Sabtu, 29 Desember 2018

Bersabarlah...

Bismillah...

Jika kita lelah
Ingat kembali, dunia ini tidak selamanya ditinggali
Kelak, di sana, di syurga ~Insyaallah~, tidak ada lagi kelelahan
Tidak ada lagi kesusahan
Tidak ada lagi kepayahan

Jika kita ingin menyerah
Dengan ujian, kesulitan, kesakitan
Ingat kembali, pahala di depan sana menanti
Bukankah itu saja yang kita cari selama kita di tempat singgah ini?
Bukankah kita memang hanya ingin mengumpulkan sebanyak-banyaknya tabungan pahala untuk kelak menjadi pemberat di hari perhitungan?

Mengeluh itu gampang
Yang susah adalah bersyukur
Bersyukur dalam kondisi yang tidak mengenakkan
Bersyukur dalam kondisi yang hampir membuat kita menyerah

Tapi, ingat kembali
Allah menguji sesuai dengan kadar kemampuan
Allah menguji untuk menaikkan derajat kita

Diuji dalam "ketidakenakan"
Terkadang bagi sebagian orang, itu lebih mending dibanding diuji dalam "kenikmatan"
Ujian "nikmat" itu lebih sulit
Karena kebanyakan orang-orang lalai dengan nikmat

Maka bersyukurlah diuji dalam kesempitan, kesakitan dan segala yang berbau "ketidakenakan" menurutmu
Allah ingin dirimu kembali
Allah ingin dirimu lebih banyak memohon
Allah ingin dirimu lebih banyak meminta padaNya

Karena hanya Dialah yang mampu mengatasi
Hanya Dialah satu-satunya tempat berharap yang tidak membuat kecewa
Di saat begitu banyak manusia di sekitar kita, bahkan orang terdekat kita, yang terkadang kita menaruh harapan, tapi kecewa yang didapat

Itulah mengapa, kembalikan semuanya pada Allah
Karena ujiannya tak pernah salah orang
Karena ujiannya tak pernah salah sasaran

Hanya Allah-lah tempat bergantung, tempat kembali, tempat berharap
Apapun itu

Berharap Allah tidak meninggalkan kita sedetik pun



Makassar, 29 Agustus 2018

Selasa, 25 Desember 2018

Husnul Khatimah

Bismillaah...

Kematian itu pasti, ajal itu sudah ditentukan. Tak perlu khawatir.
Iya, betul.

Tapi, setelah kematian, itu yang paling mengkhawatirkan.

Saya, seringkali memikirkan, bagaimana jika masa itu tiba saat ini.
Siapkah saya?
Selamatkah saya?
Apakah malaikat maut mencabut nyawaku dengan lembut atau sebaliknya?
Lalu setelahnya bagaimana?
Pertanyaan malaikat di alam kubur, akankah saya lancar menjawabnya?
Atau...
Lalu...
Setelahnya, apa? Akankah saya dikumpulkan dengan orang-orang sholeh, atau?

Terlalu banyak yang mesti dipersiapkan, sementara rasanya, kita (*saya) berkejaran dengan waktu. Kadang-kadang, ingin rasanya mengabaikan hal duniawi untuk fokus beribadah. Tapi...

Jika mengingat kembali semua kejadian yang akan dialami di alam kubur, mengingat bagaimana kehidupan orang sholeh dan orang salah setelah kematian, rasa-rasanya...

Apa yang telah saya perbuat sebagai bekalku kelak "pulang ke kampung abadi"?
Rasanya, masih sangat sedikit, bahkan mungkin tidak ada. Sangat khawatir, amalan yang pernah atau saya lakukan selama ini, Allah tolak. Astaghfirullaah...

"Jangan pernah merasa aman dengan amalan yang kita perbuat, karena orang-orang sholeh terdahulu, yang amalan sholehnya jaaaaauh lebih banyak dari kita sekarang ini, masih saja menangis dan mengkhawatirkan "kehidupan"nya kelak."

Semoga Allah istiqomahkan kita dengan sesuatu yang baik-baik saja.
Semoga Allah berkenan meridhoi ibadah kita
Semoga Allah mau mengampuni dosa-dosa kita
Semoga Allah curahkan rahmat untuk kita
Hingga akhir hayat kita adalah husnul khatimah

Jika akhirnya kita husnul khatimah, maka setelahnya tak perlu lagi dirisaukan.
Segalanya akan dipermudah.

Semoga kita termasuk didalamnya, orang-orang yang Allah panggil dalam akhir hidup yang baik, aamiin..


Makassar, 25 Desember 2018

Sabtu, 22 Desember 2018

Menikah, Takdir Allah

Bismillaah...

"Kak, tahun berapaki' menikah?"
Tiba-tiba ditanya sama adminnya Mutiara Hijab Kids saat lagi baring-baring liat-liat hape.

"Hmm.. tahun 2009", jawabku.

"Waktu itu, qt masih kuliah?"

"Iya, tapi sudah semester akhir. Tinggal PPL, KKN, seminar proposal trus skripsi."

"Kata ummu xxx, katanya qt masih muda karena dulu juga menikah muda".

"Ah, tidak juga. Saya menikah hampir usia 21".

"Masih muda itu, kak. Normalnya kan menikah usia 25 tahun".
. . .
Percakapan terhenti. Ia melanjutkan kerjaannya, bungkus-bungkus paket yang akan dikirim.
. . .

Dulu, sebelum menikah, saya inginnya cepat. Namun, takdir Allah, saya menikah di usia hampir 21 tahun. Bagi saya, itu sudah agak lambat. Allah yang paling tau kondisi. Pun inginnya saya punya anak setelah menikah, ternyata Allah karuniai setelah 9 bulan pernikahan. Semuanya penuh dengan hikmah.

Jadi, dalam urusan takdir, kita tidak boleh berprasangka buruk pada Allah, "Kenapa jodohku belum datang, kenapa saya belum menikah, kenapa saya belum punya anak, Allah tidak sayang saya, Allah tidak adil".

JANGAN!!!

Karena yang paling tau diri kita adalah Dia yang menciptakan kita.
Boleh jadi, maunya kita menikah cepat, tapi Allah liat, kalau kita menikah cepat, akan ada mudharat yang terjadi. Atau, bisa saja, kitanya memang belum sanggup menjalani pernikahan di usia yang mungkin menurut kita sudah mampu.
Kembalikan semuanya pada Allah, jangan memaksakan, tapi minta yang terbaik pada Allah. Tetap bersabar dengan segala kondisi yang ada saat ini. Semoga sabar itu mendatangkan pahala berlipat ganda dan Allah hadirkan jodoh yang jauh lebih baik dari yang kita minta.

aamiin


Makassar, 22 Desember 2018

Kamis, 06 Desember 2018

Ukurannya Adalah Manfaat

Bismillaah...

~ Sukses, tidak diukur dari seberapa banyak uangmu. Namun, seberapa banyak engkau meringankan orang lain. Ukurannya adalah manfaat. ~

Maasyaallah...
Ini kalimat, menusuk banget (buat saya). Tiba-tiba terpikir, adakah saya bermanfaat bagi orang lain? Adakah saya masih dibutuhkan sama orang lain? Masihkah keberadaan saya bisa meringankan kesusahan orang lain?

Tiba-tiba merenung sendiri. Mengingat semua yang telah saya lakukan.
Juga, saya mengingat kepada semua yang pernah saya mintai bantuan. Lalu, saya teringat kepada seseorang yang sering saya mintai bantuannya. Ia, saya dibantu, tapi sebelumnya didahului dengan banyak "kata-kata". Hingga suatu ketika, saya betul-betul butuh pertolongan. Tapi dengan halus, ia menolak. Mulai detik itu, saya berjanji (pada diri sendiri), untuk tidak lagi meminta tolong padanya, sebisa mungkin.

Lalu?

Saya mengembalikan kepada diri saya sendiri. Jika saya diperlakukan seperti itu, apakah perilaku saya sama seperti dirinya? Yang membantu tapi setengah hati.
Maka beruntunglah kita jika ada orang yang meminta tolong pada kita. Itu artinya, mereka melihat kita bisa, mereka melihat kita bisa meringankan kesusahan mereka. Dan sangat merugi jika tidak ada lagi orang yang meminta tolong sama kita. Karena itu artinya, kita sudah tidak ada lagi manfaatnya buat mereka.

Seringkali, mungkin terbersit di pikiran kita, "Ah, orang itu hanya memanfaatkan saya saja. Kalau ada maunya, dia baik, kalau tidak, kita diacuhkan".
Beruntunglah kita jika kita dimanfaatkan. Itu artinya, kita masih punya manfaat. Coba kalau tidak? Membantu orang itu jangan mengharap balasan. Biar Allah saja yang balas. Selalu ingat hadits dari Rasulullaah, kurang lebih kayak gini "Barangsiapa yang meringankan beban saudaranya di dunia, maka Allah akan meringankan juga bebannya di hari kiamat (nanti)".

Maasyaallah...

Patokan kita, kembalikan semua ke Allah. Hidup di dunia sebentar saja. Kita cari apa di dunia? Semuanya akan kita tinggalkan.

Jangan sampai, karena urusan kita yang sebenarnya masih bisa ditunda atau dikerjakan di waktu lain, kita menolak permintaan tolong dari yang butuh.

Iya...

~ Sukses itu tidak diukur dari seberapa banyak uangmu. Namun, seberapa banyak engkau meringankan orang lain. Ukurannya adalah manfaat. ~

Semoga saja, kita masih bermanfaat terhadap orang-orang di sekitar kita.
Aamiin


#muhasabah

Minggu, 02 Desember 2018

Reuni 212

Bismillaah...

Aksi bela qur'an tahun lalu, saya teringat dengan lelaki berkacamata ini
~rahimahullah~ 💚💚💚


Ia, yang tahun lalu masih bersama kami, keluar dari rumah dini hari untuk berangkat ke Makassar dalam rangka mengikuti aksi bela qur'an ini. Ia begitu semangat, sama seperti semangatnya dalam mengerjakan amalan-amalan lain. Jauh hari sebelumnya, ia juga membuka kesempatan beramal kepada para kaum muslimin untuk mendanai aksi tersebut.

Saya, yang ditakdirkan Allah memiliki akal yang terbatas, seringkali mempertanyakan maksud dan alasan dibalik apa yang ia lakukan. Bukan hanya itu, kejadian masa kini hingga instruksi ulama pun kadang saya pertanyakan, karena terkadang, ada sesuatu yang bagi saya "tidak masuk akal". Kemana saya bertanya tentang itu semua? Kemana lagi kalau bukan ke suami ~rahimahullah~.

Allah takdirkan ia memiliki wawasan yang luas, yang terkadang, yang saya pikirkan tidak sampai kesitu. Tapi beliau tidak. Ia jelaskan dengan sangat rinci, detail, dari segi ilmiah, dari sudut pandang yang berbeda. Maasyaallah...

Seperti kejadian tahun lalu, aksi bela quran 212, jangan kira saya tidak mempertanyakan. Namun, pertanyaan lanjutan saya terhenti dengan jawaban, "Ikuti saja instruksi ulama, ikuti saja arahan mereka. Mereka tidak berpikir sendirian. Mereka tidak melakukan sesuatu sesuai hawa nafsu mereka. Mereka punya ilmu. Mereka pakai strategi. Mereka lebih tahu dari kita. Ikuti saja mereka. Mereka adalah ulama. Kalau kalian masih percaya ulama, maka ikuti apa kata mereka."

Sungguh benar apa yang Rasulullaah pernah sampaikan,

مَا رَأَيْتُ مِنْ نَاقِصَاتِ عَقْلٍ وَدِينٍ أَغلَبُ لِلُبِّ الرَّجُلِ الْحَازِمِ مِنْ إِحْدَاكُنَّ. فَقِيلَ: يَا رَسُولَ اللهِ، مَا نُقْصَانُ عَقْلِهَا؟ قاَلَ: أَلَيْسَتْ شَهَادَةُ الْمَرْأَتَيْنِ بِشَهَادَةِ رَجُلٍ؟ قِيلَ: يَا رَسُولَ اللهِ، مَا نُقصَانُ دِينِهَا؟ قَالَ: أَلَيْسَتْ إِذَا حَاضَتْ لَمْ تُصَلِّ وَلَمْ تَصُمْ

“Aku tidak pernah melihat orang yang kurang akal dan agamanya paling bisa mengalahkan akal lelaki yang kokoh daripada salah seorang kalian (kaum wanita).” Maka ada yang bertanya, “Wahai Rasulullah, apa maksudnya kurang akalnya wanita?” Beliau menjawab, “Bukankah persaksian dua orang wanita sama dengan persaksian seorang lelaki?” Ditanyakan lagi, “Ya Rasulullah, apa maksudnya wanita kurang agamanya?” “Bukankah bila si wanita haid ia tidak shalat dan tidak pula puasa?”, jawab beliau. (Muttafaqun ‘alaih, HR. Bukhari no. 1462 dan Muslim no. 79)

Hari ini, ia absen untuk reunian di dunia.

Semoga kelak kita bisa bersama-sama reuni di syurgaNya, aamiin.


(وَنَزَعْنَا مَا فِي صُدُورِهِمْ مِنْ غِلٍّ إِخْوَانًا عَلَىٰ سُرُرٍ مُتَقَابِلِينَ)

"Dan Kami lenyapkan segala rasa dendam yang ada dalam hati mereka; mereka merasa bersaudara, duduk berhadap-hadapan di atas dipan-dipan."
[Surat Al-Hijr 47]

Diluar Kehendak

Bismillaah

Seringkali, kita sudah menyusun rencana dengan matang untuk dikerjakan esok harinya, namun, pada kenyataannya, yang terjadi berbeda atau di luar rencana. Seperti yang terjadi pada saya, kemarin.

