tag:blogger.com,1999:blog-26940048119957858992024-03-14T13:51:10.015+08:00Blognya MuharrikahHanya berisi sepenggal pengalaman yang Allah takdirkan terjadi padaku. Semoga qt bisa mengambil pelajaran dan hikmah...Muharrikah Ummu 'Abdillah Faqiihhttp://www.blogger.com/profile/11207166921529249597noreply@blogger.comBlogger293125tag:blogger.com,1999:blog-2694004811995785899.post-32532095184797892612024-01-08T13:14:00.003+08:002024-01-08T13:14:35.093+08:00Catatan KOTS Januari 2024Bismillaah..<div><br /></div><div>- pentingnya memperbarui niat di awal2 aktivitas.<br />- berinteraksi dgn istri butuh ilmu, bgmn kalau marah, cemburu, semua butuh ilmu.<br />- bgmn mungkin qt menyuruh anak2 rajin menuntut ilmu sementara qt? kalau anak2 tiap hari, kita hanya sebulan sekali<br />- menerima rapor adalah evaluasi besar buat orang tua, karena bisa jadi kesalahan yg terjadi pada anak adalah kesalahan dr ortu.<br />- jika ingin mengevaluasi anak, jangan capaian akademik tp akhlaknya<br /><br />- coba sesekali tanya ke istri, "apakah sy sudah menjadi suami yang baik?" agar bisa dievaluasi, apa yang harus dilakukan untuk memperbaiki. Dan sebaliknya, istri juga bertanya ke suami, apa yang harus diperbaiki.<br />- rasulullah kesholehannya berkesinambungan, maka pastikan anak cucu dan keturunan kita itu semuanya mentauhidkan Allah.<br />- semua anak2 harus kita usahakan dan mendidik agar menjadi baik, jgn sampai qt bilang, biarmi 1 baik, 1 nakal<br />- semakin banyak anak, semakin banyak jg yg mendoakan kita saat kita meninggal<br /><br />- seperti ini rasulullaah berinteraksi dgn istrinya:<br />* menanyakan kabar istri di pagi / sore. jgn sampai qt tau kalau dia sakit saat badannya panas.<br />* beliau Rasulullaah membuat panggilan kesayangan kepada istrinya selain nama yang diberikan ortu nya. seperti yaa Humairoh atau ya Aisy. Jangan malu karena usia, walau sdh kakek nenek karena romantisnya semoga sampai ke syurga. visi kita jauh, sampai ke akhirat, bukan hanya sampai di dunia.<br />* rasulullah terbiasa membantu pekerjaan istrinya seperti cuci piring, membersihkan rumah, dll. Rasulullah biasa menjahit bajunya sendiri. jangan sampai tiba di rumah, langsung baring main hp, tapi kalau ada sesuatu yang ringan yg bisa qt kerja, maka kerjakan.<br />* membantu istri beliau (shofiyah) untuk menaiki hewan tunggangannya. ini bs qt terapkan minimal bukakan pintu mobil.<br />* istri beliau bersedih, rasulullaah sendiri yg mengusap air mata istrinya dgn tangannya sendiri<br />* beliau memperhatikan kebersihan dirinya dan aroma tubuhnya. hal apa yg pertama kali rasulullah lakukan sblm masuk rumah / kamar? aisyah menjawab: beliau bersiwak. jangan sampai di kantor harum, sampai ke rumah bau keringat.<br />* seni berinteraksi rasulullah --- karya syaikh al munajjid, bagus buat qt belajar bgmn berinteraksi kpd semuanya.<br />* bukan hanya keromantisan dlm rt rasulullaah, tetapi beliau jg mendidik para istrinya untuk menjadi teladan buat para wanita.<br />* suami harus lebih dan banyak ilmu untuk sesekali kita ajar dan mendidik ke istri kita. ketika ada kesalahan, kita kasi tau baik-baik.<br />* rt beliau jg tdk luput dr permasalahan, agar kita jg bisa mencontoh beliau ketika kita memiliki permasalahan, bgmn rasulullaah menghadapi masalah itu<br />* jika istri minta cerai, maka acuhkan saja, diamkan, karena akan berhenti sendiri<br />* masalah rasulullaah: haditsul ifki (annur), hadits yg turun untuk mensucikan ibunda aisyah.<br />* shofwan bin muattol yg menemukan aisyah: kalimat istirja'<br />* abdullah bin ubay yg paling kencang menyebar fitnah dan rasulullah terpengaruh tp beliau tdk langsung menjudge, beliau bertanya dulu ke ali bin abi thalib, usamah bin zaid, zainab binti jahsy dan mariyah, mengumpulkan informasi. <br />* kalau qt melihat istri / suami qt asalnya banyak melakukan kebaikan, maka jangan langsung menjudge hanya karena 1 kesalahan.<br />* beliau tdk tergesa2 menyimpulkan tetapi beliau mengubah sikap beliau agar istrinya sadar, dan mengumpulkan infomasi dr org lain lalu bertanya dengan jelas langsung kepada istrinya.<br />masalah berikutnya: istri2 beliau meminta tambahan nafkah. bertengkar tdk menyelesaikan masalah, berdebat tdk menjadi solusi, memberikan pilihan kepada istri.</div><div><br /></div><div><br /></div><div>7 Januari 2024<br />Mesjid Babul Muttaqin Dg. tata<br />Oleh Ust Abbas hafidzahullaah<br /></div>Muharrikah Ummu 'Abdillah Faqiihhttp://www.blogger.com/profile/11207166921529249597noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2694004811995785899.post-76800009922568876032024-01-05T15:08:00.000+08:002024-01-05T15:08:14.048+08:00Malino 2024<div style="text-align: left;">Bismillaah...</div><div style="text-align: left;"><br /></div><div style="text-align: left;">3-4 Januari 2024 kemarin, Alhamdulillah Allah izinkan kami bisa Rihlah sekeluarga di Malino, tepatnya di Villa 3D.</div><div style="text-align: left;"><br /></div><div style="text-align: left;">Dingin? Buangettt. Saya yang pecinta dingin juga angkat tangan, menyerah dengan kedinginannya. Syukurnya, suami yang anti cuaca dingin gak ikut, saya gak tau bagaimana jadinya jika beliau ikut 😅. Saya saja, kena diare di malam hari nya, mesti bolak balik wc yang air nya seperti air es, masyaAllaah.</div><div style="text-align: left;"><br /></div><div style="text-align: left;"><br /></div><div style="text-align: left;">🌸 Tentang Penginapan kami...</div><div style="text-align: left;"><br /></div><div style="text-align: left;">Aafiyah (9y), ponakan saya, nanya ke Hannan (12y) "Hannan, kalau dinilai 1-10, berapa nilainya ini villa (tempat penginapan kami hari itu)?"</div><div style="text-align: left;">"Kalau saya, nilainya 8", lanjut Aafiyah.</div><div style="text-align: left;">Hannan masih berpikir, lalu saya nyeletuk, "Kalau saya toh, nilai nya 6".</div><div style="text-align: left;">Lalu Hannan ikut2an memberi nilai 6.</div><div style="text-align: left;"><br /></div><div style="text-align: left;">Yang pertama, parkirannya sempit. Saya bahkan harus memarkir kendaraan agak jauh dari penginapan agar lebih aman dan kendaraan lain bisa leluasa masuk ke tempat nya hanya untuk menurunkan barang bawaan. Syukurnya, barang bawaan saya hanya pakaian saja.