Selasa, 15 Maret 2016

Akhlakmu, Saudariku...

Bismillaah...

Baru saja euforia kesenangan saya rasakan beberapa hari yang lalu, karena ditelpon oleh seseorang yang sangat kusegani. Hampir 10 tahun kami tak pernah bertemu. Hari itu, tidak seperti biasanya, ia menelponku. Menanyakan keberadaanku dimana tapi tak memberi tahu kalau ia siapa. Saya disuruh menebak. Saya yang memang jarang menyimpan nomor, tentu tak bisa langsung tahu. Alhamdulillaah, lama kelamaan, mendengar suara tawanya yang khas, saya langsung menebak kalau ia adalah kak "WR", sebut saja begitu.

SURPRISE, kesan saya awalnya. Tapi, saya berpikir, mungkin ada keperluan. Ternyata betul. Tak berapa lama saya menebaknya, ia menyampaikan hajatnya. Ia butuh sesuatu. Sayangnya, sesuatu yg ia butuhkan itu berada di Sinjai, dan ia butuh cepat. Karena ipar saya juga pujya sesuatu itu, akhirnya saya mengalihkannya padanya.

Terhubunglah ia...
Dan hari ini, iparku menelpon. Ia curhat. Katanya, ia sudah memperlakukan kak "WR" dengan baik, membawakan sesuatu itu langsung ke rumahnya. Yang dibawa sangat banyak, karena kak WR memang meminta untuk dibawakan, semuanya. Sampai disana, ternyata tak ada satupun yang diambilnya. Ini kasus pertama.

Sesampai di rumahnya, iparku di telpon lagi. "Jual "ini" dek?"
"Iya, kak"
"Minta tolong dibawakan ke rumah"
"Saya tidak bisa, kak"
"Minta tolong sama pegawaita'"
Lanjut berlanjut. Dibawakanlah "ini" itu ke rumahnya sama pegawai iparku. Kak WR menyuruh untuk menyimpan barang itu. Katanya ingin dicoba dulu.
"Baiklah kalau begitu, kata iparku.
Esoknya, iparku sms "bagaimana, kak? Ada yang cocok?"
"Tidak ada yang saya suka, dek. Besok saya kembalikan ke toko ta'"

Dikembalikanlah "ini" itu ke toko iparku. TAPI, disini letak kesalahannya. Kak WR mengembalikan "ini" itu tidak seperti semula. Terbongkar-bongkar. Yang dalam dus sudah tidak berada dalam dusnya, dan lain lain, dan lain.
Trus, pas pengembaliannya pun sangat tidak sopan, katanya.
"Dek, ini di'. Buru2ka'...."
Tak ada kata maaf, katanya.

Subhanallaah...
Inikah akhlakmu, wahai saudariku?
Subhanallaah...
Andai itu dilakukan oleh orang yang tak berilmu, mungkin bisa dipahami.
Tapi, tidak.
Ia seorang yang sangat berilmu. Istri seorang yang sangat berilmu pula.

KECEWA, itu kata iparku.
Ternyata, tidak semua ummahat bisa dipercaya.
Tak semua, katanya.

Saya sebagai penghubung ia mengenalnya rasanya tidak enak sekali.

Qaddarullaah wa maa syaa a fa'ala.

Sinjai, 15 Maret 2016

Minggu, 13 Maret 2016

Bergerak Tanpa Kata

Bismillaah

Selalu ilfeel sama orang yang kalau marah, tidak bisa mengendalikan dirinya. Maunya memukul atau apalah yang berbau kekerasan.

Dan yang paling sial, kalau itu menimpa kita. Saya dan kamu. Ah, semoga tidak terjadi padamu dan semoga kamu yang membacanya pun tidak berlaku demikian.

Saya, jangankan dipukul, dicubit, dilempari dan segala bentuk kekerasan lain, SAYA SUDAH KENYANG. Sisa dibunuh mungkin yang belum terjadi. Lebay? Saya rasa tidak..

Teruntuk anak-anakku kelak...
Berlalu lemah lembutlah kalian terhadap semua orang, nak..
Dalam keadaan senang, sedih, maupun marah..
Jangan pernah kalian lampiaskan kemarahan kalian dalam bentuk kekerasan, nak... Jangan!
Karena itu sangat menyakiti hati maupun fisik..
Pilihlah pasangan hidup yang tepat..
Jangan asal pilih.. Jangan asal cantik.. pun, jangan asal gagah, nak
Karena sesungguhnya perbuatan buruk itu menular, dan bisa menjangkiti siapapun yang berdekatan dengannya..

