Bagaimana engkau memperlakukan orang, begitu pula engkau akan diperlakukan. Jika engkau selalu memberikan perhatian kepada orang lain, maka jangan heran jika orang lain juga akan memberikan perhatian padamu. Begitupun sebaliknya. Jika engkau jarang memperhatikan/tak peduli, maka jangan heran jika dirimu tak dipedulikan oleh orang lain.

Jika engkau selalu berlaku baik pada org, maka orang lain pun akan berlaku baik padamu. Oleh karenanya, berbuat-baiklah kepada orang lain sebagaimana engkau ingin orang lain berbuat baik padamu.

Jumat, 21 Januari 2011

Lega... (2)

Bismillah….

Tak henti-hentinya syukur ini terucap saat diri ini keluar dari ruang ujian. Terharu. Alhamdulillah, ternyata sy jg bisa menyelesaikan studi ini. Jazakumullahu khairan buat semuanya yang turut memberikan andil dan mendukung sy dalam penyelesaian studi ini. Buat orang tuaku Muh. Qasim Saguni dan Maryati Rauf, atas do’anya yang sangat sangat berarti buatku. Walopun sy tak pernah meminta mereka untuk mendoakan sy, tapi saya sangat sangat yakin, tanpa sy minta, mereka pasti mendoakan setiap langkah yang kutempuh. Buat suami tercinta, Ahmad Ariyanto HS, jazakallah khayr atas pengorbanan dan kesabarannya menanti. Anakku ’Abdullah Faqih yang menjadi dorongan terbesar dlm diri ini untuk segera menyelesaikan skripsi. Buat 8 adik-adikku, Ulhaq [jazakallah atas doa2nya di sana], Hafidz-Saddid-Abdul Hadi [jazakunnallahu khayr sdh ngantar jemput sy ke kmpus], Nabhan-Mujtahid-Nisah-Hanif [ jazakunnallahu khayr jg sdh mbuat sy trhibur di rumah saat jenuh melanda]. Buat sluruh keluarga besarku, sahabat-sahabatku, akhawat dan bwt smuanya yg tdk bisa kusebut 1/1, jazakumullahu khayr. Semoga urusan kalian dipermudah oleh Allah dan mendapatkan pahala atas jasa antunna kepada sy.



@samata, 21012011