Berencana melaksanakan beberapa agenda yang telah direncanakan jauh hari, qaddarullah, kenyataan di luar rencana. Membayangkan setelah kerja ini, lalu kerja itu, trus yang ini kemudian yang itu. Tapi, yang terjadi? Di luar rencana. Hanya 1 agenda yang terselesaikan.

Padahal, kemarin momennya sangat pas untuk menyelesaikan semua yang tertunda *rencananya*. Pikir saya, ketika anak-anak tidak di rumah (*kemarin diajak omnya ke laut), saya bisa menyelesaikan banyak pekerjaan. Nyatanya? Apalah saya tanpa mereka. Saya ditegur lagi sama Allah, kalau ternyata kehadiran anak-anak khususnya ketiga kakak anak bungsu saya, begitu berarti.

Saya berpikir, ketika mereka tidak di rumah, saya bisa menidurkan Hanin dengan tenang tanpa gangguan, lanjut mencuci, menjemur pakaian, kerja rekapan untuk persiapan tutup buku di toko, lalu sederet rencana "me time" yang lainnya. Saya berpikir, jika ada kakak-kakaknya, tentu pekerjaan ini agak sedikit terhambat karena tidur Hanin akan terganggu dengan gangguan dari kakaknya atau suara teriakan dari mereka yang kadang terjadi.

Nyatanya, sama saja. Ketika Hanin terbangun dan tidak melihat saya, ia menangis sekeras-kerasnya seperti habis disakiti. Padahal, cucian masih setengah proses, belum selesai. Dan saya harus meninggalkan cucian demi menemani anak sholehahku ini. Kadang, jika kelihatannya ia asyik bermain, saya tinggal lagi, tapi tidak lama tangisannya terdengar lagi.

Di rumah, ada nenek dan kakeknya. Tapi tetap saja, bagi Hanin, "Only Ummi".

Dan, ketika saya pikir-pikir kembali, ternyata lebih bagus jika ketiga kakaknya ada di rumah, karena jika Hanin terbangun, ada kakaknya yang ia lihat, hingga saya bisa menyelesaikan pekerjaan rumah dengan khusyuk.

Begitulah, terkadang kita berpikir itu baik, ternyata Allah tegur kita bahwa itu tidak baik. Maka, mengembalikan semua urusan kepada Allah, menyerahkan dan pasrah dengan apa yang terjadi, adalah salah satu bentuk kesyukuran kepada Allah.

Apa yang terjadi, itulah yang terbaik buat kita. Apa yang tidak terjadi, tentu ada hikmah dibaliknya. Allah paling tahu kebutuhan kita, Allah paling tahu bagaimana kita, maka nikmatilah alur takdir yang Allah tetapkan pada kita.

💚💚💚

Senin, 26 November 2018

Ramadhan Sebentar Lagi

Tiba-tiba terkaget dengan pernyataan seorang kakak,
"Hampirmi lebaran, 6 bulan lagi".

Astaghfirullaah..
Rasanya baru kemarin habis lebaran idul fitri bersama suami dan anak-anak. Ternyata kemarin itu 5 bulan yang lalu. Waktu terus berjalan. Dan saya galau dan bingung dengan Ramadhan yang akan datang, mengingat suatu rencana besar yang saya dan suami ~rahimahullah~ rencanakan, tidak lama lagi waktunya tiba.

6 bulan lagi
Dan saya masih bingung, akankah saya lanjutkan rencana itu? Atau mengalihkan ke yang lain? Atau berhenti sampai disini?

Rencana itu adalah umroh Ramadhan.

Iya, sejak tahun 2017, suami menggagas rencana bersama ikhwah lain untuk berangkat umroh (lagi) setelah sebelumnya mereka berhasil umroh bareng. Dan mereka rencananya akan berangkat di tahun 2019. Umroh, i'tikaf sekaligus lebaran bersama di tanah harom. Mulailah mereka membuat rencana dengan membuat program "Tabungan Umroh". Dan hingga saat ini, masih berjalan dengan antusias semua para peserta.

Kecuali saya 😞😞😞

Sejak suami meninggal, rasanya putus harapan saya bisa kembali berumroh. Untuk program umroh ini, memang, sejak saya positif hamil, sejak saat itu pula suami bilang kalau saya gak bisa ikut di program kali ini. Banyak pertimbangan hingga beliau melarang saya untuk ikut. Padahal nama sudah tercantum dalam list program ini.

Qaddarullaah wa ma sya'a fa'al.

Rasa ingin ikut sebenarnya sangat besar. Mengingat, sebagian besar keluarga suami juga berencana akan ikut. Mama mertua, ipar bersama keluarga bahkan anak-anaknya rencana akan mereka ikutkan. Tapi satu, bapak mertua tidak ikut. Andai beliau ikut, mungkin saya fix juga akan ikut dan tidak perlu lagi mencari mahram lain.

Rasanya ingin ikut, karena tak sanggup Ramadhan kembali tanpa suami. Inginnya, saya berada di tempat lain, jauh dari tempat pengingat kenangan. Apalagi, pas curhat sama seorang kakak yang juga pernah ikut dan akan ikut lagi, beliau memotivasi untuk ikut. Katanya, kalau ditunda, takutnya muthowwif yang dulu keburu balik ke Indonesia.
Dan saya tambah galau.

Melihat kembali Hanin yang nantinya insyaallah masih berumur setahun, rasa ingin ikut kembali menciut. Usianya masih terlalu dini untuk ditinggal jauh. Pun ia tentu masih butuh ASI. Juga melihat 3 anak-anakku yang lain, yang jika saya ikut, artinya mereka saya tinggal bersama keluarga lain, rasanya juga tidak tega. Sudah ditinggal sama abinya, masa' umminya juga akan pergi. Jika mereka mungkin bisa mengeluh, mereka akan mengatakan, "Sungguh teganya dirimu, ummi".

Ingin membawa mereka, kembali lagi berpikir dana yang tentunya membutuhkan biaya besar. Jika membawa anak-anak, belum tentu bisa beribadah dengan khusyu', terlebih, berangkatnya juga di bulan Ramadhan. Bulan Ramadhan itu, di tanah arab lagi musim panas-panasnya. Sangat panas, katanya. Jika membawa ke empat anak atau minimal membawa Hanin, takutnya kenapa-kenapa, takutnya tidak cocok dengan cuaca, makannya bagaimana, bagaimana kalau rewel, dan kekhawatiran lain.

Sebenarnya, ingiiin sekali umroh bersama anak-anak. Dulu sempat mengutarakan sama suami ketika beliau masih hidup. Tapi kata beliau, kalau mau, tunggu mereka besar dulu. Karena kalau masih anak-anak, agak repot dari segi biaya dan tenaga. Sebenarnya, tidak ada yg sia-sia. Namun, ingat kembali keefektifannya. Repot biaya, karena kesananya itu tidak murah. Andai kita tinggal disana, tentu bagus kalau kita skalian bawa anak. Tapi, ini jauh. Repot tenaga juga, karena kalau kita bawa anak-anak, agak sulit jika kita mau beribadah full atau khusyu', mengingat, yang namanya anak-anak, mesti ada penjagaan full dari orang tuanya, apalagi disana tempatnya selalu ramai. Butuh tenaga ekstra juga karena tempat penginapan dan mesjidil haram itu belum tentu dekat jaraknya. Jadi, kalau anak-anak masih kecil, belum bisa fokus beribadah, belum tau urus diri sendiri, mending ditunda dulu katanya. Mending, kita kesana, betul-betul fokus dan berdoa untuk mereka, itu jauh lebih efektif.

Betul juga.

Tapi tetap, saya masih galau. Antara pergi, atau tidak.

Biarlah Allah yang memutuskan, mana yang terbaik diantaranya. Semoga Allah masih memberikan kesempatan dan usia agar bisa memaksimalkan kembali waktu di bulan mulia. Aamiin...

Semoga kita semua dimudahkan untuk bisa menginjakkan kaki kita disana, di tanah harom, Insyaallah, aamiin

Sabtu, 24 November 2018

Bayimu Kecil 😟

Bismillaah...

"Anaknya kecil, mungkin kurang ASI"

Kata-katanya sesederhana itu, tapi efeknya luar biasa. Bikin si ibu stress, tidak percaya diri, gelisah, khawatir, merasa bersalah, merasa disalahkan. Akhirnya? ASI ibu jadi "seakan-akan" kurang lancar, si bayi gelisah dan nangis terus menerus. Padahal, kenyataannya belum tentu seperti yang hanya dikira-kira.

Di lain waktu, ketika si bayi dibawa ke puskesmas untuk menimbang berat badan, alhamdulullaah naik, walau hanya 3ons. Kata ahli gizi disana, "ASI nya bagus ya...". Si ibu, karena seringnya mendengar kata-kata "kurang gizi atau kurang ASI", kaget mendengar pernyataan itu.

"Iya kah? Kan cuma naik 3ons", kata ibunya.
"Iya, kalau bayi di atas 3 bulan, naiknya memang tidak se drastis saat bayi masih 1, 2 dan 3 bulan. Ini sudah naik artinya ASI nya bagus, bu", ahli gizi menjelaskan kepada ibu yang masih heran dan tidak percaya.
Efeknya apa? Setelah mendengar penjelasan ahli gizi, si ibu jadi percaya diri lagi.

Kecil tidaknya anak menurut ukuran mata kita bukan patokan. Mungkin saja ASI nya berefek ke daya tahan tubuh, atau ke otaknya (*biar pintar), atau ke pipinya 😂. Iya, bayi itu dari segi badan memang terlihat biasa-biasa saja. Tapi pipinya gembul, maasyaallah, perkembangannya sesuai dengan perkembangan anak yang normal, ia juga aktif, lalu apakah hanya karena kecil nya ia hingga kita mengabaikan hal positif lain dari si bayi?

Jadi stop menjudge atau menilai orang menurut kita. Stop juga untuk berkata-kata yang seharusnya tidak perlu untuk dikatakan.

Hanya kata-kata... Betul.

Bukankah syarat masuknya seseorang ke dalam Islam itu hanya dengan kata-kata?
Bukankah seseorang yang meninggal yang mengucapkan kalimat "laa ilaha illallah" itu adalah salah satu ciri husnul khatimah, dan kalimat itu hanya kata-kata?
Bukankah hubungan seorang laki-laki dan perempuan akan sah hanya dengan kata-kata? 
Bukankah jatuhnya talak seorang suami juga hanya dengan kata-kata? 

Hanya kata-kata, tapi dalam alquran begitu banyak perintah untuk menjaga sumber kata-kata ini.

وَالَّذِينَ يُؤْذُونَ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ بِغَيْرِ مَا اكْتَسَبُوا فَقَدِ احْتَمَلُوا بُهْتَانًا وَإِثْمًا مُّبِينًا
“Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang mu’min dan mu’minat tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata” [Al-Ahzab : 58]

Sinjai, 24 November 2018



Kamis, 22 November 2018

Seni Berinteraksi

Bismillaah..

Hannan, yang bersekolah di TK, setiap kali pulang sekolah, selalu bilang ke saya, "Ummi, besok nda mauka ke sekolah nah, karena ada temanku nakal, suka mengganggu, dll, dll, tapi kalau besoknya, sekolahma lagi."
Setiap hari, setiap lagi ngantuk, setiap lagi capek atau lapar, pasti itu yang dia bilang. Sampai saya terkadang bosan sendiri mendengarnya dan mengiyakan saja setiap apa yang ia katakan. Tapi herannya, setiap pagi pula saya membangunkan dan menanyakan apakah ia mau sekolah hari itu atau tidak, ia selalu mengiyakan.

Pun hari ini, sedari pagi, saya sibuk berchat ria bersama dua pegawai yang bertugas di Makassar. Mereka punya masalah yang sama dengan Hannan, hingga akhirnya hampir saja membuat mereka menyerah dan ingin melambaikan tangan pada saya.

Masalah. Memang tiap hari pasti ada. Apalagi jika kita berinteraksi dengan orang lain, yang sifatnya tentu akan berbeda dengan kita. Intinya, saling memahami, banyak mengalah dan komunikasi.

Saling memahami, karena kita manusia, punya sifat dan karakter yang berbeda. Kita tidak bisa memaksakan kamu harus seperti yang saya minta. Pun dengan kamu yang juga tidak bisa memaksa saya untuk menjadi seperti apa yang kamu mau. Selama sifat kita masih dalam koridor kewajaran, dibutuhkan saling memahami satu sama lain.

Banyak mengalah. Iya, kalau semuanya mau menang sendiri, semuanya merasa benar sendiri, pasti gak bakal ketemu. Mengalah bukan berarti kalah, tapi bagaimana membuat situasi dan kondisi kembali kondusif.

Komunikasi. Ini penting. Diam itu emas, katanya. Diam itu baik, iya. Tapi diam juga tidak bisa menyelesaikan masalah. Coba komunikasikan, coba tanyakan, coba keluhkan satu sama lain. Insyaallah akan ada jalan keluarnya. Seperti yang Allah sebutkan dalam alqur'an,

وَشَاوِرْهُمْ فِي الْأَمْرِ
“Dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu” [Ali-Imran/3 : 159]

Sinjai, 22 November 2018

Rabu, 21 November 2018

Ketika Komitmen Diuji

Bismillaah...

Seringkali, untuk melakukan suatu kebaikan, ada ada saja hambatan dan rintangannya.

Menuntut ilmu misalnya. Jika di hari lain, urusan begitu mudahnya, mengapa pas jika bertepatan dengan hari dimana jadwalnya kita bermajelis, ada-ada saja halangannya.

Anak sakit, diri sendiri yang sakit, keluarga yang sakit, tidak ada kendaraan, cuaca tidak bersahabat, dan beribu alasan lainnya. Semuanya adalah takdir Allah. Namun, adakalanya, mereka bisa diminimalisir.