</div><div style="text-align: left;"><br /></div><div style="text-align: left;">Kami mengambil penginapan dengan harga tertinggi, ada 3 kamar (1 kamar ada wc nya), ada ruang keluarga, ruang tamu (yang jadi ruang tidur buat laki2nya) dan dapur serta 1 wc yang terpisah dengan rumahnya. Penginapannya mungkin sudah agak lama, kalau pun masih baru, mungkin kurang dirawat. Kenapa? Ada 1 kamarnya yang agak "bau", ini kata adik saya, mungkin sprei nya tidak diganti dan habis dipakai sama pengunjung sebelumnya. Kloset di wc juga bocor dikit.</div><div style="text-align: left;"><br /></div><div style="text-align: left;">Kamar mandi / wc dalam rumah cuma 1, itupun dalam kamar. Wc 1 nya di luar rumah yang gak mungkin kami keluar kesana kalau tengah malam. Tidak ada heater nya juga, jadi kasian buat bayi / anak-anak kalau mau cebok / mandi. Kalau saya, dari dulu memang tidak mandi kalau lagi di Malino 🤣, kecuali dalam wc yang ada air hangatnya.</div><div style="text-align: left;"><br /></div><div style="text-align: left;">Dapurnya agak kecil. Kulkasnya juga tidak bisa difungsikan, jadi buat menyelamatkan makanan, terpaksa kita disuruh beli es batu dan tempatnya.</div><div style="text-align: left;"><br /></div><div style="text-align: left;">Kolam renangnya Alhamdulillaah ada, walau tidak terlalu luas tapi pemandangannya cantik dan ada luncuran sama air mancur nya. Cuma sekali saja saya ke kolam nya, itupun cuma sebentar. Dari penginapan ke kolam itu mesti turun tangga dulu, kalau mau kembali ke penginapan, naik tangga lagi 8 kelokan. Sayangnya, saya lupa hitung jumlah tangganya, saking capeknya menaiki tangga sambil gendong bocah yang sudah kedinginan 🤣. Memang, untuk naik satu tangga itu butuh effort / usaha yang lebih, seperti halnya dalam kehidupan, bukan cuma naik tangga untuk kembali ke penginapan.</div><div style="text-align: left;"><br /></div><div style="text-align: left;">Walau seperti itu, Alhamdulillaah semua kekurangannya itu tertutupi dengan keindahan alamnya, masyaAllaah. Kata Hanif, si adik bungsu, "Ada harga, ada kualitas." Betul banget. Jadi kalau mau fasilitas atau kenyamanan lebih, maka tentu akan sebanding dengan harganya.</div><div style="text-align: left;"><br /></div><div style="text-align: left;">Baiklah, demikian review saya sebagai salah satu pengunjungnya. Semoga bermanfaat dan bisa menjadi info di awal sebelum kesana. Tempatnya bagus kok, adapun review dari saya, itu hanya dari kacamata saya. Bisa jadi di saya kurangnya seperti itu, namun di orang lain akan berbeda.</div><div style="text-align: left;"><br /></div><div style="text-align: left;"><br /></div><div style="text-align: left;">Ilma, 5 Januari 2024</div>Muharrikah Ummu 'Abdillah Faqiihhttp://www.blogger.com/profile/11207166921529249597noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2694004811995785899.post-45700576848273097102024-01-02T15:31:00.003+08:002024-01-02T15:31:16.965+08:00Mengurus PasporBismillaah..<div><br /></div><div>The first time ngurus sendiri paspor di kantor imigrasi. Sebelum saya ke kantor imigrasi, saya daftar online dulu. Jadi download dulu M-Paspor di handphone, trus isi data deh.</div><div><br /></div><div>Walau saya sudah ada paspor sebelumnya, namun, ini adalah pengalaman pertama mengurus sendirian. Kalau dulu, yaa di uruskan. Jadinya, saya bingung pas tiba di kantor imigrasi. Awal bertanya ke petugasnya, disuruh ke loket dekat tempat antri, pas ke loket pun petugasnya heran (dengan saya), karena ternyata, alur pertama nya itu adalah mengambil map dan nomor antrian. Karena tempat pengambilan map nya berbeda dengan tempat antrian, inilah yang bikin bingung.</div><div><br /></div><div>O iya, saya mengurusnya di Kantor Imigrasi Makassar, Daya.</div><div><br /></div><div>Jadi, kalau sudah berada di Kantor Imigrasi, langsung saja ke sebelah kiri kantor, dekat kantin. Disitu ada 1 meja tempat pengambilan map kemudian tidak jauh dari situ ada tempat pengambilan nomor antrian. Di tempat nomor antrian ini, kita disuruh lengkapi berkas-berkas yang akan dikumpulkan.</div><div><br /></div><div>Karena saya sudah punya paspor sebelumnya namun sudah habis masa aktifnya, maka untuk kali ini, saya hanya memperpanjang saja masa aktif. Jadi berkas yang dikumpulkan / harus dibawa adalah:</div><div><br /></div><div>- fotocopy ktp</div><div>- fotocopy paspor lama</div><div>- paspor lama (buku aslinya)</div><div><br /></div><div>Di dalam map ada selembar kertas, saya cuma tanda tangan saja di bagian "pemohon".</div><div>Kemudian setelah itu, antri sesuai nomor urutan di gedung nya. Pas saya antri, bertepatan dengan jadwal istirahat siang petugas (padahal masih 11.45). Jadi istirahatnya sampai jam 1 siang (ngaret 10 menit).</div><div><br /></div><div>Jam 13.10, tibalah giliran saya. Karena saya bercadar, petugasnya sigap mencarikan tempat khusus untuk yang bercadar. MasyaAllaah, love dan terharu sekali di bagian ini. Begitu menjaga nya mereka sampai dicarikan tempat khusus dan tertutup buat kita yang bercadar. Sudah di ruang tertutup, masih ditutupi kain juga pas lagi foto. Berbeda saat pembuatan paspor pertama kali, dapatnya petugas laki-laki dan yang foto kalau gak salah juga laki-laki. Kali ini semuanya perempuan. Alhamdulillaah, Baarokallaahu fiikum.</div><div><br /></div><div>Di tempat foto juga ditanyai tujuan kemana dan dalam rangka apa. Dijawab saja apa adanya (atau ada apanya 😅). Trus disuruh sidik jari juga.</div><div><br /></div><div>Selesai, Alhamdulillaah. Dikasi selebaran buat bukti nanti saat pengambilan paspor.</div><div><br /></div><div>Di lembarannya tertulis, paspor akan selesai 3 hari kerja, namun, menurut petugas, selesainya 4 hari kerja (di luar hari libur / tanggal merah gak dihitung). Saya buat nya Selasa, disuruh ambil hari Senin depan, qaddarullaah, padahal butuhnya sebelum Ahad. Jumat nanti mau cek lagi, semoga bisa keluar di hari Jumat, aamiin.</div><div><br /></div><div>Demikian pengalaman saya di Kantor Imigrasi hari ini. Lelah? Iya, karena bolak baliknya sudah kayak setrika, belum lagi bawa anak yang hmmm, sempat menjatuhkan pagar2 playgroundnya.