Jika kalian marah, nak.. beristighfarlah.
Diamlah, nak.. adukan semua pada Allah
Biarlah Allah yang membalasnya.

Jangan kau salurkan marahmu dalam bentuk kekerasan, nak... jangan! Sekali lagi, jangan!

Sinjai, 13 Maret 2016

Jumat, 11 Maret 2016

Pilihannya Sendiri

Bismillaah..

Ada saatnya, tempat pakaian yang biasanya tersusun rapi, kini berhamburan tak sedap dipandang.

Ada kalanya, si baby yang biasanya pakaiannya diambilkan oleh sang ibu, kini bisa mengambil sendiri pakaiannya.

Ada masanya, si baby, yang pakaiannya dipilihkan oleh sang ibu, kini beranjak dewasa dan memilih sendiri pakaiannya.

Ia mulai menyukai satu atau beberapa jenis pakaian. Cuci, kering, pakai. Itulah jenis baju kesukaannya. Saat pakaian lain terlihat, ia cuek. Ia bahkan tak ingin dipakaikan atau memakainya.

Dan kini, ia pun mulai belajar memakai sendiri, pilihan sendiri.

Alhamdulillaah bini'matihi tatimmusshoolihaat

Tumbuh dan besarlah nak menjadi harapan ummi dan dan abi, menjadi pengh5afal alqur'an, da'i yang menyeru kebenaran, serta selalu memilih jalan kebaikan sebagai pilihan hidupmu.

Abdullah Ziyad, 2 tahun 5 bulan.

Sinjai, 11 Maret 2016

Rabu, 09 Maret 2016

Gerhana Matahari 2016

Bismillaah...

Dari kemarin, rameee sekali orang-orang membicarakan gerhana matahari. Dari bulan lalu malah. Sempat liat juga ada yang jual kacamata buat gerhana dan waktu itu saya belum 'ngeh'. Ternyata...

Hari ini, hari yang disebut-sebut akan terjadi peristiwa langka, peristiwa yang mungkin terjadi sekali dalam ratusan tahun.

Dari kemarin sudah woro-woro sebar undangan buat sholat gerhana. Saya, yang qaddarullaah lagi berhalangan untuk sholat, bangun hari ini dengan santai. Beraktivitas seperti biasa (mencuci). Setelah mencuci, langit seperti mendung, subhanallaah.. tapi tetap, saya tak bisa melihat gerhana seperti yang ditayangkan di televisi. Namun, saat itu, jam 8 tepatnya, kondisi begitu gelap. MENGERIKAN bagi saya. Perbanyak istighfar, karena Rasulullaah mengatakan, tidaklah gerhana datang melainkan sebagai adzab buat suatu kaum, naudzubillaah...

Pemandangan berbeda terlihat di televisi. Orang-orang menyaksikan gerhana dengan sorak sorai, teriakan bahkan lompat-lompat pertanda senang. Subhanallaah...

Saya jadi merinding, bagaimana jika saat ini juga, Allah tak memunculkan kembali matahari. Bagaimana jika saat ini juga, hari kiamat betul-betul terjadi. Sekali lagi, saya MERINDING ketakutan.

Di sisi lain, anak tertua saya, 'Abdullah Faqih (5y2m) yang sejak kemarin menanti, yang sejak kemarin pertanyaannya tak pernah bergeser "Ummi, besok hari kiamat?", hari ini ia bangun dengan semangat. Ia berniat untuk ikut sholat gerhana bersama abinya. Tapi, ternyata ia tak sadar ikut ke tantenya yang mau ke pasar. Alhasil, ia tidak ikut bersama abinya.

Sepulang dari pasar, ia berteriak.
"Mana abi, ummi?"
"Abi ke mesjid."
"Masjid mana?", teriaknya kembali.
"Ke mesjid dekat rumahmeki' qt, nak. Ada mungkin nenek bapak disitu".

Ia kesana. Dan kembali lagi ke rumah dengan tangisan.
"Tidak ada, ummi".
Ia menangis lagi, mencari abinya. Menyuruhku menelpon, tapi yang ditelpon tak jua mengangkat hpnya.
"Mungkin lagi sholat gerhana mi, nak".
Ia menangis, meraung-raung "Tidak sholat gerhana ma' saya, ummi".

Yah, qaddarullaah..

Setelah matahari muncul kembali, Faqih kembali mengatakan "Nanti malam beginiji lagi. Gelap lagi ummi toh".

"Iye, nak. Sebentar gelapji lagi, kalau malam"
"Sudahpi sore ummi toh?"
"Iye..."

Apa yang terbaik, itulah yang terjadi


Sinjai, 9 Maret 2016