Memaksa diri adalah pilihan paling tepat. Kebaikan memang awalnya dipaksakan. Kedepannya, jika rutin dan selalu memaksakan diri, lama-lama akan menjadi kebiasaan.

Memang, tidak ada kebaikan yang tidak memiliki rintangan. Bukankah ganjaran yang didapatkan nantinya juga tidak main-main? Syurga!


Sinjai, 21 November 2018
*hujan keras, tidak ada kendaraan, tidak ada yang jaga anak2 dan kondisi kurang fit
😟😟😟
qaddarullaah wa maa sya'a fa'al

Selasa, 20 November 2018

Tak Ada yang Kekal

Bismillaah...

Mengapa harus bersedih?
Untuk sesuatu hal yang sifatnya duniawi

Hari ini, kita mungkin merasa hampa
Kenangan indah yang terputar otomatis di pikiran
Ingin rasanya terulang kembali
Di dunia?
Mungkin tak akan bisa lagi

Hari ini, kita hanya menunggu
Beramal dan terus beramal, hingga kita bisa kembali melakoni
Semua kenangan baik itu
Di tempat yang terbaik
Di akhirat yang abadi


***

Hari ini, membawa anak-anak liburan ke toko. Hanya sekedar menyenangkan mereka setelah sepekan sibuk dengan urusan sekolah dan permainan rumahan. Hanya sekedar mengizinkan mereka menikmati wifi gratis. Iya, mereka memang bukan anak-anak yang hari-harinya diisi dengan segala aktivitas berbau kuota. Mereka jauh dari sesuatu yang kebanyakan orang justru menikmatinya.

Bukan tak mau atau tak pernah. Mereka pernah menjadi anak yang seharian full hanya pegang hp, bermain game, dan hanya duduk menikmati layar hp. Setelahnya apa? Hampa.
Hingga akhirnya, di akhir kehidupan suami, beliau berpesan kepada saya, "Jangan biarkan anak-anak main hp nah".

Hari ini, saya mengizinkan. Toh, hanya sehari, itupun cuma 5 jam. Dan ternyata, mereka juga tidak betah. Mereka lebih memilih bermain dengan mainan mereka yang telah lama disimpan di gudang toko. Dulu, sengaja kami menyimpannya di toko karena aktivitas kami sehari-harinya kebanyakan disini.

Di saat anak-anak bermain, saya, walau memegang full hp, walau sibuk promo sana sini, rasa-rasanya tetap dihampiri dengan segala kenangan tentang beliau -rahimahullah-. Kadang membayangkan kalau beliau masih ada dan sebentar lagi akan menjemput kami untuk jalan-jalan menyusuri kota Sinjai. Tapi itu tak mungkin terjadi.

Kembali lagi berharap pada Allah, semoga Allah kembali mempertemukan kami sekeluarga di Jannah, tempat yang kekal abadi, tempat yang lebih indah dari tempat terindah yang ada di dunia. Aamiin

مَا عِنْدَكُمْ يَنْفَدُ وَمَا عِنْدَ اللَّهِ بَاقٍ
Apa yang di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal.” (QS. An Nahl: 96)

Minggu, 18 November 2018

Kebaikan di Kehilangan

"Ada kebaikan di setiap kehilangan
Tetaplah tenang
Jika bersama Rabb, yang abadi takkan hilang"

Setiap ujian yang menimpa, atau masalah yang datang, Insyaallah akan selalu ada kebaikan dibaliknya.
Jika hari ini kita belum menemukannya, tunggulah
Kelak, kau pasti akan tahu, betapa Allah sangat menyayangimu dengan memberikan ujian atau musibah itu.

Dulu, ketika nikmat itu masih melekat pada diri, kita terlena.
Ya, kebanyakan manusia memang agak sulit menguasai diri ketika diberi ujian berupa nikmat, hingga terkadang sampai melupakan Rabb, sang maha Pemberi.
Hingga akhirnya, Allah mengambil kembali, Allah mencabut nikmat itu, barulah kita tersadar.
Iya, kalau tersadar, berarti Allah masih ingin kita kembali.
Entah apa jadinya jika diberi ujian, masih saja lupa untuk kembali padaNya.

Waktunya untuk memperkuat kesabaran
Semoga kehilangan itu dapat menghapus dan juga menghilangkan dosa-dosa kita.

Allah suka jika kita kembali pada-Nya
Dulu, kita lalai
Hari ini, kita harus teringat, kita harus kembali
Mendekat kepada Allah, merintih dan memohon
Agar kita diistiqomahkan dalam ketaatan
Agar kita selalu ingat Allah dan Allah ingat dan jaga kita
Agar kelak, Allah merahmati kita dan berkenan menempatkan kita
Di syurga, impian seluruh hamba yang beriman


Hanin Athifah, 5 Bulan



Bismillaah...

Dear Hanin...
Tak terasa, nak, usiamu kini sudah 5 bulan.
Engkau sudah mahir tengkurap, lalu kembali lagi berbaring.
Hari ini, engkau belajar mengangkat badan, persiapan untuk duduk lalu merangkak.
Hari ini, engkau sudah bisa mengoceh, walau belum jelas
Engkau juga sudah mengenali sesiapa yang berada di hadapanmu
Jika ia lelaki, terkadang engkau memilih
Jika ia bersuara besar, engkau pasti menangis ketakutan

Jika ummi masih ada di pandanganmu, matamu tak lepas memandangnya
Seakan berkata, "Ummi mau kemana? Jangan tinggalkan saya bersama orang-orang ini".
Jika ummi ada di sampingmu, engkau kelihatan aman
Tak peduli seberapa usil orang-orang di sekitarmu

Athifah-ku...
Tak terasa, nak, waktu berlalu begitu cepat
5 bulan yang lalu engkau masih tak bisa apa-apa, hanya tidur atau terbangun saat lapar
Hari ini, waktu tidurmu sedikit demi sedikit mulai berkurang
Rasanya ingin menahan waktu, agar engkau masih seperti ini
Bayi kecil ummi yang sabar dan tak pernah menyusahkan
Penghapus duka dan penyejuk mata bagi kami semua

Hanin Athifahku...
Tumbuhlah menjadi anak sholehah
Jika hari ini badanmu "katanya" kecil
Semoga kelak amalanmu besar di mata Allah, nak
Tetap menjadi qurrotu a'yun buat kami semua


Sinjai, 17 November 201i

Sabtu, 17 November 2018

Kita Kemarin, Kita Hari Ini

KITA KEMARIN,
KITA HARI INI...



Kemarin bahagia, hari ini sedih.
Kemarin kaya, hari ini miskin papa.
Kemarin berkuasa, hari ini tanpa daya.
Kemarin tertawa, hari ini tersedu-sedan.

Kemarin teranugrahi, hari ini kehilangan.
Kemarin berjaya, hari ini terpuruk.
Kemarin pemenang, hari ini pecundang.
Kemarin penuh cukup, hari ini penuh kurang.

Kemarin kekenyangan, hari ini kelaparan.
Kemarin dalam istana, hari ini di emper jalan.
Kemarin berkendara, hari ini menapak jalan.
Kemarin makan apa saja, hari ini tak tahu makan apa.


Begitulah hidup bersilih kisah.

Tak mengapa, Kawan...
Yang penting:
Saat kemarin itu kau beriman,
hari inipun kau tetap beriman.
Kemarin itu kau bersujud padaNya,
hari inipun tetap bersujud padaNya.
Dan jika kemarin "terpaksa" penuh dosa,
hari inipun bertaubatlah segera.

Biarlah bagaimana juga
kisah hidup akan berjalan,
asalkan hati tetap terikat
sepenuh-penuh jiwa
padaNya sahaja...
Tidak pada selainNya.

Karena itulah kisah hidup kita selalu:
berkelindan antara sabar dan syukur.
Dua mutiara itu yang buat hidupmu kemilau.

Duhai,
betapa menakjubkan engkau, wahai Sang Mu'min...
jika nikmat mengucur indah, kau bersyukur.
saat musibah menghiasi, kau bersabar.

Rabbana,
jadikan aku sebagai mu'min yang menakjubkan itu!


Akhukum,
Muhammad Ihsan Zainuddin

Senin, 22 Oktober 2018

Mengatasi Stress Saat Mengasuh Anak

MENGATASI STRESS SAAT MENGASUH ANAK

by : bendri jaisyurrahman (twitter : @ajobendri)

1| Kerja yg padat, fisik yg lelah, anak-anak yg sulit diatur, utang yg menumpuk, berujung pada stress. Dampaknya marah-marah ke anak

2| Akibatnya anak jadi tak nyaman berinteraksi. Lebih senang di luar rumah, bermain dengan teman. Pulang bawa perilaku membangkang. Ortu pun makin stress

3| Bagi anak usia dini, saat berinteraksi dengan ortu yg stress akan kehilangan rasa nyaman dan cenderung pasif tak bisa berprestasi

4| Anak pun juga belajar cara ekspresikan perasaan dari ortu yg stress. Jika marah membentak, melempar, bahkan memukul

5| Ikatan emosional juga cenderung berkurang yang berujung hilangnya rasa nyaman dan percaya. Saat remaja 'tertutup' dari orang tua

6| Stress ibarat sampah. Sementara anak seharusnya menerima bunga. Mengasuh dengan stress menjejalkan sampah hingga menumpuk di anak

7| Ingat-ingat kembali tentang harapan saat menikah yakni memiliki anak, hadiah dari Allah. Tegakah kita menyakiti amanah Allah ini?

Sementara begitu banyak pasangan yg belum dikaruniakan anak? Bersyukurlah dengan cara tidak menyakiti anak dalam kondisi apapun

9| Kenali pemicu stress : lapar, ngantuk, lelah ataupun sedih. Jika alami hal tersebut lebih baik menghindar dari anak agar tak jadi korban

10| Coba jujur akan masalah yg dihadapi. Apakah dari luar atau dari perilaku anak? Jangan sampai marah2 ke anak tersebab kita habis dimarahi oleh bos

11| Kerjasama antarpasangan amatlah membantu. Saat kita stress minta pasangan kita untuk memegang anak dulu. Atau cari pihak lain yg amanah

12| Ingatlah, bahwa anak ini tanggung jawab bersama. Jadi bukan hanya satu pihak yang mengasuh. Apalagi kalau memiliki anak yg banyak. Lelahnya

13| Sekali-kali rencanakan waktu sendiri > "me time" guna melakukan relaksasi dan refleksi diri. Jika sudah relax, lebih mudah mengatasi masalah anak

14| Buat program "me time" dalam sepekan beberapa jam. Agar tidak banyak emosi negatif yang menumpuk. Komunikasikan ke pasangan

15| Analisis kembali perilaku anak yg bisa menambah stress dan siapkan antisipasinya. Contoh : anak rebutan mainan » beli mainan baru hehe..pihak ayah malah jadi stress

16| Banyak baca2 buku tentang anak. Kadang pemicu stress karena ketidaktahuan akan tahap kembang anak. Jika perlu bertanya kepada ahli

17| Kalau terlanjur stress ketika bersama anak, tarik nafas dalam2 guna mengurangi ketegangan syaraf

18| Ubah posisi tubuh. Jika sedang di atas pohon segera turun . Jika sedang berdiri segera duduk. Jika duduk segera berbaring atau keluar rumah agar dapat suasana baru

19| Ungkapkan perasaan secara jujur kepada anak "maaf ya nak. Ayah kesal kamu teriak2 trus. Ayah terganggu". Anak belajar ungkap perasaan

20| Segera minta bantuan pihak lain jika makin stress. Tinggalkan anak sejenak. Jangan ikuti emosi saat itu. Rugi

21| Jika kesal berkecamuk terhadap perilaku anak, pandangi fotonya saat bayi. Tegakah kita menyakiti bayi yg sudah tumbuh itu?

22| Segera berwudhu dan sholat 2 rakaat. Jika sedang berhalangan, bagi para ibu, cukup wudhu saja. Doa dan curhat jujur kepada Pemberi Amanah

23| Minta maaf kepada Allah karena hendak marah sama anak yg merupakan pemberianNya. Berharap Allah kasih jalan segera dan lembutkan hati

24| Jika terlanjur marah kepada anak, dan Anda tersadar. Buru-buru minta maaf. Jangan biarkan anak terlalu lama dalam prasangka 'takut' kepada kita

25| Semoga kita bisa kendalikan stress agar anak selalu terjaga perasaannya. Terus berlatihlah kendalikan emosi kita..

Salam...

(bendrijaisyurrahman)

Kamis, 18 Oktober 2018

Perempuan Sempurna

Bismillahirr Rahmanirr Rahim …

Siapakah Kau, Perempuan Sempurna?

Ketika akhirnya saya dilamar oleh seorang lelaki, saya luruh dalam kelegaan. Apalagi lelaki itu, kelihatannya ‘relatif’ sempurna. Hapalannya banyak, shalih, pintar. Ia juga seorang aktivis dakwah yang sudah cukup matang. Kurang apa coba?

Saya merasa sombong! Ketika melihat para lajang kemudian diwisuda sebagai pengantin, saya secara tak sadar membandingkan, lebih keren mana suaminya dengan suami saya. Sampai akhirnya air mata saya harus mengucur begitu deras, ketika suatu hari menekuri 3 ayat terakhir surat At-Tahrim.

Sebenarnya, sebagian besar ayat dalam surat ini sudah mulai saya hapal sekitar 10 tahun silam, saat saya masih semester awal kuliah.

Akan tetapi, banyak hapalan saya menguap, dan harus kembali mengucur bak air hujan ketika saya menjadi satu grup dengan seorang calon hafidzah di kelompok pengajian yang rutin saya ikuti. Ini terjemah ayat tersebut:

66:10. Allah membuat istri Nuh dan istri Luth perumpamaan bagi orang-orang kafir. Keduanya berada di bawah pengawasan dua orang hamba yang saleh di antara hamba-hamba Kami; lalu kedua istri itu berkhianat kepada kedua suaminya, maka kedua suaminya itu tiada dapat membantu mereka sedikit pun dari (siksa) Allah; dan dikatakan (kepada keduanya); Masuklah ke neraka bersama orang-orang yang masuk (neraka)”.