</div><div><br /></div><div>O iya, kantornya ramah anak juga ya, masyaAllaah, ada playground nya, tempat khusus buat anak-anak main sambil nunggu ortunya ngantri / proses foto. Di awal datang sempat terpisah sama anak-anak, tapi dikasi tau sama petugasnya kalau mereka lagi nunggu di playground, saya jadi merasa aman.</div><div><br /></div><div>Disediakan (free) air gelas, bisa buat teh / kopi juga bagi yang mau dan air panasnya disediakan di galon dan dispenser.</div><div><br /></div><div>MasyaAllaah, untuk saat ini, pelayanan dan fasilitas di Kantor Imigrasi Makassar 👍♥️♥️♥️. Sisa parkiran nya yang masih sementara pembenahan.</div><div><br /></div><div>Sekian.</div><div>Semoga bermanfaat buat yang mau mengurus sendiri juga.</div><div><br /></div><div><br /></div><div>_2 Januari 2024_</div><div>Di Bengkel Mahaputra, sambil nunggu mobil di tune up</div>Muharrikah Ummu 'Abdillah Faqiihhttp://www.blogger.com/profile/11207166921529249597noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2694004811995785899.post-45205414558734331732024-01-01T22:50:00.004+08:002024-01-01T22:50:53.522+08:00SALAH!Bismillaah..<div><br /></div><div>Setiap kita pasti pernah salah, namun seperti nya tidak ada dari kita yang sengaja maupun berniat untuk melakukan kesalahan. Namun, sebaik-baik yang berbuat salah adalah bertobat, tidak mengulangi lagi kesalahannya.</div><div><br /></div><div>Namun, apa jadinya, ketika kita sudah menyadari, lalu dicap "tidak akan benar lagi", atau di klaim "memang kamu seperti itu"? Diasingkan, lalu di ungkit, dibahas, lagi dan lagi.</div><div><br /></div><div>Rasanya? Sakit! Sekali!</div><div>Rasanya, seperti kita tidak berguna lagi.</div><div><br /></div><div>Mungkin memang, sudah tak ada lagi kebaikan dalam diri hanya karena 1 atau banyak kesalahan. Mungkin, memang kita pantas diperlakukan seperti itu.</div><div><br /></div><div>Terima saja! Itulah akibat dari kesalahan mu!</div>Muharrikah Ummu 'Abdillah Faqiihhttp://www.blogger.com/profile/11207166921529249597noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2694004811995785899.post-4052911773968979412023-12-31T23:22:00.003+08:002023-12-31T23:26:51.635+08:00Baju Renang Anak<div style="text-align: left;">Bismillaah..</div><div style="text-align: left;"><br /></div><div style="text-align: left;">Sekedar mau meninggalkan jejak saja di 2023, biar ada kenangan tulisan 2023 di blog ini. Walau kenyataannya, pergantian tahun 2023 ke 2024 sama saja dengan pergantian bulan.</div><div style="text-align: left;"><br /></div><div style="text-align: left;">Dikasi judul "Baju Renang", karena aktivitas terakhir sebelum menulis disini adalah menyesuaikan stok baju renang real dan catatan stok di telegram jualan.</div><div style="text-align: left;"><br /></div><div style="text-align: left;">Trus, sempat diskusi juga sama suami tentang baju renang ini. Katanya, saya tuh jual baju renang sementara anak-anak tidak punya baju renang, haha. Bukan tidak mau mengambil stok jualan buat anak-anak, cuma kami bukan termasuk keluarga yang sering atau bahkan meng-agendakan untuk berenang tiap bulan. Lagipula, kalau kami pergi berenang, paling di laut atau di tempat yang tidak mesti memakai baju khusus renang. Jadilah sampai saat ini saya tidak memberi anak-anak baju renang. Sayang saja kalau mereka punya namun hanya sekali pakai. #alasan 🤣</div><div style="text-align: left;"><br /></div><div style="text-align: left;">Apapun itu, intinya adalah kami Mutiara Hijab Kids jualan baju renang anak ya. Tersedia mulai usia 3 sampai 11 tahun. Untuk katalog, bisa cek kesini 👇</div><div style="text-align: left;"><br /></div><div style="text-align: left;">https://t.me/bajubayianakmakassar/5210?single</div><div style="text-align: left;"><br /></div><div style="text-align: left;">https://t.me/bajubayianakmakassar/5329?single</div><div style="text-align: left;"><br /></div><div style="text-align: left;">https://t.me/bajubayianakmakassar/5187?single</div><div style="text-align: left;"><br /></div><div style="text-align: left;">Baju renang buat anak perempuannya tersedia yang pake jilbab / hijab maupun non hijab. Lengan pendek maupun lengan panjang ada ya 😀</div><div style="text-align: left;"><br /></div><div style="text-align: left;">Sekian dulu tulisan hari ini.</div><div style="text-align: left;"><br /></div><div style="text-align: left;">O iya, kalau mau tanya-tanya tentang baju renang, bisa ke wa:</div><div style="text-align: left;"><br /></div><div style="text-align: left;">wa.me/628114441073</div><div style="text-align: left;">wa.me/6281242074074</div><div style="text-align: left;"><br /></div><div style="text-align: left;"><br /></div><div style="text-align: left;">Ilma, 31 Desember 2023</div><div style="text-align: left;">yang rencana awalnya mau tidur jam 8, tapi karena ada orderan baju renang, gak jadi tidur sampai 23.21 ini 😅</div>Muharrikah Ummu 'Abdillah Faqiihhttp://www.blogger.com/profile/11207166921529249597noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2694004811995785899.post-33020788835582871582022-09-05T15:47:00.006+08:002022-09-05T15:47:39.687+08:00"Jangan jadi ...."<p>Bismillaah...</p><p>Suatu waktu, kami berkumpul membacakan siroh salah satu sahabat Nabi, Abbad bin Bisyr. Buku yang kami pakai berjudul "101 Sahabat Nabi", buku yang pertama kali kuambil di rak buku Aba yang setelah saya buka dan baca sekilas, Alhamdulillaah, bahasanya agak ringan dan In syaa Allah mudah dipahami anak-anak.</p><p>Yang bertugas membacakan malam itu adalah Faqih. Saat dibacakan, Ziyad dan Hannan kayak gak serius. Akhirnya, setelah kisah nya selesai dibaca, saya buat kuis dadakan dengan 5 soal, dengan harapan besoknya mereka lebih serius lagi mendengarkan.</p><p>Salah satu soal dari kuisnya adalah, "Apa hikmah dari kisah Abbad bin Bisyr yang tadi Faqih bacakan".</p><p>Faqih dan Ziyad angkat tangan. Saya persilakan dulu ke Faqih untuk menjawab.</p><p>Hikmahnya adalah...</p><p>"Kita harus khusyu' kalau sholat. Seperti Abbad bin Bisyr ketika sholat, ada yang memanah tubuhnya sampai 3x, tubuhnya terkena tusukan namun Abbad tetap melanjutkan sholatnya," kata Faqih.</p><p><br /></p><p>"Kalau Ziyad? Apa hikmah atau pelajaran yang kita dapat?", tanyaku.