66:11. Dan Allah membuat istri Firaun perumpamaan bagi orang-orang yang beriman, ketika ia berkata: “Ya Tuhanku, bangunlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam surga dan selamatkanlah aku dari Firaun dan perbuatannya dan selamatkanlah aku dari kaum yang lalim”,

66: 12. dan Maryam putri Imran yang memelihara kehormatannya, maka Kami tiupkan ke dalam rahimnya sebagian dari roh (ciptaan) Kami; dan dia membenarkan kalimat-kalimat Tuhannya dan Kitab-kitab-Nya; dan adalah dia termasuk orang-orang yang taat.

SEBUAH KONTRADIKSI
Ada 4 orang yang disebut dalam 3 ayat tersebut. Mereka adalah Istri Nuh, Istri Luth, Istri Firaun dan Maryam. Istri Nuh (IN), dan Istri Luth (IL) adalah symbol perempuan kafir, sedangkan Istri Firaun (IF) dan Maryam (M), adalah symbol perempuan beriman.

Saya terkejut, takjub dan ternganga ketika menyadari bahwa ada sebuah kontradiksi yang sangat kuat. Allah memberikan sebuah permisalan nan ironis. Mengapa begitu? IN dan IL adalah contoh perempuan yang berada dalam pengawasan lelaki shalih. Suami-suami mereka setaraf Nabi (bandingkan dengan suami saya! Tak ada apa-apanya, bukan?).

Akan tetapi mereka berkhianat, sehingga dikatakanlah kepada mereka, waqilad khulannaaro ma’ad daakhiliin…

Sedangkan antitesa dari mereka, Allah bentangkan kehidupan IF (Asiyah binti Muzahim) dan M. Hebatnya, IF adalah istri seorang thaghut, pembangkang sejati yang berkoar-koar menyebut “ana rabbukumul a’la.”

Dan Maryam, ia bahkan tak memiliki suami. Ia rajin beribadah, dan Allah tiba-tiba berkehendak meniupkan ruh dalam rahimnya. Akan tetapi, cahaya iman membuat mereka mampu tetap bertahan di jalan kebenaran. Sehingga Allah memujinya, wa kaanat minal qaanithiin…

PEREMPUAN SEMPURNA

Dalam sebuah hadits, Rasulullah saw. bersabda: ”Sebaik-baik wanita penghuni surga itu adalah Khadijah binti Khuwailid, Fathimah binti Muhammad, Asiyah binti Muzahim istri Firaun, dan Maryam binti Imran.” (HR. Ahmad 2720, berderajat shahih).

Empat perempuan itu dipuji sebagai sebaik-baik wanita penghuni surga. Akan tetapi, Rasulullah saw masih membuat strata lagi dari 4 orang tersebut. Terpilihlah dua perempuan yang disebut sebagai perempuan sempurna. Rasul bersabda, “Banyak lelaki yang sempurna, tetapi tiada wanita yang sempurna kecuali Asiyah istri Firaun dan Maryam binti Imran.

Sesungguhnya keutamaan Asiyah dibandingkan sekalian wanita adalah sebagaimana keutamaan bubur roti gandum dibandingkan dengan makanan lainnya.” (Shahih al-Bukhari no. 3411).

Inilah yang membuat saya terkejut! Bahkan perempuan sekelas Fathimah dan Khadijah pun masih ‘kalah’ dibanding Asiyah Istri Fir’aun dan Maryam binti Imran. Apakah gerangan yang membuat Rasul menilai semacam itu? Ah, saya bukan seorang mufassir ataupun ahli hadits.

Namun, dalam keterbatasan yang saya mengerti, tiba-tiba saya sedikit meraba-raba, bahwa penyebabnya adalah karena keberadaan suami.

Khadijah, ia perempuan hebat, namun ia tak sempurna, karena ia diback-up total oleh Rasul terkasih Muhammad saw., seorang lelaki hebat. Fathimah, ia dahsyat, namun ia tak sempurna, karena ada Ali bin Abi Thalib ra, seorang pemuda mukmin yang tangguh.

Sedangkan Asiyah? Saat ia menanggung deraan hidup yang begitu dahsyat, kepada siapa ia menyandarkan tubuhnya, karena justru yang menyiksanya adalah suaminya sendiri.

Siksaan yang membuat ia berdoa, dengan gemetar, “Ya Tuhanku, bangunlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam surga dan selamatkanlah aku dari Firaun dan perbuatannya dan selamatkanlah aku dari kaum yang lalim.” Siksaan yang membuat nyawanya terbang, ah… tidak mati, namun menuju surga. Mendapatkan rizki dan bersukaria dengan para penduduk akhirat.

Bagaimana pula dengan Maryam? Ia seorang lajang yang dipilih Allah untuk menjadi ibunda bagi Nabi Isa. Kepada siapa ia mengadu atas tindasan kaumnya yang menuduh ia sebagai pezina? Pantas jika Rasul menyebut mereka: Perempuan sempurna…

JADI, YANG MENGANTAR ke Surga, Adalah Amalan Kita..jadi, bukan karena (sekadar) lelaki shalih yang menjadi pendamping kita. Suami yang baik, memang akan menuntun kita menuju jalan ke surga, mempermudah kita dalam menjalankan perintah agama.

Namun, jemari akan teracung pada para perempuan yang dengan kelajangannya (namun bukan sengaja melajang), atau dengan kondisi suaminya yang memprihatinkan (yang juga bukan karena kehendak kita), ternyata tetap bisa beramal dan cemerlang dalam cahaya iman.

Kalian adalah Maryam-Maryam dan Asiyah-Asiyah, yang lebih hebat dari Khadijah-Khadijah dan Fathimah-Fathimah.

Sebaliknya, alangkah hinanya para perempuan yang memiliki suami-suami nan shalih, namun pada kenyataannya, mereka tak lebih dari istri Nabi Nuh dan istri Nabi Luth. Yang alih-alih mendukung suami dalam dakwah, namun justru menggelendot manja, “Mas… kok pergi terus sih, sekali-kali libur dong!” Atau, “Mas, aku pengin beli motor yang bagus, gimana kalau Mas korupsi aja…”

Benar, bahwa istri hebat ada di samping suami hebat. Namun, lebih hebat lagi adalah istri yang tetap bisa hebat meskipun terpaksa bersuamikan orang tak hebat, atau bahkan tetapi melajang karena berbagai sebab nan syar’i. Dan betapa rendahnya istri yang tak hebat, padahal suaminya orang hebat dan membentangkan baginya berbagai kemudahan untuk menjadi hebat. Hebat sebagai hamba Allah Ta’ala!

Wallahu a’lam bish-shawwab.

(By: Afifah Afra)

Minggu, 07 Oktober 2018

Mimpi Kami...

4 Oktober 2018
Semalam, saya memimpikan suami rahimahullah. Beliau sedang duduk di depan saya di kursi yang agak panjang (sofa). Memakai baju batik hijau, seperti motif rok yang biasa saya pakai sehari-hari di rumah. Beliau mengambil Hanin dari saya trus beliau gendong-gendong, main-main sama Hanin. Beliau bilang "Lucunya, tambah lucu", maasyaallah.

5 Oktober 2018
Kakaknya, kakak perempuan tertuanya bercerita, untuk pertama kalinya beliau hadir di mimpinya. Di dalam mimpi itu, sang kakak lagi menangisi adiknya yang telah meninggal. Waktu itu, suami terbaring di kursi dan kakaknya duduk disampingnya menangisinya. Tapi, kakaknya heran, muka adiknya katanya putih, putiiih sekali. Tiba-tiba saja, suami rahimahullah yang merupakan adik bungsu laki-lakinya terbangun dan tertawa dengan tawa khasnya lalu berkata
"Kenapa menangis? Saya tidak apa-apa."
"Ih, kenapa bisa bangun? Saya kira sudah meninggal?", kata kakak ipar.
"Tidak, saya tidak meninggal", kata beliau rahimahullah lagi-lagi dengan tawa khasnya.

Ya Allaah... sempat berpikir, jangan-jangan beliau memang belum meninggal, beliau masih hidup. Sempat berpikir juga, bagaimana kalau kita gali lagi kuburannya, siapa tau beliau masih hidup 😕 astaghfirullaah... semua kita akan kembali padaNya.

Mengenai mimpi, sebenarnya sudah beberapa kali juga beliau hadir di mimpi saya. Pernah, saya bermimpi diajak jalan di pasar (seperti suasana pasar tanah abang di Jakarta). Waktu itu, saya sempat tanyakan kondisinya, katanya sudah hampir sembuh. Buktinya beliau sudah bisa menemani saya jalan keliling pasar. *hanya mimpi*

Pernah juga saya bermimpi, beliau mendatangi saya yang lagi sibuk "rapat" bersama pegawai di toko. Waktunya seperti setelah sholat shubuh, karena beliau masih berpakaian koko hitam ungu nya dan bawahan sarung yang sering dipakainya. Saya lagi tempel sesuatu di dinding, trus ditanya sama beliau rahimahullah, "Apa itu?", sambil terus melihat dan mengamati apa yang kami lakukan. Mimpi ini 2 hari sebelum acara syukuran di rumah Makassar.

Faqih juga pernah mimpi, katanya abinya datang saat Faqih sudah mau berangkat ke sekolah, trus ditanya tentang sholatnya. Lalu Faqih terbangun.

Pernah juga, mertua, mama dari suamiku rahimahullah tiba-tiba masuk ke dalam kamar (di Makassar), berbaring di samping Faqih lalu menangis sambil mengatakan sesuatu yang tidak terlalu kedengaran ke saya. Setelah tangisnya beliau reda, saya menanyakan ada apa. Ternyata beliau baru saja bermimpi (malamnya), didatangi sama suami pakai baju putih (seperti baju anak sekolah). Hari itu, kebetulan kami akan syukuran rumah yang baru dibeli. Trus, mertuaku bilang ke suami dalam bahasa Bugis, "Kenapa pakai baju itu? Sementara kita ini mau syukuran". Beliau rahimahullah hanya senyum. Lagi-lagi hanya mimpi.

***

Kak... rindu sekali sama kita'. Selalu membayangkan kalau qt masih ada disini, cuma mungkin lagi keluar. Kalau sekarang2 ini, saya cuma membayangkan qt ke Palu. Karena kebiasaannya itu, kalau ada bencana kayak gini, ia selalu "terdepan". Ia pencetus, selalu mengerahkan seluruh yang dimiliki agar bermanfaat. Pun selalu mengajak orang atau ikhwah-ikhwah di Sinjai untuk ikut berpartisipasi. Seperti saat ini, saya membayangkan bahwa ia lagi sibuk mengumpulkan dana untuk donasi ke Palu, lagi sibuk sortir2 barang yang akan dikirim atau dibawa ke Palu dan mungkin saja mempersiapkan segala sesuatunya kemudian kesana sebagai relawan.

Abi, sejak awal saya mengenalmu, engkau orang dermawan. Jiwa sosialmu sangat tinggi. Saya banyak belajar darimu, berharap bisa juga sepertimu dengan segala keterbatasan yang ada.

Abi, saya dan anak-anak rindu...
Berharap qt bisa bertemu dan berkumpul kembali di syurgaNya kelak, aamiin

Allahummaghfirlahuu warhamhu wa'aafihii wa'fuanhu

Jumat, 28 September 2018

Wajah Pasangan di Medsos

Kalau mau jujur, bukan cuma suami yang ga nyaman liat wajah istrinya terpost di sosial media, lebih senang jika istrinya menjaga.
Istri pun demikian. Lebih nyaman wajah suaminya terjaga.
Karena bersama dalam menjaga itu lebih menyempurna.

*tanya aja emak-emak
(Status fb kak dhee ar)

***

Betul sekali. Saya pernah kayak gini, saat suami perlihatkan 1 foto nya yang menurut saya ganteeeeeeeeeng sekali. Trus, waktu itu, mau dijadikan foto profil di whatsappnya, tapi minta pendapat saya. Saya larang, karena... ntah, pokoknya saya bilang tidak boleh. Untuk foto itu tidak boleh dijadikan foto profil dimanapun. Pas dilarang, eh dianya senyum-senyum. Mungkin, ada rasa senang ya saat dilarang kayak gitu.
"ooh, istriku mungkin cemburu, takut ada yg "suka" sama saya, berarti dia sayang sama saya", mungkin pikirnya begitu.

Sebagaimana saya juga ada "rasa" saat dilarang upload-upload foto diri (*memangnya pernah foto2 selfi 😂).

Iyalah, kalau saya tidak sayang, terserah mau upload-upload foto yang mana saja. Iya juga, kalau saya tidak peduli, saya tidak bakalan larang-larang. Jadi, buat para pasutri, kalau dilarang sama istri/suami, jangan marah. Itu tandanya dia sayang sama kita.

Begitupun dalam agama kita. Jangan merasa tertekan dengan larangan-larangan yang Allah berlakukan. Karena itu bukti dan tanda sayangnya Allah sama kita hingga larangan-larangan itu ada. Bukankah semua yang diperintahkan dan dilarang dalam syari'at ada hikmahnya? Kita saja yang mungkin saat ini belum menemukan hikmah dibaliknya.

Selasa, 25 September 2018

Sakaratul Maut Paling Berkesan Milik Sang Pemuda Berbakti

Ini adalah kisah sakaratul maut yang begitu berkesan dari seorang pemuda yang begitu berbakti pada orang tuanya. Yang begitu mengagumkan kita, ketika ia ingin dipanggil oleh bidadari surga menjelang kematiannya, ia pun masih meminta izin pada ibunya. Bagaimana baktinya yang luar biasa?

Sebuah kisah yang menggugah hati setiap insan beriman, tentang balasan nan indah bagi seorang anak yang berbakti kepada ibunya. Membuat iri siapa pun yang mendengarnya. Bergetar lah hati setiap orang beriman yang menyaksikannya.

Dalam salah satu khutbahnya, Syaikh Muhammad Hassan menceritakan tentang keajaiban yang dialami seorang pemuda saat detik-detik sakaratul maut menjemputnya. Tidak asing lagi bagi siapa pun yang mengenalnya bahwa ia adalah potret pemuda masa kini yang amat cinta dan berbakti kepada ibundanya.

“Di antara keajaiban yang sampai kepadaku pada Ramadhan kali ini adalah kisah tentang seorang anak muda di antara anak-anak muda kita. Sesosok pemuda yang sangat berbakti kepada ibunya terbaring di atas kasur kematian pada usia keemasannya, yang belum genap tiga puluh tahun. Dalam kegentingan akhir hayatnya itu, tatkala detik-detik sakaratul maut menjemputnya, orang-orang yang ada di sekelilingnya terheran-heran saat mendengar ia mengucapkan kalimat-kalimat yang sangat menakjubkan. Sungguh, sangat menakjubkan!

“Tidak. Aku tidak bisa. Aku tidak bisa. Aku harus izin dulu kepada ibuku.”

Masih saja pemuda tersebut mengulang-ulang kalimat yang sama. Hingga membuat mereka yang menyaksikan fenomena itu bergegas memanggil ibunya, yang sedari awal menyendiri dalam kamarnya, menangis, lantaran tak kuasa melihat sang buah hati menghadapi sakaratul maut. Tidak lain karena sang buah hati adalah sosok suri tauladan yang amat berbakti kepada ibunya. Mereka pun mengabarkan apa yang sedang terjadi dengan anaknya.

“Lihat lah anakmu, ia terus-menerus mengucapkan kalimat-kalimat yang aneh!!“

Mendengar hal itu, sontak sang ibu yang cemas berlari menuju kamar anaknya. Didapatinya dahi sang anak mulai mengeluarkan buliran-buliran keringat bak mutiara. Dan ini adalah sebagian di antara tanda-tanda husnul khotimah -semoga Allah Ta’ala mewafatkan kita dalam keadaan beriman-.

Ia dengarkan sendiri kalimat yang terus diulang-ulang oleh buah hatinya. “Tidak. Aku tidak bisa. Aku tidak bisa. Aku harus izin dulu kepada ibuku.”

Segera ia dekati buah hatinya. Dan Subhanallah, ia segera bertanya kepada anak kesayangannya, “Wahai fulan, ini aku, ibumu. Wahai fulan, aku ibumu, Nak. Aku ibumu, anakku. Dengan siapa kau bicara?”

Ketika ajal yang kian dekat, di saat waktu yang demikian singkat itu, akhirnya sang pemuda shalih ini menceritakan peristiwa paling berkesan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya selama hidupnya. Ia pun menoleh kepada ibunya seraya berkata, “Wahai ibuku, seorang gadis sangat cantik jelita, Ibu. Belum pernah aku melihat gadis secantik itu. Ia datang kemari. Sungguh aku melihatnya persis di hadapanku. Ia datang melamarku untuk dirinya, Ibu. Aku bilang kepadanya, tidak. Aku tidak bisa sampai aku minta izin dulu kepada ibuku.”

Maka sang ibu pun langsung menimpali, “Aku izinkan, anakku. Sungguh, dia adalah hurriyatun (bidadari) dari surga untukmu. Aku sudah izinkan, Nak.“

Sedemikian tinggi inikah derajatmu wahai pemuda? Hingga istrimu (di surga) datang kepadamu membawa kabar gembira, sementara dirimu masih ada di dunia?

Jangan lah kalian kaget. Tidak perlu kalian semua heran, karena dalam kondisi seperti ini, seorang mukmin akan diperlihatkan tempat tinggalnya di surga dan di neraka.

Ia akan melihat tempatnya di sisi Allah ‘Azza wa Jalla. Bahkan ia akan melihat para malaikat-Nya. Ia benar-benar melihat malaikat dengan mata kepalanya. Ia pun akan mendengar sebuah bisyarah (kabar gembira).

“Allah akan meneguhkan orang-orang beriman dengan kalimat tsabit (La ilaha Illa Allah) dalam kehidupan dunia dan akhirat. Dan Allah akan menyesatkan orang-orang yang dzalim. Allah melakukan apa saja yang Ia kehendaki.”[Ibrahim: 27]

Dan Maha Benar Allah Ta’ala yang berfirman “Sesungguhnya orang-orang yang berkata Rabb kami adalah Allah, kemudian mereka beristiqomah dengannya, maka para malaikat akan turun kepadanya seraya berkata, “Janganlah kalian takut.”

Di mana kejadian itu? Ketika mereka akan meninggal, menurut salah satu pendapat. Atau tatkala mereka keluar dari alam kubur, sebagaimana pendapat yang lain dari para ulama tafsir.

“Jangan lah kalian takut, dan jangan pula bersedih. Berbahagia lah kalian dengan surga yang telah dijanjikan untuk kalian.”[Fushilat: 30]
_______
Diterjemahkan dengan sedikit penyesuaian dari khutbah Syaikh Muhammad Hassan dalam video berikut

Http : //youtube.com/watch?v=uuOthKLBOBA0

1 shafar 1436

madinah, Saudi arabia
Penulis : Ganang Prihatmoko

Artikel Muslim.or.id

Kamis, 20 September 2018

Ingin Jalan-jalan (juga)

Bismillaah...

Pernah iri gak liat sesiapa yang upload foto-fotonya lagi jalan-jalan?
Pernah gak dalam hati, ingiiiin sekali pergi rekreasi atau keliling dunia?

Saya sering, dulu saat suami masih ada, itu semua jadi rencana. Kala itu saya lalai, lalu dengan kematian suami, saya tersadar. Lenyap sudah keinginan-keinginan duniawi kecuali untuk perbekalan ke kampung abadi.
Hari ini, keinginan itu masih ada. Tapi kalau keinginan itu muncul, segera beristighfar, segera diredam dan segera menghibur diri.


"
Nanti jalan-jalannya di syurga ya...
Nanti rekreasinya di tempat rekreasi yang ada di syurga ya...
Nanti jalan-jalannya sama abi di syurga ya, Insyaallah...
Ini cuma dunia, tempat persinggahan
Tempat abadi nantinya hanya 2, syurga dan neraka
Mau kemana? Kalau mau ke neraka, gampang... ikut saja semua hawa nafsumu di dunia.
Kalau mau ke syurga? Gampang juga, kendalikan keinginan-keinginanmu yang bersifat duniawi. Memang berat, tapi kan hadiahnya syurga. Masa' iya sesuatu yang indah perjuangannya semudah membalikkan telapak tangan (bagi orang sehat).
"

Kalau di dunia kita bersabar dan dengannya kita mengharapkan pahala
Kalau di dunia kita senantiasa bertaqwa dan dengannya Allah ridho
Jangan khawatir, semua keinginan akan terkabul
Di tempat yang belum pernah terlihat oleh mata, belum pernah terdengar oleh telinga dan belum pernah dibayangkan oleh siapapun.

Itulah syurga
Hidup bahagia dan abadi di sana

Ingatki', "Duniaji ini... sementara saja. Persiapkan saja bekalta' ke kampung abadi, beramal sebanyak-banyaknya, menabung untuk akhirat, agar kelak kita tidak menyesal dan meminta untuk hidup kembali. Mumpung kita masih hidup, ayo beramal"

Ziyad dan Potong Kuku

Bismillah...

Ziyad: "Ummi, harus orang bersyukur kalau mau minta apa-apa?"
"Bukan bersyukur. Kalau mau minta apa-apa, minta sama Allah, BERDO'A"

Ziyad menyimak apa yang saya bilang sambil lihat tanganku yang tergeletak di depannya (posisi tangan seperti mau pemeriksaan kuku).

"Ih, ummi panjang kukunya. Eh, tidak tidak.. Ini juga tidak (tangan yang satunya). Kaki, liatka' coba kaki ta'? Kaki tidakji." (ini apa hubungannya ya sama yang ditanyakan tadi).

Ini anak memang pemerhati sesuatu yang bisa digunting/dicabut/dikuliti. Kalau liat kuku panjang, siap-siap dipotong kukunya sama dia. Kalau liat luka yang sudah mengering, siap-siap dicabuti/kulitnya diambil. Kalau liat kulit yang mengering, siap-siap juga dikelupas.

Sejak tahu kebiasaannya seperti itu, yang paling saya jaga adalah adeknya, baby Hanin. Tiap hari liatin kukunya jangan sampai kukunya panjang. Soalnya, kalau panjang dan tidak dipotong, maka yang ambil alih untuk potong kuku adalah Ziyad. Dan itu adalah hal yang mengerikan. Semoga tidak pernah terjadi setidaknya sampai si Hanin sudah bisa menolak.

Tabaarokallah nak, semoga besar nanti, engkau jadi anak yang penyayang, perhatian terutama yang berhubungan dengan ummat. Aamiin.



Sinjai, 18 September 2018

Minggu, 16 September 2018

Tetap Merendah

Setan yang mendatangi manusia dari pintu kebaikan

Ibnul qayyim al Jauziyah rahimahullah berkata :
Jika Allah ta'ala membuka pintu untukmu pintu (memudahkan) shalat malam, jangan engkau memandang rendah orang yg tertidur
Jika Allah membukakan untukmu pintu puasa (sunnah) maka jangan engkau memandang rendah orang yg tak berpuasa
Dan jika Allah membukakan untukmu pintu jihad ,maka jangan engkau memandang rendah orang yg tak berjihad.
Sebab bisa saja orang yg tertidur, orang yg tdk berpuasa dan orang yg tak berjihad itu lebih dekat kepada Allah ketimbang dirimu"

Kemudian beliau melanjutkan : "Sungguh ,engkau ketiduran sepanjang malam lalu menyesal di waktu pagi, lebih baik daripada melewati malam dengan ibadah tapi merasa bangga di pagi hari.
Itu karena orang yang sombong amalannya tidak akan naik di sisi Allah"

(IBNUL QAYYIM AlJAUZIYAH,MADARIJUS SHALIHIN 1/117).

Kamis, 13 September 2018

Jangan-jangan...

Tanpa sadar, kita terjebak dalam perkara ini: mengerjakan akhirat untuk dunia.

Saat kita tersungkur di waktu dhuha, jangan jangan mobil, jabatan, gaji, keuntungan bisnis, dan rumah, yang lebih ramai di kepala kita, dibanding berharap limpahan rahmat dan karunia-Nya.

Saat kita berjuang terjaga di sepertiga malam untuk qiyamullail, jangan-jangan permintaan jodoh, karier, kemudahan akademik, lebih ramai di kepala kita daripada mengemis mengharap ampunanNya.

Ada lagi yang mengusap-usap benda impiannya (mobil, laptop, rumah, dll) sambil bersalawat berulang-ulang (katanya biar benda itu jadi miliknya). Jangan-jangan benda berkilau itu, lebih riuh di kepala dan hati kita dibanding rasa cinta, rindu, dan keinginan berjuang bersama Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam. Bukankah itu makna salawat yang sesungguhnya?

Jangan-jangan di setiap kita bercermin mematut diri, melihat tubuh kita berbalut kerudung dan gaun nan anggun, rasa cantik dan ingin dikagumi lebih riuh di kepala kita, dibanding rasa taat dan tunduk mengikuti segala perintahNya menutup aurat.

Jangan-jangan selama ini kita mengerjakan akhirat hanya untuk dunia. Jangan-jangan kita lebih merindu untuk bergelimang harta, dibanding mendapatkan ridha, ampunan dan kasih sayangNya.

Tanpa sadar, kita melewatkan banyak sekali kesempatan berharga, hanya untuk permintaan remeh temeh.

Saat orang lain telah berulang kali meminta impian tertinggi, ditempatkan dalam firdaus, dijaga dalam hidayahNya, dimatikan dalam kondisi syahid, kita masih saja mengemis dan meminta recehan dilemparkan dari langit.

Kontestan Dangdut

Bismillah

Musik itu terdengar sampai disini, di kamar ini. Hari ini, disini memang kedatangan seseorang yang telah pulang dari kontes di ibukota. Ia mewakili daerah ku dua atau tiga bulan lamanya disana.

Kontes dangdut.

Ingatanku tertuju di suatu sore, saat kubuka hpku, ada chat semacam permohonan dana. Tapi bukan minta dana secara langsung sih, cuma minta toko kami sebagai sponsor untuk menyukseskan seseorang dalam perhelatan kontes itu.

Karena chatnya diawali dengan salam lalu permintaan itu, saya hanya membalas salamnya saja. Untuk permintaan itu, saya tidak komen apa-apa.

Bagi saya, ini adalah prinsip. Sejak kecil, di kepala saya "Musik itu haram". Walau saya sendiri sangat suka sama nasyid, itupun sebenarnya masih samar hukumnya, yang sebaiknya ditinggalkan. Dangdut? Sepertinya tidak ada ikhtilaf, kalau ia adalah sesuatu yang tidak boleh.

Bagaimana mungkin saya akan mendukung, sementara yang saya tau, itu tidak dibolehkan. Walau ia adalah wakil daerah kami, walau ia membawa nama daerah kami, walau ia berniat untuk mengharumkan daerah kami, prinsip tetaplah prinsip.

Apapun bentuk sumbangsih kita, lihat2 dulu lah apa yang kita perjuangkan, apakah ia dibolehkan dalam syariat, ataukah tidak. Perlu kehati-hatian, karena semuanya akan dipertanggungjawabkan kelak di akhirat.