</p><p><br /></p><p>Dengan mantap dan bermuka polos, ia menjawab,</p><p>"Jangan jadi pemanah!"</p><p><br /></p><p>Astaghfirullaah, gak nyangka 😂</p><p>Ending yang menghibur dan semuanya tertawa kecuali dia 😂😂😂</p><p><br /></p><p>***</p><p>MasyaAllah ya.. di saat lagi lelah-lelahnya karena aktivitas rutin seharian, ditambah dari tadi menegur anak2 yang gak bisa diam dengar kisah, trus waktunya juga sudah jam istirahat malam, Allah hapuskan lelah dengan celotehan polos dari anak-anak.</p><p>Semoga mereka tetap menjadi qurrata a'yun sampai kapan pun, jadi anak sholeh, berakhlak yang baik, dan semoga kebersamaan kami di dunia berlanjut kelak hingga ke syurgaNya, aamiin.</p><p><br /></p><p>5 September 2022</p><p>@ilma</p>Muharrikah Ummu 'Abdillah Faqiihhttp://www.blogger.com/profile/11207166921529249597noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2694004811995785899.post-40074493300947126562022-08-08T22:33:00.003+08:002022-08-08T22:33:56.485+08:00Cerita Puasa Asyura 1444 H<div style="text-align: left;">Bismillaah..</div><div style="text-align: left;"><div><br /></div><div>Jam 4 shubuh...</div><div>"Nak anak, siapa yang mau puasa hari ini? Puasa asyura namanya, puasa di 10 Muharram. Kalau kita puasa, bisa menghapus dosa setahun."</div><div><br /></div><div>"Saya", kata Ziyad yang terbangun mendengar suara dari saya.</div><div><br /></div><div>"Sahur mi pale, Nak, karena sudah mau adzan mi ini."</div><div><br /></div><div>...singkat cerita, yang puasa hari ini adalah Hannan (10y) dan Ziyad (9y)</div><div><br /></div><div>Jam 5 sore...</div><div><br /></div><div>Ziyad: "Ummi, capek sekali ka', lapar, haus, dst...." *keluhan anak-anak pada umumnya yang lagi berpuasa.</div><div><br /></div><div>Saya: "Buka (puasa) meki' pale'".</div><div>(Sebenarnya saya mengatakan ini hanya sebagai pemancing untuk melihat kesungguhannya, bukan perintah untuk ia berbuka. Tapi ternyata...)</div><div><br /></div><div>Saya melihat Ziyad berlalu di samping saya sambil memegang botol minum. Kaget dong. Biasanya kalau disuruh berbuka di waktu yang dikit lagi hampir berbuka, dia gak mau. Tapi kali ini, Ziyad buka puasa betulan gaesss 😂</div><div><br /></div><div>"Ziyaaaad, sudah jam 5 mi ini, gemess kuuu sama qt, padahal sudah hampirmi buka puasa, kenapa bla bla bla..." yang intinya sayang banget berbuka saat itu, sejam lagi padahal 🤧</div><div><br /></div><div>Ziyad: "Biarmi ummi deh, capek sekalima', haus, kaya' mauma' meninggal." Wkwkwk</div><div><br /></div><div>Saya: "Kan puasa memang begitu toh. Menahan lapar dan haus. Kalau nda lapar dan haus, berarti qt nda puasa"</div><div><br /></div><div>Ziyad: "Gak pa2 ji, ummi, adaji itu pahala ku puasa sampai jam 5. Biarmi sampai 9 bulan saja dihapus dosaku, biarmi bukan 1 tahun."</div><div><br /></div><div>Ya Allaaah, gak gitu konsepnya Ziyaaad. Memang pahala itu bisa diatur? 😂😂🤣</div><div>Seketika saya ingin tertawa di depannya, tapi jadinya hanya dalam hati, takutnya dia tersinggung 😂😂</div><div><br /></div><div><br /></div><div>8 Agustus 2022 / 10 Muharram 1444 H</div><div>@ilma</div></div>Muharrikah Ummu 'Abdillah Faqiihhttp://www.blogger.com/profile/11207166921529249597noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2694004811995785899.post-62238510710084301132022-08-08T22:25:00.003+08:002022-08-08T22:29:34.430+08:00VISI KELUARGA MUSLIM<div style="text-align: left;">Bismillaah..</div><div style="text-align: left;"><br /></div><div style="text-align: left;">Salah satu cara meminta kepada Allah secara halus adalah dengan banyak bersyukur.</div><div style="text-align: left;"><br /></div><div style="text-align: left;">Ideologi berperan dalam kehidupan. Manusia mengendalikan ideologinya sesuai dengan kemauannya.</div><div style="text-align: left;">Dalam lembaga pendidikan, agar bisa berjalan dengan baik, maka pribadi dan fasilitas harus diatur oleh Qur'an dan Sunnah. Jika fasilitas diatur oleh pribadi, maka akan rusak. Dan yang paling parah adalah ketika fasilitas yang mengendalikan kita (pribadi-pribadi).</div><div style="text-align: left;"><br /></div><div style="text-align: left;">Ulama adalah pewaris para Nabi. Kalau ulama rusak, maka akan rusak pula tatanan kehidupan ini. Itulah sebab, anak-anak sebagai calon ulama harus dipersiapkan dengan baik.</div><div style="text-align: left;"><br /></div><div style="text-align: left;">Pendidikan keluarga memegang peranan penting. Keluarga merupakan Lembaga pendidikan pertama yang memperbaiki.</div><div style="text-align: left;"><p dir="ltr">
Visi misi keluarga sangat penting.</p>
<div style="text-align: left;">Kita perlu mengevaluasi visi misi keluarga kita, apakah sudah terinspirasi oleh Al Qur'an?</div><div style="text-align: left;"><br /></div><div style="text-align: left;"><br /></div><div style="text-align: left;">🍇 VISI KELUARGA MUSLIM</div><div style="text-align: left;"><br /></div><div style="text-align: left;">Ayat pertama</div><div style="text-align: left;"><br /></div><div style="text-align: left;"><div>(وَٱلَّذِینَ یَقُولُونَ رَبَّنَا هَبۡ لَنَا مِنۡ أَزۡوَ ٰجِنَا وَذُرِّیَّـٰتِنَا قُرَّةَ أَعۡیُنࣲ وَٱجۡعَلۡنَا لِلۡمُتَّقِینَ إِمَامًا)</div><div>Dan orang-orang yang berkata, “Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa.”</div><div>[Surat Al-Furqan 74]</div><div><br /></div></div>
<p dir="ltr">Ayat ini, menyebutkan salah satu karakter ibadurrahman. Doa dalam ayat ini harusnya menjadi wirid harian terutama bagi ayah.<br /></p><div style="text-align: left;">
Istri tidak hanya harus menunaikan kewajibannya, tetapi lebih dari itu. Ia harus menjadi qurrota a'yun, sebagaimana dalam hadits Rasulullaah ketika ditanya siapa wanita yang baik dalam Islam,</div><p></p><p style="color: #333333; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px;"></p><p style="color: #333333; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px;">سُئِلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ النِّسَاءِ خَيْرٌ قَالَ الَّذِي تَسُرُّهُ إِذَا نَظَرَ وَتُطِيعُهُ إِذَا أَمَرَ وَلَا تُخَالِفُهُ فِيمَا يَكْرَهُ فِي نَفْسِهَا وَمَالِهِ</p><p style="color: #333333; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px;">Artinya: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah ditanya; “Wanita yang bagaimana yang paling baik?” Beliau menjawab: “Jika dipandang (suami) ia menyenangkan, jika diperintah ia taat, dan ia tidak menyelisihi suaminya dalam perkara-perkara yang dibencinya, baik dalam diri maupu harta.” (HR. Ahmad)</p><div style="text-align: left;">Pemegang kuasa penuh atas tumbuh kembang Anak adalah Allah.</div><div style="text-align: left;"><br /></div><div style="text-align: left;">Selalu melibatkan Allah dalam segala aktivitas kita.</div><p dir="ltr">