Miris sebenarnya, di saat banyak yang mengaku pengikut Rasulullah, tapi masih ikut-ikutan. Ikut mensponsori, ikut membantu polingnya, mengelu-elukan, menjadikannya idola, membanggakan dirinya dengan berfoto dengannya, dst, dst.

"Dia kan mewakili daerah kita, kita harus DUKUNG"

Iya, kalau itu kebaikan, tidak dilarang dalam agama, saya mungkin akan mendukungnya 100%. Tapi kalau bukan?

Mohon maaf jika kita berbeda 🤝
Semoga Allah mengistiqomahkan kita, memberi kita hidayah dan ilmu yang bisa mengantarkan kita ke kampung abadi, aamiin


Malam Jum'at, 13 September 2018

Rabu, 12 September 2018

Wanita yang Kematiannya Disambut Para Malaikat

Kisah ini mungkin telah sering kita dengar. Namun, sekedar mengingatkan kembali tentang perjuangan wanita mulia ini, semoga dapat mengembalikan ghirah kita untuk juga bisa menteladani beliau, wanita yang ‘berhati baja’.

Nusaibah Binti Ka’ab radhiyallahu anha, namanya tercatat dalam tinta emas penuh kemuliaan.
Bahkan kematiannya mengundang ribuan malaikat untuk menyambutnya.

Hari itu Nusaibah sedang berada di dapur. Suaminya, Said sedang beristirahat di bilik tempat tidur. Tiba-tiba terdengar suara gemuruh bagaikan gunung-gunung batu yang runtuh. Nusaibah menerka, itu pasti tentara musuh. Memang, beberapa hari ini ketegangan memuncak di kawasan Gunung Uhud. Dengan bergegas, Nusaibah meninggalkan apa yang sedang dilakukannya dan masuk ke bilik. Suaminya yang sedang tertidur dengan halus dan lembut dikejutkannya.

“Suamiku tersayang”, Nusaibah berkata, “Aku mendengar pekik suara menuju ke Uhud. Mungkin orang-orang kafir telah menyerang.”

Said yang masih belum sadar sepenuhnya, tersentak. Dia menyesal mengapa bukan dia yang mendengar suara itu. Malah isterinya. Dia segera bangun dan mengenakan pakaian perangnya. Sewaktu dia menyiapkan kuda, Nusaibah menghampiri. Dia menyodorkan sebilah pedang kepada Said.

“Suamiku, bawalah pedang ini. Jangan pulang sebelum menang.”

Said memandang wajah isterinya. Setelah mendengar perkataannya itu, tak pernah ada keraguan padanya untuk pergi ke medan perang. Dengan sigap dinaikinya kuda itu, lalu terdengarlah derap suara langkah kuda menuju ke utara. Said langsung terjun ke tengah medan pertempuran yang sedang berkecamuk. Di satu sudut yang lain, Rasulullah melihatnya dan tersenyum kepadanya. Senyum yang tulus itu semakin mengobarkan keberanian Said.

Di rumah, Nusaibah duduk dengan gelisah. Kedua anaknya, Amar yang baru berusia 15 tahun dan Saad yang dua tahun lebih muda, memperhatikan ibunya dengan pandangan cemas. Ketika itulah tiba-tiba muncul seorang penunggang kuda yang nampaknya sangat gugup.

“Ibu, salam dari Rasulullah,” berkata si penunggang kuda, “Suami Ibu, Said baru sahaja gugur di medan perang. Beliau syahid…”

Nusaibah tertunduk sebentar,
“Inna lillah…..” gumamnya,
“Suamiku telah menang perang. Terima kasih, ya Allah.”

Setelah pemberi kabar itu meninggalkan tempat, Nusaibah memanggil Amar. Ia tersenyum kepadanya di tengah tangis yang tertahan,

“Amar, kaulihat Ibu menangis?.. Ini bukan air mata sedih mendengar ayahmu telah Syahid. Aku sedih karena tidak memiliki apa-apa lagi untuk diberikan pagi para pejuang Nabi. Maukah engkau melihat ibumu bahagia?”

Amar mengangguk. Hatinya berdebar-debar.

*“Ambillah kuda di kandang dan bawalah tombak. Bertempurlah bersama Nabi hingga kaum kafir terhapus.”*

Mata Amar bersinar-sinar. *“Terima kasih, Ibu. Inilah yang aku tunggu sejak dari tadi. Aku ragu, seandainya Ibu tidak memberi peluang kepadaku untuk membela agama Allah.”*

Putera Nusaibah yang berbadan kurus itu pun terus menderapkan kudanya mengikut jejak sang ayah. Tidak terlihat ketakutan sedikitpun dalam wajahnya. Di hadapan Rasulullah, ia memperkenalkan diri.

“Ya Rasulullah, aku Amar bin Said. Aku datang untuk menggantikan ayahku yang telah gugur.”

Rasul dengan terharu memeluk anak muda itu. “Engkau adalah pemuda Islam yang sejati, Amar. Allah memberkatimu….”

Hari itu pertempuran berlalu cepat. Pertumpahan darah berlangsung hingga petang. Pagi-pagi seorang utusan pasukan Islam berangkat dari perkemahan di medan tempur, mereka menuju ke rumah Nusaibah.

Setibanya di sana, wanita yang tabah itu sedang termangu-mangu menunggu berita, “Ada kabar apakah gerangan?..” serunya gemetar ketika sang utusan belum lagi membuka suaranya, “Apakah anakku gugur?..”

Utusan itu menunduk sedih, “Betul….”

“Inna lillah….” Nusaibah bergumam kecil. Ia menangis.
“Kau berduka, ya Ummu Amar?..”

Nusaibah menggeleng kecil. “Tidak, aku gembira. Hanya aku sedih, siapa lagi yang akan kuberangkatkan?.. Saad masih kanak-kanak.”

Mendengar itu, Saad yang sedang berada tepat di samping ibunya, menyela, “Ibu, jangan remehkan aku. Jika engkau izinkan, akan aku tunjukkan bahwa Saad adalah putera seorang ayah yang gagah berani.”

Nusaibah terperanjat. Ia memandang puteranya. “Kau tidak takut, nak?..”

Saad yang sudah meloncat ke atas kudanya menggeleng, yakin. Sebuah senyum terhias di wajahnya. Ketika Nusaibah dengan besar hati melambaikan tangannya, Saad hilang bersama utusan tentara itu.

Di arena pertempuran, Saad betul-betul menunjukkan kemampuannya. Pemuda berusia 13 tahun itu telah banyak menghempaskan nyawa orang kafir. Hingga akhirnya tibalah saat itu, yakni ketika sebilah anak panah menancap di dadanya. Saad tersungkur mencium bumi dan menyerukan, “Allahu Akbar!..”

Kembali Rasulullah memberangkatkan utusan ke rumah Nusaibah.

Mendengar berita kematian itu, Nusaibah meremang bulu tengkuknya.
“Hai utusan,” ujarnya, “Kau saksikan sendiri aku sudah tidak memiliki apa-apa lagi. Hanya masih tersisa diriku yang tua ini. Untuk itu izinkanlah aku ikut bersamamu ke medan perang.”

Sang utusan mengerutkan keningnya.
“Tapi engkau wanita, ya Ibu….”

Nusaibah tersinggung, “Engkau meremehkan aku karena aku wanita?.. Apakah wanita tidak ingin pula masuk ke Syurga melalui jihad?..”

Nusaibah tidak menunggu jawaban dari utusan tersebut. Ia bergegas menghadap Rasulullah dengan mengendarai kuda yang ada.

Tiba di sana, Rasulullah mendengarkan semua perkataan Nusaibah. Setelah itu, Rasulullah pun berkata dengan senyum.

“Nusaibah yang dimuliakan Allah. Belum masanya wanita mengangkat senjata. Untuk sementara engkau kumpulkan saja obat-obatan dan rawatlah tentara yang luka-luka. Pahalanya sama dengan yang bertempur.”

Mendengar penjelasan Nabi demikian, Nusaibah pun segera menenteng obat-obatan dan berangkatlah ke tengah pasukan yang sedang bertempur.

Dirawatnya mereka yang mengalami luka-luka dengan cermat. Pada suatu saat, ketika ia sedang menunduk dan memberi minum seorang prajurit muda yang luka-luka, tiba-tiba rambutnya terkena percikan darah. Nusaibah lalu memandang. Ternyata kepala seorang tentara Islam tergolek, tewas terbabat oleh senjata orang kafir.

Timbul kemarahan Nusaibah menyaksikan kekejaman ini.

Apalagi ketika dilihatnya Rasulullah terjatuh dari kudanya akibat keningnya terserempet anak panah musuh. Nusaibah tidak dapat menahan diri lagi, menyaksikan hal itu.

Ia bangkit dengan gagah berani. Diambilnya pedang prajurit yang tewas itu.
Dinaiki kudanya.
Lantas bagaikan singa betina, ia mengamuk.

Musuh banyak yang terbirit-birit menghindarinya. Puluhan jiwa orang kafir pun tumbang.

Hingga pada suatu waktu ada seorang kafir yang mengendap dari arah belakang, dan langsung menebas putus lengan kirinya. Nusaibah pun terjatuh, terinjak-injak oleh kuda. Peperangan terus berjalan. Medan pertempuran makin menjauh, sehingga tubuh Nusaibah teronggok sendirian.

Tiba-tiba Ibnu Mas’ud menunggang kudanya, mengawasi kalau-kalau ada orang yang bisa ditolongnya. Sahabat itu, begitu melihat ada tubuh yang bergerak-gerak dengan susah payah, dia segera mendekatinya. Dipercikannya air ke muka tubuh itu.

Akhirnya Ibnu Mas’ud mengenalinya, “Isteri Said-kah engkau?..”

Nusaibah samar-sama memperhatikan penolongnya. Lalu bertanya, “Bagaimana dengan Rasulullah?.. Selamatkah baginda?..”

“Baginda Rasulullah tidak kurang suatu apapun…”

“Engkau Ibnu Mas’ud, bukan?.. Pinjamkan kuda dan senjatamu kepadaku….”

“Engkau masih terluka parah, Nusaibah….”

“Engkau mau menghalangi aku untuk membela Rasulullah?..”

Terpaksa Ibnu Mas’ud menyerahkan kuda dan senjatanya. Dengan susah payah, Nusaibah menaiki kuda itu, lalu menderapkannya menuju ke medan pertempuran. Banyak musuh yang dijungkirbalikkannya. Namun karena tangannya sudah buntung, akhirnya tak urung juga lehernya terbabat putus oleh sabetan pedang musuh.

Gugurlah wanita perkasa itu ke atas pasir. Darahnya membasahi tanah yang dicintainya.

*Tiba-tiba langit berubah mendung, hitam kelabu. Padahal tadinya langit tampak cerah dan terang benderang. Pertempuran terhenti sejenak.*

Rasul kemudian berkata kepada para sahabatnya,

“Kalian lihat langit tiba-tiba menghitam bukan?.. Itu adalah bayangan para malaikat yang beribu-ribu jumlahnya. Mereka berduyun-duyun menyambut kedatangan arwah Nusaibah, wanita yang perkasa.”

Subhanallah..
Allahu Akbar..
Allahu Akbar..
Allahu Akbar..

Tanpa pejuang sejati seperti dia, mustahil agama Islam bisa sampai dengan damai kepada kita yang hidup di jaman sekarang.

Semoga Allah ‘Azza Wa Jalla menempatkan mereka, dan kita semua di Syurga-Nya disamping Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, Aamiin..

Apa yang telah kita perbuat untuk menegakkan Dienullah Islam ?

Kisah penuh inspiratif ini seharusnya dapat menggugah jiwa juang kita, agar tidak cengeng melepas anak -anak yang sedang berjuang. Kalo ingin anak menjadi kuat, maka kita harus menjadi ibu yang kuat terlebih dahulu.

https://tarbiahmoeslim.wordpress.com/2016/10/23/wanita-yang-kematiannya-disa mbut-para-malaikat/

الله اكبر

Silahkan di share semoga bermanfaat.

Selasa, 11 September 2018

Trik Menghafalnya Faqih

Bismillaah...

Bagi saya, tidak boleh ada hafalan baru sebelum hafalan sebelumnya lancar betul. Sekarang, karena Faqih sudah kelas 2, hafalan di sekolahnya adalah juz 29. Saat kelas 1, hafalannya juz 30. Itu artinya, bagi saya, selama menambah juz 29, juz 30 harus tetap di muroja'ah setiap hari.

Setelah sekian lama, baru kali ini lagi saya ikut mendampingi Faqih untuk menghafal. Selama ini, saya hanya menyuruhnya untuk menghafal sendiri, di rumah maupun di sekolah. Hanya mengecek dan menyuruh muroja'ah ayat demi ayat yang sudah dihafal.

Hari ini, kebetulan dia habis melakukan satu kesalahan (menakut-nakuti adeknya sepulang dari mesjid). Maka saya memilihkan untuknya pilihan hukuman: dicubit keras (sadis 😂😂😂) atau menghafal surah al mulk ayat 26-30. Ternyata dia lebih memilih menghafal.

Oke.

Pukul 20.30 dia memulai. Dia duduk di kursi ruang tengah, membaca berulang-ulang, menghafal tanpa melihat quran, lalu membaca lagi, lalu menghafal lagi, begitu seterusnya. Sesekali mengeluh dan banyak alasan. 15 menit kemudian, saya menyuruh untuk menyetor, tapi katanya belum hafal. Alasannya, mau menghafal di kamar saja. Maka kami pindah ke kamar. Di kamar, saya putarkan 1 ayat sebanyak 20x. Ayat 27 berhasil dihafalkan.