Ya Muqallibul qulub…<br />
Istri dan keturunan adalah penyejuk jiwa juga permata hati merupakan karunia terbesar..<br />
Mereka bukan penghalang untuk masuk surga.<br />
Parameter qurrata'a'yyun sesungguhnya adalah ketakwaan.<br />
Boleh, dianjurkan seseorang untuk dipilih dan keturunan sebagai pemimpin bagi orang yg bertaqwa<br />
Waj'alna lilmuttakina imama<br />
Menjadi pemimpin yg berkualitas. <br />
Pemimpin orang yang bertaqwa= pahala menjadi berlipat lipat.</p>
<p dir="ltr">-Harus diupayakan </p>
<p dir="ltr">Ayat ke2 <br />
<a href="http://QS.at">QS.at</a> Tahrim : 6</p>
<p dir="ltr">Tugas utama kepala RT untuk masuk surga, melindungi keluarga dari api neraka<br />
Hari akhirat telah ditetapkan, surga dan neraka itu ada. Dan wajib diimani<br />
Keimanannya kepada hari akhir adalah tarbiyah penting.<br />
Iman kepada Allah<br />
Iman kepada hari Akhir<br />
Karakter malaikat penjaga neraka sesuai dg tugas dan tempat<br />
Sikap malaikat penjaga neraka yg kasar, keras, begis<br />
Berupaya agar tidak jadi Bahan bakar neraka<br />
Manusi dan batu BBN<br />
Karakter dasar Malaikat itu tdk pernah membantah perintah Allah, apapun yg ditugaskan. <br />
Mencontoh sifat dan karakter Malaikat</p>
<p dir="ltr">Ayat ke3<br />
QS.At Thuur: 21</p>
<p dir="ltr">Harapan berkumpul dan bersama di Surga Allah<br />
Allah itu Maha adil. Sangat Adil, Allah tdk pernah berbuat dzalim.<br />
Sekecil apapun keburukan dan kebaikan pasti akan dibalas.<br />
Balasan setiap amalan itu beragam.<br />
Setiap orang disandera oleh amal perbuatannya masing masing<br />
Biasakanlah beramal yg positif.</p>
<p dir="ltr">Tahapan pendidikan<br />
*Penguatan di sektor Akidah<br />
*Aqidah mewarnai perilakunya</p><div><p dir="ltr">Jiwa harus bersih<br />*membekali ilmu ilmu penunjang agar bisa interaksi sosial dan muamalah<br />*Memancing dan mengasah skill anak</p></div><div><br /></div><div><br /></div><div>...catatan kajian ots Kuttab Al Fatih Makassar...</div><p dir="ltr">8 Dzulhijjah 1443 H / 18 Juli 2021<br />Di Masjid Darussalam Muhammadiyah, Tamangapa Antang<br /></p></div>Muharrikah Ummu 'Abdillah Faqiihhttp://www.blogger.com/profile/11207166921529249597noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2694004811995785899.post-62508462888064153302021-03-11T09:39:00.007+08:002021-03-11T09:42:02.390+08:00Tantrumnya Hanin<p>Bismillah...<br /></p><p>Tantrum itu apa? Kalau menurut saya, tantrum itu.. ungkapan perasaan anak yang "berlebihan", biasanya dengan menangis (tidak seperti biasanya), berguling-guling di lantai / tanah ataukah melempar barang yang ada di sekitarnya. Tantrum biasanya di usia 3 sampai 4 tahun ke atas. Namun, setelah baca-baca dan mendengar penjelasan dari pemateri parenting, katanya tantrum bisa dimulai dari usia 1 tahun. </p><p>Tantrumnya Hanin, cepat sekali menurutku, kalau dibandingkan dengan saudaranya yang lain yaa. Ataukah saya masih belum sadar kalau anak bungsu ku ini sudah bukan bayi lagi?!</p><p>Sangat menguji kesabaran saat tantrumnya datang. Kadang, hal sepele (menurut ku), misal dia mau sesuatu yang sudah habis atau tidak ada stoknya. Kadang juga tidak jelas masalahnya, misal bangun tidur yang dilanjut nangisnya lama. Dugaan sementara, tantrumnya karena dia kesepian. Kakak-kakaknya di rumah yang satu, dia di rumah yang lain. Tapi susah juga, karena gak mau pisah sama umminya. Di ajak main sama kakaknya, gak mau. Mau sih kalau umminya ikut juga.</p><p>Ya, sejak habis sakit beberapa pekan yang lalu, sampai sekarang (sudah sembuh, alhamdulillaah), Hanin melengket sekali sama saya. Ditinggal mandi atau sholat (tanpa izin sama dia), nangis nya kayak sudah ditinggal berhari-hari. Walau begitu, di satu sisi saya bersyukur dan menikmati masa-masa ini, usia anak 0-5 tahun yang seharusnya mereka belajar dan dekat dengan umminya.</p><p>Hari ini, kembali membawa Hanin ke rumah orang tua untuk main bersama kakaknya, disebabkan karena pagi tadi tantrum lagi. Saya tau dia kesepian. Saat tiba di rumah orang tua, dia ceria, tapi tetap saja menjaga saya biar gak kemana-mana. Walau pada akhirnya saya bisa pergi sembunyi-sembunyi.</p><p>Sore tadi, ada 'undangan' zoom yang Aba kirim ke grup keluarga, temu via zoom dengan ponakan di Arab. Saat saya masuk, saya aktifkan video dan menyapa Musa, ponakan Arab yang belum pernah bertemu langsung. Saya lupa kalau ada Hanin yang sudah aktif duluan.</p><p>Ziyad: "<i>Ummi, na pukulki Hanin kamera ta' (video ku di zoom)</i>"</p><p>Saya lalu menyapa Hanin, eh tambah nangis. Akhirnya saya diam dan menonaktifkan video. Di rumah sana, saya melihat Aba sibuk mendiamkan Hanin. Dan juga terdengar suara-suara lain yang membujuk Hanin berhenti nangis.</p><p>Sampai Hanin terdiam dan saya menganggap suasana aman, saya lalu kembali membuka video tapi tetap menonaktifkan suara. Tiba-tiba, Hannan nyeletuk,</p><p>"<i>Raidah Muharrikah dilarang bicara.</i>"</p><p>"<i>Hanin... bukan ummi ini, tapi Raidah Muharrikah.</i>"</p><p>"<i>Raidah Muharrikah, janganki bersuara nah, matikan suara nya</i>'"</p><p>Hahaha..</p><p>Baru kali ini saya ikut zoom, mau bicara tapi dilarang.</p><p>Akhirnya, cuma bisa memandangi wajah anak-anak dan ponakan di layar hape tanpa sapaan. Karena jika saya nampak di layar zoom dan mengaktifkan audio, suasana pertemuan 'rusak' dan hanya didominasi oleh tangisan Hanin.</p><p>Semoga cepat berlalu "tantrumnya Hanin".</p><p><br /></p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-MMzxsJO0OF4/YEiTxCh_60I/AAAAAAAACbc/8UlHl5qyBzQJjFbCeINfqOZBtusZ3IJRgCLcBGAsYHQ/s1280/photo_2021-03-01_18-43-41.jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1280" data-original-width="720" height="320" src="https://1.bp.blogspot.com/-MMzxsJO0OF4/YEiTxCh_60I/AAAAAAAACbc/8UlHl5qyBzQJjFbCeINfqOZBtusZ3IJRgCLcBGAsYHQ/w181-h320/photo_2021-03-01_18-43-41.jpg" width="181" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Temu Bocah</td></tr></tbody></table><br /><br />Ilma, 1 Maret 2021<p></p>Muharrikah Ummu 'Abdillah Faqiihhttp://www.blogger.com/profile/11207166921529249597noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2694004811995785899.post-45927672561577306032021-01-20T22:08:00.001+08:002021-01-20T22:08:21.007+08:00Sinjai Loo (gat)<div style="text-align: left;">Bismillaah</div><div style="text-align: left;"><div><br /></div><div>Logat dari sinjai yang khas dan tidak akan kamu temukan di daerah lain dimanapun itu adalah logat "Lo" di ujung kalimat. Tidak semua kalimat sih, tapi, sesama orang Sinjai akan tau.</div><div><br /></div><div>Pernah, ada pembeli datang ke toko (di Makassar). Awal-awal, datar aja bicaranya. Tiba-tiba,</div><div>"<i>Kecil bae ini looo, cobanya ada besarnya</i>."</div><div>Langsung saja saya menanyakan, "<i>Sinjai manaki'?</i> 😀".</div><div><br /></div><div>"Lo" nya Sinjai itu khas banget. Kalau orang yang tidak terbiasa mau mengikuti logatnya, kadang kedengarannya aneh. Seperti saudara-saudaraku yang kadang berbicara "Loo" di ujung kalimat karena berbicara dengan anak-anak. Aneh kedengarannya 😂.</div><div><br /></div><div>Dan, I like It. Sampai ke anak-anak pun, ketika mengetik chat ke umminya, "Lo" nya tetap ada ❤️</div><div><br /></div><div>Maha Kuasa nya Allah, yang menciptakan berbagai bahasa dan dialek di muka bumi ini. Semoga makin menambah kesyukuran dan ketaqwaan kita dan tidak menjadikan bahasa sebagai pembeda di antara manusia. Karena sesungguhnya yang membedakan kita di hadapan Allah hanyalah ketaqwaan, bukan bahasa dan asal daerah.</div></div>Muharrikah Ummu 'Abdillah Faqiihhttp://www.blogger.com/profile/11207166921529249597noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-2694004811995785899.post-42528121708259901182021-01-13T22:39:00.001+08:002021-01-13T22:43:01.521+08:00Bersyukur!<div style="text-align: left;">Bismillaah...</div><div style="text-align: left;"><br /></div><div style="text-align: left;"><div>Semalam, ada chat dari Ziyad yang lagi di Sinjai.</div><div><br /></div><div>"Ummi, kasi tauki Hannan, banyak kudapat uang."</div><div>#kirim foto lagi pegang uang#</div><div>Ceritanya, Ziyad lagi 'pamer' seakan mengatakan pada Hannan, "Siapa suruh nda ikut ke Sinjai".</div><div><br /></div><div>Semalam memang ada "competition" bersepupu (dari abinya) yang disponsori oleh om nya disana. Biasanya, siapa yang menang akan banyak juga uang yang dia dapat. Entah Ziyad semalam menang atau bagaimana, yang jelas, di foto yang dia kirim, ada uang biru 😅.</div><div><br /></div><div>Chatnya hanya terhenti di saya, tidak disampaikan ke Hannan. Namun, dalam perjalanan dari toko balik ke rumah tadi, saya menyampaikan ke Hannan,</div><div>"Hannan, yang namanya rezki itu, Nak, bukan cuma uang. Kalau misalnya Ziyad di Sinjai dapat banyak uang, jangan ki' iri nah. Ziyad dapat uang tapi dia nda pergi jalan-jalan. Kita' kemarin enak toh pergi jalan-jalan? Naik bebek-bebek trus makan enak. Itumi rezki ta qt yang Ziyad nda dapatkan. Mengerti meki?"</div><div><br /></div><div>Hannan: "Iya, tapi nanti mauka kasi tau Ziyad kalau darika' jalan-jalan sama Aafiyah (sepupunya)."</div><div><br /></div><div>Saya : "Nda usah dikasi tau. Nda semua yang kita dapat itu harus diceritakan."</div><div><br /></div><div>Hannan mengangguk.</div><div><br /></div><div>***</div><div><br /></div><div>Bersyukurlah atas setiap nikmat yang Allah karuniakan kepada kita. Allah membagi rezki nya sesuai dengan kebutuhan hambaNya. Apa yang sampai pada kita, itulah yang terbaik.</div><div><br /></div><div>Jangan pernah membandingkan dengan kehidupan duniawi orang lain yang lebih di atas kita. Namun dalam hal duniawi, lihatlah ke bawah. Lihatlah orang-orang yang Allah tidak berikan mereka seperti apa yang Allah berikan pada kita.</div><div><br /></div><div>Maka, bersyukurlah selalu!</div><div><br /></div><div><br /></div></div>Muharrikah Ummu 'Abdillah Faqiihhttp://www.blogger.com/profile/11207166921529249597noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2694004811995785899.post-72176584899636812692021-01-12T23:54:00.000+08:002021-01-12T23:54:23.417+08:00Kue Terenak di Makassar<div style="text-align: left;"><div>Bismillaah...</div><div><br /></div><div>Saya type orang yang bisa tidak makan (nasi) berhari-hari dengan syarat: harus ngemil 😂. Nah, salah satu tempat atau penjual cemilan favorit saya adalah: <b>Aafiyah Cakery</b>.</div><div><br /></div><div>Ownernya adalah adik sendiri 😍. Lokasinya di Antang, dekat dari toko (Mutiara Hijab Kids). Kue yang dijual ada banyak. Semuanya (kayaknya) sudah saya coba. Kue terfavorit adalah:</div><div>❤️ Avocado cake / fruit ice cake (saya biasanya menyebutnya kue es buah)</div><div>❤️ Lemon cake (yang atasnya jeruk)</div><div>❤️ Banana dessert (sanggara balanda zaman now 😂)</div><div>❤️ Kue yang bentuknya pisang (lupa nama kue nya, dulu kue ini sempat viral).</div><div>❤️ dll.</div><div><br /></div><div>Eh, terfavorit kok banyak? Iya, karena enak semua, masyaAllah 😍.</div><div>Biasanya, ada kue yang kalau dimakan banyak, bikin eneg. Kalau di Aafiyah Cakery, tidak. Justru rasanya bikin rindu dan ketagihan 😷😂. Kalau gak ingat isi rekening atau dompet yang menipis, mungkin tiada hari tanpa kue dari Aafiyah.</div><div><br /></div><div>Harganya memang menengah ke atas, tapi sebanding dengan kualitas kue nya. Bahannya bukan bahan yang asal-asalan atau pake pewarna makanan. Misal kayak avocado cake, bukan dari pewarna pandan tapi murni dari buah alpukat asli. Begitupun kue yang lain seperti mango atau lemon cake nya, memang pake buah asli. Ini yang bikin saya tidak khawatir order lagi dan lagi. Juga tidak khawatir jika dikonsumsi sama anak-anak. Di rumah, kalau sudah liat atau dengar "Itu kue dari Aafiyah", siap-siap saja ludes kurang dari setengah jam.