Saat ayat ke 28, laaaama baru dihafal. Padahal ayat yang sudah terputar mungkin 40x, tapi tetap saja masih gak bisa dihafal. Dia menangis, mungkin ngantuk juga. Dan saya? Jangan ditanya, kesabaran hampir habis, eh, tidak, alhamdulillaah masih bisa mengontrol diri 😁. Dia hampir saja tertidur, tapi karena dari awal kami sepakat untuk menghafal ayat 27-30, maka tidak ada kata tidur sebelum ayat itu dihafal.

Di ayat 28, saya coba mendiktekan ayat demi ayat sambil membacakan artinya. Tiba-tiba, dia kelihatan bersemangat. Matanya cerah, tidak ada tanda-tanda mengantuk, padahal tadi sudah nangis-nangis mau tidur. Begitu hingga ayat ke 30. Dan dia tertidur setelah menghafalkan ayat 26-30 walau masih belum lancar, maasyaallaah wa tabaarokallah. Alhamdulillah, saya jadi tahu trik menaklukkan dia untuk suka menghafal yaitu dengan membacakan artinya dan menceritakan kisah-kisah dibalik ayat itu.

Tiap anak memang unik, tidak bisa disama ratakan. Sama halnya dengan Faqih. Banyak metode yang beredar tentang cara mudah menghafal quran bagi anak. Rata-rata sudah saya terapkan sama Faqih. Tapi dasar Faqih, sesuai dengan namanya, dia lebih suka dan lebih cepat hafal jika tahu apa arti ayat demi ayat yang dibaca. Dia suka diceritakan. Lalu, jika seperti ini, berarti saya mau tidak mau, HARUS banyak belajar, terutama bahasa Arab. Harus banyak tahu kisah-kisah dan asbabun nuzul dari ayat-ayat itu. Salah menyampaikan, tentu bisa fatal.

Seperti tadi, di ayat 29 surah almulk, ada kata tawakkal. Bukan Faqih kalau dia tidak bertanya, "apa itu tawakkal". Dan tentu, saya harus memilih kata yang mudah masuk di akalnya.

Jadi ummi itu berat, butuh ilmu terutama ilmu addiin. Saya tidak tahu apa jadinya jika saya tidak pernah belajar. Mungkin, anak-anak saya akan tahu dari orang lain, bukan dari saya dan itu artinya saya kehilangan satu kesempatan lagi untuk mendapatkan pahala jariyah.

Olehnya, buat para akhawat, para gadis yang masih diberi keluangan waktu, manfaatkan waktu luangmu dengan banyak belajar ilmu. Selain untuk diri kita, ilmu agama yang kita pelajari kelak akan berguna buat anak-anak kita, Insyaallah.

Betullah syair Arab yang berbunyi: “Al-ummu madrasatul ula...", ibu adalah sekolah utama. Bila engkau mempersiapkannya, maka engkau telah mempersiapkan generasi terbaik”.

Semoga saja, anak-anakku kelak menjadi generasi terbaik, dan ini mimpi saya. Semoga Allah berkenan mengabulkan dan mewujudkan. Aamiin...

Terus belajar ✊✊✊


Sinjai
Ahad, 9 September 2018

Contoh Lowongan Kerja

CONTOH LOWONGAN KERJA 😁

✅ Wanita Muslimah, single
✅ Usia Maksimal 25 tahun
✅ Berhijab
✅ Senin - Jumat, jam 8.00 - 17.00
✅ Taat beribadah
✅ Domisili dekat lokasi kerja

Admin Online :
✔ Min. Pendidikan SMK
✔ Mau belajar
✔ Lokasi Kerja di ........
✔ Menguasai Microsoft office
✔ Bisa menggunakan internet dan sosial media

❤ Silahkan kirim lamaran via email ............. atau info lengkap.bisa whatsapp ............ ❤

Walk in interview

Bingung Menentukan Gaji Karyawan Olshop?

Bingung Menentukan Gaji Karyawan Olshop?
[Bagian Packing/Bungkus Paket]

Alhamdulillah semakin banyak Emak Olshop yang mau seriusin Jualan Onlinenya. Bukan hanya "sekedar jualan", tapi menjadikannya sebuah bisnis yang besar dan panjang umur. Bisnis besar yang bisa memberikan manfaat besar untuk ummat. aamiin...

Bukan saya meremehkan kekuatan Emak Setrooong. Saya justru memahami potensi Emak Setrooong. Namun.. karena waktu dan tenaganya tidak cukup untuk dibagi dalam semua perannya (sebagi ibu, istri, anak, adik, kakak, sosial, bisnis dll), maka saya sangat merekomendasikan Mak untuk bangun tim.

Ya rekrut karyawan ya Mak. Delegasikan tugas mulai dari pekerjaan teknis dengan resiko kecil dan mudah diajarkan. Saya mulai dari bagian packing (tukang bungkus paket).

Eiiit... bukan berarti bungkus paket bisa sembarangan loh. Harus ada SOP nya (Standard Operating Procedures). Yang mesti diperhatikan:
1. Barang yang diambil sesuai dengan pesanan.
2. Cara membungkusnya rapi.
3. Penulisan alamat sesuai, tulisan mudah dibaca dan bagus.
4. Pencatatan jumlah paket, kurir yang digunakan, jumlah ongkir, nama pengirim, dan nama tujuan.
5. Menghitung jumlah resi sesuai point 4.
6. Mengecek alamat tujuan dan harga ongkir sesuai point 4. Karena terkadang ada perbedaan nilai ongkir di web kurir dengan realitanya. Jika ternyata lebih kecil, kita jadi berhutang. Kalo lebih besar, artinya kita nombok.
7. Penyimpanan dan penghitungan stok perlengkapan packing (sealer, solasi, plastik, kertas alamat dll).
8. "Hukuman" jika ada kesalahan pengiriman yang disebabkan oleh bagian packing. Hal ini untuk membuat mereka kerja dengan teliti, namun tetap cekatan karena dikejar waktu.

Untuk penghitungan gajinya jangan "glondongan", bisa dipecah ke beberapa bagian:
a. Gaji pokok.
b. Bonus berdasar jumlah paket. Jadi dia akan ikut berdoa "ya Allah hari ini paketnya yang banyak ya, jadi bonus saya ikut banyak." Nah mau kan Mak didoain banyak orderan? ^_^
c. Bonus berdasar performa (tidak melakukan kesalahan selama sebulan, maka dapet bonus, diberikan gabung dengan gaji). Kesalahan bisa berupa:
- Salah tempel alamat.
- Salah jumlah produk.
- Salah jenis produk.
- Salah warna produk.
d. Transport.
e. Makan.
f. Tunjangan lainnya.

Berapa besarannya?

Untuk karyawan baru, saya memang belum UMR. Boleh kok, kan kita masih UMKM. Masih boleh menggaji berdasarkan kemampuan bisnisnya.

Kalo saya patokannya:
- Cukup untuk transport. Makanya cari yang deket aja ^_^ 1 kali naik angkot.
- Bisa untuk makan sebulan. Pilih yang jomblo, jadi biaya hidupnya masih kecil.
- Masih ada sisa untuk nabung.

Misalnya Rp.1.500.000.

Ini dibagi menjadi point A - F yang diatas itu ya Mak.
a. Gaji Pokok Rp.500.000
b. Bonus paket Rp.100 x 100 paket sehari x 22 hari kerja = Rp.220.000
c. Bonus performa. Jika selama sebulan tidak melakukan kesalahan sekalipun, dapet bonus Rp.120.000
d. Transport Rp.15.000 x 22 hari kerja = Rp.330.000. Jika tidak masuk, dengan alasan apapun, tidak dapat uang transport sesuai hari yang tidak masuknya.
e. Makan Rp.15.000 x 22 hari kerja = Rp.330.000. Ini juga sama, jika tidak masuk, dengan alasan apapun, tidak dapat uang transport sesuai hari yang tidak masuknya.
f. Tunjangan lainnya (THR, Tunjangan Pernikahan, Tunjangan Melahirkan, Tunjangan Kesehatan). Ini tidak saya berikan pada gaji bulanan.

Saya hitung point A sampai E ya, totalnya menjadi Rp.1.500.000. Belum termasuk tunjangan lainnya di point F.

Sederhana ya cara hitungnya. Kalo pusing, boleh lambaikan tangan 😅 Kalo pusing ambil wudhu trus ngaji aja Mak, adeeem...


Semoga bermanfaat ❤

Sabtu, 08 September 2018

Hanin Athifah 2 bulan



Hanin Athifah kini usianya 2 bulan setengah. Tanggal 16 nanti, menurut tahun masehi, ia genap 3 bulan.

Sejak usianya sebulan lebih, di badannya ada bintik-bintik berisi, seperti alergi, di kepala atau kadang di wajah maupun di kakinya. Kami hanya bisa mengira-ngira, karena belum pernah memeriksakan ke dokter anak/kulit.

Dugaan awal, ia alergi telur. Karena saya memang ada riwayat alergi telur ayam yang warna kulitnya putih itu. Dulu-dulu, saya, setiap sudah makan (banyak) telur, biasanya ada bentol-bentol di badan. Anehnya, hanya telur ayam berkulit putih itu saja. Kalau telur ayam ras yang banyak dijual di pasaran, tidak. Dan kami menduga, Hanin Athifah juga alergi telur, turunan dari umminya.

Fix, saya puasa makan telur selama masih menyusui. Walau kadang-kadang saya makan sedikiiit saja telur sisa yang dimakan anak-anak karena mau sekali (*saya pencinta lauk telur*).

Sudah tidak makan telur, tapi baby Hanin masih bentol-bentol. Bahkan semakin banyak. Ada apa ini? Ada yang bilang, mungkin kutu kasur, atau nyamuk, atau karena suka dicium sama kakak-kakaknya, dll, dll.

Tapi, sampai saat ini, setelah saya berpikir yang saaaangat panjang, akhirnya menduga (masih dugaan) bahwa mungkin saja ia alergi coklat. Iya, mungkin saja. Karena seingat saya, bintik-bintiknya mulai ada saat saya suka mengkonsumsi coklat-coklatan.

Fix lagi, mulai hari ini, saya puasa makan coklat. Hiks. Padahal di lemari, masih banyak simpanan cemilan coklat. Tapi untuk kali ini, saya mau lihat dulu perkembangan si baby, apa betul setelah saya berhenti mengkonsumsi coklat, bentol-bentolnya juga berhenti, ataukah masih tetap bermunculan.

Mari kita menunggu dan mengamati sebulan ke depan.

O iya, di usianya yang hampir 3 bulan ini, akhir-akhir ini suka liat Hanin berpindah dari posisi semulanya, terutama kalau tidur malam. Kadang saya tempatkan sejajar dengan saya, saat terbangun tengah malam, eh, kakinya di sana, kepalanya dimana. Sudah mulai suka berbalik badan juga untuk siap-siap tengkurap.

Semoga sehat selalu, nak, jadi anak sholehah, kelak rajin sholat, berakhlak yang baik dan jadi penghafal qur'an, Insyaallah. Aamiin

Senin, 03 September 2018

Kapan Lahir (an)?

Bismillaah


Baca ini, saya teringat dengan percakapan bersama suami saat menanti persalinan. Waktu itu, sering sekali ada tanda-tanda akan bersalin, tapi hanya sesaat alias kontraksi palsu.

Hingga suatu ketika, saat saya sedang mengatur barang-barang jualan di lemari, suami yang lagi duduk tidak jauh dari tempat saya lalu bertanya, "Ummi, kapanpeki' itu melahirkan?"

Saya membalikkan wajah saya ke beliau lalu menjawab, "Tidak tau, abi. Itu pertanyaanta' samaji kalau bilangki 'kapan meninggal'".
Beliau kaget, "Sembarangnya", katanya. Mungkin tidak menyangka jawaban saya seperti itu. 😥
"Betul kan? Kelahiran, kematian, jodoh dan rizki adalah rahasia Allah."

Kelahiran anak ke-4 yang dinanti sejak awal Ramadhan, yang diharapkan lahir di bulan Ramadhan, ternyata Allah menghendaki lahirnya setelah Ramadhan.
Pun dengan kematian suami yang tak pernah dinanti ataukah berharap masih lama, ternyata Allah takdirkan secepat itu, di waktu yang menurut akal manusia "begitu cepat" dan di usia yang masih sangat muda.

Begitu pula dengan jodoh dan rizki. Tak perlu lah kita tanyakan kapan dan bagaimana. Tugas kita hanya berusaha memantaskan diri mendapatkan yang terbaik. Tak perlu pula menempuh cara-cara yang Allah tidak sukai, karena semuanya telah Allah tetapkan akhirnya, semuanya telah tercatat di lauhul mahfudz, jauh sebelum kita lahir.

Selasa, 21 Agustus 2018

Anak-anak Pejuang Shubuh

ANAK-ANAK PEJUANG SUBUH...!!!"

Ada anak lelaki yang hampir setiap subuh ikut berjamaah, ia berdiri dan duduk persis di sebelah Ayahnya. Meniru semua gerakan Ayahnya, si Ayah sholat sunnah ia ikut, begitu seterusnya.

Ada anak usia sekitar tiga tahun yang kadang-kadang ikut Ayahnya ke masjid. Wajahnya terlihat baru bangun tidur, masih pakai diapers pula. Berdiri persis di samping Ayahnya mengikuti Ayahnya sholat sunnah sebelum subuh. Sampai gerakan sujud nggak bangun lagi, hingga Ayahnya selesai sholat, ternyata ia tertidur sambil sujud.

Ada lagi anak yang usianya juga sekitar tiga tahun. Juga berdiri di sebelah Ayahnya, namun pada saat sholat subuh tak berapa lama setelah takbir dan Imam membaca alfatihah, ia ngeloyor meninggalkan barisan. Hingga sholat subuh usai, biasanya ia duduk di pojok masjid menunggu Ayahnya selesai.

Ada pula Ayah yang membawa anaknya ke masjid dalam kondisi masih terlelap. Di gendong turun dari mobilnya, sampai ke masjid dan bahkan hingga jamaah bubar si anak tetap terlelap. Meski sang Ayah sudah mencoba membangunkannya. Maklum, masih usia dua tahun.