</div><div><br /></div><div>O iya, sebelum ada avocado cake, pernah coba durian cake juga. Ini enak sekali, sayangnya gak tahan lama dibanding kue yang lain. Kue nya dari durian asli yang kadang cepat berubah rasa kalau kelamaan di luar freezer. Kalau mau order, enaknya langsung dikonsumsi atau simpan di freezer dulu.</div><div><br /></div><div>Dan hari ini, kue dari Aafiyah yang masih tersisa (disimpan-simpan) di kulkas adalah kue bentuk pisang. Dulu sempat cuek sama kue ini, tapi kemarin dan hari ini kok jadi ketagihan ya? 😷 Ternyata enak.</div><div><br /></div><div>Yang mau kontaknya, bisa chat saya di 08114441073 😅😂. Mau tampilkan nope nya disini tapi saya belum izin 😅.</div><div><br /></div><div>Ini testi/review jujur, bukan karena ownernya adik saya 😂, tapi memang kuenya enak-enak. Ada rasa atau ciri khasnya, beda sama yang lain.</div><div>Kalau mau liat foto-foto kuenya, cuss ke instagram @aafiyahcakery.</div><div><br /></div><div>Semoga bermanfaat dan ditunggu orderannya 😍</div></div>Muharrikah Ummu 'Abdillah Faqiihhttp://www.blogger.com/profile/11207166921529249597noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2694004811995785899.post-36454779640463291052021-01-12T18:27:00.002+08:002021-01-12T18:28:29.388+08:00Surga Dibawah Telapak Kaki Ibu (?)<div>Bismillah...</div><div><br /></div><div>"Ummi, syurga bede' ada di bawah telapak kaki ibu?", tanya Ziyad suatu malam, saat saya menyuruh nya memijat kaki.</div><div><br /></div><div>"Iye."</div><div><br /></div><div>Dia lalu mengecek telapak kaki ku, mengamati dan menerawang 😂.</div><div><br /></div><div>"Kenapa pale nda ada kuliat syurga di (telapak) kaki ta', Ummi?"</div><div><br /></div><div>Ya Allah, Nak 😂😂😂 #auto pijit kepala yang nda sakit 😂</div><div><br /></div><div>***</div><div><br /></div><div>Kalau lagi capek trus dapat celotehan kayak gini tuh, maasyaAllah, capeknya jadi hilang. </div><div>Anak-anak itu polos banget ya. Kadang, kata yang keluar dari mulut mungilnya itu sesuatu yang di luar perkiraan. Apalagi pertanyaannya yang jawabannya itu susah susah gampang. Banyakan susahnya sih, mesti cari kata-kata yang pas buat seusia nya. Kalau salah jawab, pembahasannya akan panjaaaaang.</div><div><br /></div><div>Kalau pertanyaannya tentang hal duniawi trus salah jawab, masih mending. Kalau masalah akhirat/agama dan salah jawab, subhanallah 😷. Jadi... walau sudah berumur, walau sudah berekor dan agak sulit menangkap pelajaran, ibu-ibu tetap HARUS belajar. Karena menuntut ilmu itu adalah sepanjang usia kita. Jangan banyak "tapi", jangan banyak "alasan". #reminderforme</div><div><br /></div><div>Semoga Allah senantiasa memberikan kekuatan dan keistiqomahan kepada ummahat semuanya, aamiin.</div>Muharrikah Ummu 'Abdillah Faqiihhttp://www.blogger.com/profile/11207166921529249597noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2694004811995785899.post-34631841895897026802021-01-12T15:25:00.004+08:002021-01-12T18:28:09.307+08:00"Raidah Computer"<div style="text-align: left;"><div>Bismillaah...</div><div><br /></div><div>Masa kecil saya, terutama di waktu SD, alhamdulillah sudah terbiasa membiayai diri sendiri. Lebih tepatnya membantu orang tua untuk tambah biaya pendidikan. Punya saudara yang banyak dan saya anak sulung adalah salah satu sebab.</div><div><br /></div><div>Jasa pengetikan "<i>Raidah Computer</i>", itu nama usaha kami dulu. Waktu itu, komputer belum sebanyak sekarang, masih langka. Laptop juga kayaknya belum ada. Sementara tugas sekolah, kampus dan karyawan kantor kebanyakan mesti diketik. Selain saya, ada om dan tante yang juga bekerja di tempat kami.</div><div><br /></div><div>Saya memulainya di kelas 4 SD. Kalau gak salah ingat, ditugaskan untuk mengetik selembar dua lembar perhari lalu selanjutnya 1 makalah dan selanjutnya 1 skripsi bahkan buku. Walau ditugaskan, tapi ia adalah hiburan tersendiri buat saya di masa kecil. Ketika tugas ngetik selesai, dapat upah yang lumayan buat jajan permen atau coklat 😂.</div><div><br /></div><div>Begitu seterusnya sampai masa kuliah. Namun, makin hari, karena laptop dan komputer semakin banyak yang punya, qaddarullah kami juga pindah rumah, akhirnya "Raidah Computer" hanya tinggal kenangan 😅. Banyak kenangan, kenalan dan pelanggan dari sana. Banyak pelajaran juga yang Alhamdulillah hingga kini masih kami pakai.</div><div><br /></div><div>Kadang anak-anak bergumam, "Ummi, kenapa kita' cepat sekali mengetik, nda kita' liat keyboard".</div><div>Sudah tentu, sesuatu yang dibiasakan dan dirutinkan, tentu akan menjadi lancar dan menjadi kebiasaan. Begitupun kebaikan, jika rutin dan istiqomah dikerjakan, maka kelak akan menjadi kebiasaan dan semoga ia bisa menjadi amalan andalan kita kelak ketika kita menghadap kepada Rabb Pencipta kita.</div></div>Muharrikah Ummu 'Abdillah Faqiihhttp://www.blogger.com/profile/11207166921529249597noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2694004811995785899.post-25333762197313122892021-01-09T23:44:00.007+08:002021-01-12T18:28:53.330+08:00Homeschooling<div style="text-align: left;">Bismillaah...</div><div style="text-align: left;"><div><br /></div><div>Niat lama kembali muncul setelah membaca kisah tentang anak-anak homeschooling yang diceritakan oleh saksi "kesuksesan" mereka. Bukan hanya datang dari 1-2 keluarga, tapi seringkali saya mendengar, anak-anak yang homeschooling itu lebih sukses dan bermanfaat serta ber-akhlaqul karimah. Menjadikan anak-anak kita anak yang shaleh, berakhlak yang baik serta bermanfaat buat agama dan sesama serta sukses dalam hal duniawi tentu adalah tujuan semua orang tua untuk anak-anaknya.</div><div><br /></div><div>Dulu, sewaktu anak baru 3 dan usia sekolah sudah menghampiri mereka, muncullah kekhawatiran demi kekhawatiran di diri saya sebagai ummi dari mereka. Kekhawatiran itu hanya tentang akhlak dan keadaan anak-anak dengan arus zaman yang makin hari makin aneh, tidak seperti dulu. Maka wajar, jika di zaman sekarang, bermunculan lah para pelaku HS (Homeschooling).</div><div><br /></div><div>Begitupun dengan saya. Sempat waktu itu, saya mengutarakan maksud/niat saya kepada suami untuk meng-HS-kan anak-anak. Diizinkan. Namun, seiring berjalannya waktu, pada akhirnya kami tetap memasukkan anak-anak ke sekolah formal.