Yang menarik ada anak yang rajin ke masjid padahal tidak ada Ayahnya. Entah bagaimana ibunya mendidik, menarik pastinya. Meski tanpa Ayah yang sudah lama meninggal, ia tetap rajin ke masjid.

Selama masih ada barisan anak-anak yang berangkat ke masjid di subuh hari, meskipun dengan berbagai kepolosan perilakunya, maka masih jelas masa depan Agama ini..

Selama masih ada orang tua, terutama para Ayah yang berupaya mengajak serta anak-anaknya sholat subuh berjamaah di masjid, akan kokohlah barisan pejuang agama Allah. Negara pun akan selamat...!!

Khawatir lah bila sudah tidak ada kalangan muda dalam barisan jamaah subuh di masjid-masjid, bagaimana nasib ummat ini di masa datang?

Ada riwayat yang terbaca, salah satu rahasia kehebatan para pejuang Aceh, yang membuat penjajah kesulitan mengalahkan rakyat Aceh adalah, Teuku Umar dan para panglima memilih pasukannya dari masjid-masjid di waktu subuh.

Mereka yang bangun subuh adalah para pejuang. Orang-orang yang bersungguh-sungguh, yang telah bisa mengalahkan rasa lelah dan malasnya, tak turuti kantuknya, menguasai egonya.

Kagum kepada para orang tua yang tak lelah mengenalkan, mengajarkan dan memberi contoh kepada anak-anaknya untuk sholat berjamaah subuh di masjid. Kelak anak-anak ini menjadi pribadi yang tangguh raga dan jiwanya.

Anak-Anakku....!!
"Tak perlu Risau & khawatir nak, bila subuh saja bisa engkau kuasai, InsyaaAllah kelak masa depan bisa engkau Genggam & Taklukkan...!!,
Tapi Jika Subuhmu Selalu Kesiangan,Jangan Berharap Engkau Punya masa Depan & bisa jadi engkau akan jadi Seorang Pecundang...!!

Tetap Istiqomah & Semangat Nak....!!!
Bimbing selalu anak2 kita agar tetap dijalan Alloh 😇
👍🏽👍🏽👍🏽

Kamis, 16 Agustus 2018

Kami Ingin Pulang

KAMI INGIN PULANG

"DUNIA" ini tempat perantauan yang penuh dengan penderitaan
Jangan pernah mau tinggal di dunia
Jangan pernah mau menjadi anak-anak dunia
Tidak ada kebaikan apapun di dunia ini kalau dibandingkan dengan syurga
Tidak ada kenikmatan apapun di permukaan bumi ini kalau dibandingkan kenikmatan di syurga Allah

Bangun istana kita disana, jangan bangun disini
Disana kita harus membangun istana
Istana yang ada di dunia ini akan kita tinggalkan
Negeri ini negeri yang penuh dengan penderitaan
Allah turunkan nabi Adam dari syurga agar nabi Adam merasakan penderitaan dosa dan maksiat
Maka jangan betah tinggal di dunia

Demi Allah...
Kalau ada cara untuk mengakhiri hidup dan itu diridhoi oleh Allah, kita akan tempuh
Karena sudah lelahnya kita hidup di dunia ini
Sudah capeknya kita hidup di dunia ini

Sulitnya kita mempertahankan keimanan di permukaan bumi ini
Di tengah saudara-saudari kita kaum muslimin dan muslimat yang melanggar aturan-aturan Allah, melanggar syari'at-syari'at Allah
Kita nasehati mereka, mereka balik benci kepada kita
Kita ajak mereka ke syurga, mereka katakan kita mengajak ke neraka
Kita mengajak mereka untuk patuh dan taat kepada Rasul tercinta, mereka katakan bahwa kita benci kepada kyai dan para ulama
Tapi tidak ada cara untuk mengakhiri hidup yang diridhoi Allah

Kalau seandainya ada cara untuk mengakhiri hidup yang Allah, akan kita tempuh
Karena kita sudah lelah hidup di negeri persinggahan
Kita sudah lelah hidup di negeri perantauan ini

Mau pulang...
Tapi tidak ada cara untuk pulang
Kita wajib antri menunggu malaikat maut datang menjemput

Hati kita sudah tidak lagi di dunia ini, tapi tidak ada cara untuk meninggalkan negeri perantauan
Kita harus ikhlas menghadapi takdir Allah kapan kita akan menerima antrian itu

Negeri ini sarat dengan ujian
Negeri ini sarat dengan fitnah
Yang tidak ada fitnah itu kampung halaman kita
Maka rajin-rajinlah shalat, dan dalam shalat itu ingat kampung halaman
Rajin-rajinlah sedekah, dalam sedekah itu ingat kampung halaman kita
Rajin-rajinlah memperhatikan anak yatim, orang-orang miskin, karena memperhatikan mereka itu, ingat kampung halaman
Karena itu yang akan mampu mengembalikan kita kepada kampung halaman yang sesungguhnya

Ingatlah kajian-kajian tauhid, jauhi syirik, supaya kita bisa kembali ke kampung halaman kita yang sesungguhnya yaitu syurga Allah Subhanahu wa ta’ala
Sambil berdoa kepada Allah,
Ya Allah, tetapkan hati kami di atas agamamu, agar kami wafat, kami berada di atas agamamu yang lurus

Oleh:
Ust. Maududi Abdullah, LC.

Senin, 13 Agustus 2018

Jangan Ciderai Fitrah Anak

JANGAN CIDERAI FITRAH ANAK

Resume Seminar Parenting Mengenai Fitrah Based Education
Nurul Huda Islamic Center UNS
Di resume kembali oleh : Ummu Abdullah , Solo

1. Jangan pernah membandingkan anak. Karena setiap mereka punya keistimewaan masing-masing. Umar bin Khatab hebat tapi tidak pernah dipilih menjadi panglima perang. Karena basic nya Umar temperamental, Maka yang selalu terpilih menjadi Panglima perang  adalah Khalid bin Walid yg tenang dan bisa mengambil keputusan yg tepat di lapangan karena ketenangannya.

2. Anak yg cengeng bisa jd mempunyai potensi perasa. Gampang memahami perasaan org dan mudah berempati.

3. Anak yg cerewet, Maka poleslah agar kedepannya ia menjadi seorang penceramah yg mampu menyentuh kalbu.

4. Anak yg keras kepala bisa jd kedepannya ia adalah pemimpin besar

5. Kenakalan adalah jeritan hati yg belum ketemu jalan keluarnya atau potensi yg belum tampak buahnya.

6. Ibaratnya pohon yg belum berbuah dikasih pupuk dan air yg banyak akhirnya busuk. Yg diperlukan adalah kesabaran dgn pupuk yg tepat.

7. Anak yg suka suudzon bisa jd kedepannya menjadi detektif, aparat penegak hukum yg membutuhkan potensi analisa dan kewaspadaan.

8. Motivasi dari luar atau training sekarang sudah tidak laku. Karena tdk dianggap efektif. Yg sekarang laku adalah motivasi dari dalam diri sendiri.

9. Apapun yg Alloh berikan pada anak kita harus ridha. Karena keridhaan orangtua adalah awal membuka potensi anak-anaknya.

10. Menyusui bukan sekedar proses memberi nutrisi tapi proses mengajarkan aqidah.

Maka jangan disambi, tapi fokus sentuhan ke sentuhan, tatapan ke tatapan, karena proses menyusui adalah transfer pesan dari Rabb kepada ibu kepada anaknya.

11. Membesarkan anak bukan untuk menjadi sarjana, tapi menjadi membangun peradaban.

12. Apapun yg Alloh berikan pd anak kita hrs ridha. Karena keridhaan orangtua adalah awal membuka potensi anak-anaknya. Anak dibawah 7 tahun harus dikenalkan dgn aqidah tapi jangan doktrin dan penuh ketakutan misalnya tentang neraka, tapi ceritakan dgn cinta misalnya tentang pesona syurga. Buat anak terpesona dgn Rabbnya.
Perintah shalat adalah  7 tahun. Jadi jangan paksa anak tertib shalat sebelum 7 tahun.

13. Anak dibawah 7 tahun masih individualitas karena belum faham rules. Egosentris. Jadi normal dan wajar jika punya keinginan atau tidak mau berbagi.

14. Anak yg puas ego nya di bawah 7 tahun akan mudah berbagi setelahnya.

Tapi jika di bawah 7 tahun sudah diciderai fitrahnya ia akan menjadi anak yang gugup, tidak mampu mengambil keputusan, dll.

15. Buat anak cinta al qur'an jangan paksa anak bisa dan hafal baca al qur'an.

Ajari anak cinta buku bukan bisa baca buku. Karena anak yg cinta buku akan membaca seumur hidupnya.

16. Tugas kita bukan sebanyak apa mengajarkan pengetahuan karena ilmu  pengetahuan berkembang terus menerus. Tugas kita adalah menanamkan kepada anak-anak aqidah yg kuat sehingga semua persoalan dialam semesta mereka mampu membaca dan memecahkannya.

17. Kenangan indah dengan orangtua saat kecil, akan terekam dan membekas di ingatan anak-anak di masa depannya.

Kalo kita sibuk mendidik anak 0-15 tahun, stelah 15 tahun kita akan menuai senyuman.

Jika kita lalai mendidik anak 0-15 tahun, maka kita akan menuai kesedihan.

18. Jangan menyerahkan anak sepenuhnya pd sekolah. Apalagi hanya pd seorg pengasuh.

Tetapi orgtua harus langsung hands on. Umur 0-2tahun harus berada langsung dlm asuhan ibu sesibuk apapun ibu.

Ingat..seorg ibu memang ditugaskan hanya sibuk mengurus anak bukan yg lainnya.

19. Tumbuhkan fitrah dgn baik. Fitrah Based Education adalah menyiapkan anak-anak kita mempersiapkan peradaban.

20. Karakter dilahirkan apa dibentuk? Ada yg sejak lahir ada yg dibentuk. Cerewet karakter dari lahir. Disiplin, amanah adalah karakter yg dibentuk.

21. 8 konsep fitrah yg harus tumbuh semua, Bukan pilihan.

1. Fitrah keimanan : Aqidah yg kuat
2. Fitrah belajar : keingintahuan modal profesional, inovasi.
3. Fitrah bakat : potensi
4. Fitrah seksualitas : berfikir dan bersikap sesuai gender.
5. Fitrah jasmani
6. Fitrah bahasa
7. Fitrah individualitas
8. Fitrah perkembangan

22. Anak yg hebat lahir dari ayah yg hebat. Kuatkan lisan dan pendengaran.

Dialog orgtua banyak di Al Qur'an antara ayah dan anaknya. Tidak ada dialog antara anak dan ibu.

23. Usia 0-7thn adalah usia anak bersama ibu.

Anak laki-laki usia 7-10thn dekatkan dgn ayahnya, naik gunung dan permainan kelaki-lakiannya. Agar di masa depannya anak laki-laki tumbuh menjadi lelaki yg kelaki-lakian.

Anak perempuan usia 7-10tahun dekatkan dgn ibunya. Libatkan mereka masak, menjahit mukena nya dan peran perempuan-perempuan lainnya.

24. Anak laki-laki usia 11-14 thn dekatkan dgn ibunya agar ia tahu peran lawan jenisnya. Kedepannya ia akan tahu bagaimana memperlakukan perempuan atau istrinya.

Anak perempuan usia 11-14 thn dekatkan dgn ayahnya, agar ia bisa menilai mana laki-laki baik dan tidak di masa remaja dan dewasa nya.

25. Bagaimana jika usia 9 tahun belum shalat??
Maka ulang lagi basic fitrah 0-7 tahun, dimana peran ibunya? Introspeksi buat Sang ibu.

26. Yakinlah pd fitrah anak, jangan khawatirkan rizkynya di masa depan.
Ingat bagaimana wasiat Nabiyullah Ya'qub Alaihissalam ktika akan meninggal? Beliau tidak pernah takut anaknya kelaparan atau miskin. Tapi takut jika anaknya menyimpang dari agama Alloh.

Harta adalah masalah remeh dan rendah.
Adapun fitrah aqidah anak adalah yg paling berharga.

Berbahagialah bersama anak..

Barakallohu fiikum

Minggu, 12 Agustus 2018

Do'a Itu 😟😟😟

Bismillah...

Do'a yang pernah saya ucapkan dan tak akan pernah saya lupa, do'a yang setelah kuucapkan saya menangis sejadi-jadinya, do'a yang menurutku paling "horor" yang pernah kuucap adalah...

"Ya Allah, berikanlah yang terbaik untuk suamiku, jika kesembuhan baik baginya, maka sembuhkanlah. Namun, jika ia memang harus pergi dan itu yang terbaik menurutmu, saya siap, ya Allah"

Ya Allaah 😢😢😢 sekuat apa saya saat itu hingga do'a ini terucap?
Ya Allaah 😢😢😢 jahatkah saya karena doa ini?
Suamiku... maafkan saya 😩😩😩

"Boleh jadi engkau tidak menyenangi sesuatu padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui." (albaqarah:216)

Menyesal? Kadang...
Tapi, apa iya saya harus memaksakan agar beliau sembuh? Sementara ia kelihatan begitu sakit dan tersiksa dengan keadaannya. Kalau ternyata, kematian adalah jawabannya, berarti beliau sudah sembuh. Allah yang menyembuhkannya dan Allah liat itu yang terbaik.

Engkau sudah tidak sakit lagi, abi...
Saya yakin, engkau mendapatkan nikmat di alam kuburmu atas amalan yang telah engkau lakukan semasa hidupmu, atas kesabaranmu dalam menghadapi sakitmu selama ini.

Allahummaghfirlahu warhamhu wa'aafihi wa'fuanhu