</div><div><br /></div><div>Itu dulu. Ketika niat muncul tenggelam dan akhirnya karam. Namun sekarang, niat itu kembali menyeruak. Rasa-rasanya, ingin meng HS kan saja semua anak-anak. Bukan tanpa sebab. Hampir setahun terlibat langsung menjadi "guru" buat mereka, saya semakin merasa bahwa pelajaran hari demi hari, rasanya hanya berputar di itu-itu saja. Bertele-tele dan terlalu lama. Ada banyak hal yang mestinya harus dipelajari namun tidak diajarkan secara formal di sekolah. Pelajaran dan tugas-tugas yang diberikan, rasanya hanya menjadi beban dan sesuatu yang menghantui buat anak, terlebih orang tuanya.</div><div><br /></div><div>Walau niat itu ada, namun jika tidak ada dukungan dari lingkungan sekitar, mungkin niat ini tidak akan pernah terwujud. Namun, saya sangat berharap, jika misalnya HomeSchooling ini tidak bisa saya terapkan di ketiga anak saya, minimal di Hanin, si bungsu lah yang akan mendapatkannya.</div><div><br /></div><div>Semoga kelak Allah izinkan, Allah mudahkan dan Allah panjangkan umur saya agar bisa mendidik anak-anak menjadi manusia bertaqwa, berakhlak dan bermanfaat.</div></div>Muharrikah Ummu 'Abdillah Faqiihhttp://www.blogger.com/profile/11207166921529249597noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2694004811995785899.post-56566913284519546562021-01-09T23:16:00.004+08:002021-02-26T23:32:48.248+08:00Tentang Kebaikan<div style="text-align: left;">Bismillaah...</div><div style="text-align: left;"><div><br /></div><div>Kebaikan itu sesuatu yang mestinya tidak boleh dilupakan jika orang lain lakukan pada kita. Sebaliknya, kebaikan yang kita lakukan pada orang lain, lupakan sesegera mungkin.</div><div><br /></div><div>Tentang kebaikan orang lain...</div><div>Dulu, sewaktu saya masih SD kelas 3, waktu itu kami pindah rumah yang jarak antara sekolah dan rumah itu agak jauh, mesti pake kendaraan. Kalau gak diantar, mau tidak mau saya harus naik angkot (pete-pete). Karena waktu itu masih SD, kebanyakan supir pete-pete tidak mau atau acuh mengambil penumpang seusia kami. Jadinya, kadang kami terlambat walau sudah cepat untuk menunggu pete-pete di tempat pemberhentian. Saya ingat sekali, kode pete-pete waktu itu adalah 07 dengan rute unhas-abdesir-telkom pettarani.</div><div><br /></div><div>Diantara kebanyakan supir pete-pete yang acuh, ada 1 supir pete-pete "andalan". Walau angkotnya agak tua, supirnya juga sudah tua 😷, namun ia baik hati dan masih terkenang hingga kini. Sering sekali mengangkut kami walau penumpangnya sudah full. Disuruhnya kami menyelip di antara penumpang dewasa (untung bisa terselip 😂) jika hal itu terjadi, walau kadang-kadang juga penumpangnya sepi sih. Yang istimewa adalah, setiap kali kami menjadi penumpangnya, kami dikasi GRATIS. Bukan karena kami tidak mau bayar, namun seringkali mobilnya tancap gas saat kami baru saja menginjakkan kedua kaki kami di tanah tujuan.</div><div><br /></div><div>Seringsekali seperti itu sampai saya tamat SD. Bahkan seingat saya, di waktu kuliah, pak supir angkot itu masih baik hati menggratiskan saya. Padahal mahasiswa itu sudah bukan anak-anak lagi.</div><div><br /></div><div>Peristiwa nya sudah jauh berlalu berpuluh tahun yang lalu, namun kebaikan bapak supir pete-pete itu masih selalu terkenang jika kata "pete-pete" disebut.</div><div><br /></div><div>Walau hari ini saya tidak mengetahui keberadaannya, semoga Allah membalas kebaikannya dengan balasan terbaik di sisi Allah. Semoga Allah senantiasa menjaganya.</div><div><br /></div><div>Begitulah kebaikan, akan membekas di hati orang yang menerimanya. Maka lakukan kebaikan sekecil apapun dan berharaplah Allah yang membalasnya. Setelah itu, lupakan dan lakukan lagi kebaikan yang lain.</div><div><br /></div><div>❤️ "Dan tidaklah kebaikan itu akan dibalas kecuali dengan kebaikan pula" (Ar Rahman : 60) ❤️</div></div>Muharrikah Ummu 'Abdillah Faqiihhttp://www.blogger.com/profile/11207166921529249597noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2694004811995785899.post-75209297762265691592021-01-08T13:45:00.004+08:002021-01-12T18:29:43.758+08:00Karyawan & Rizqi<div style="text-align: left;">Bismillaah</div><div style="text-align: left;"><br /></div><div style="text-align: left;"><div>Punya 2 admin/asisten toko, saya mengira tugas pribadi semakin berkurang. Ternyata tidak, malah makin banyak, <i>subhanallah</i>.</div><div><br /></div><div>Mungkin karena masih baru, jadi butuh diajar dan dikontrol. Tapi setidaknya, waktu untuk mengerjakan hal-hal teknis sudah bisa dialihkan ke karyawan. Inilah keuntungannya jika kita punya karyawan.</div><div><br /></div><div>Diantara kita mungkin ada yang beranggapan, kalau saya rekrut karyawan, cara gaji mereka bagaimana?</div><div><br /></div><div>Dulu saya pun pernah berpikiran seperti ini. Saya malah berpikir, mending saya saja yang mengerjakan, saya saja yang digaji, gajinya lari ke saya saja. Ternyata persepsi dan anggapan ini salah. Justru ketika kita merekrut karyawan, waktu yang kita pake kerja (sendirian) yang biasanya 8 jam dengan hanya 2 tangan 1 otak/pikiran, bisa bertambah lagi. Otomatis orderan juga In syaa Allah akan bertambah. Tentunya semuanya punya dan butuh ilmu untuk mengelolanya.</div><div><br /></div><div>Akhir bulan Desember 2020, saya ikut kelasnya Mak Muri Handayani di Sekolah Bisnis Online tentang Mengelola Tim/Karyawan. Maasyaallah, ilmunya "daging" semua. Langsung bisa diterapkan di bisnis masing-masing, In syaa Allah.</div><div><br /></div><div>Mengenai gaji karyawan, sebenarnya ini adalah sesuatu yang tidak perlu dikhawatirkan. Tiap orang punya rizqi sendiri dari Allah. Menurut pengalaman, orderan saat kita punya karyawan berbeda jika kita tidak punya karyawan. Penyebabnya karena apa? Salah satunya dan yang utama adalah, karena Allah menitipkan rizqi karyawan itu melalui orderan-orderan kita yang In syaa Allah mengalir deras.</div><div><br /></div><div>Allah Maha Pemberi Rizqi, yakin saja, In syaa Allah khawatirmu akan pergi jauh ❤️❤️❤️</div></div>Muharrikah Ummu 'Abdillah Faqiihhttp://www.blogger.com/profile/11207166921529249597noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2694004811995785899.post-50710467768770446132021-01-08T12:11:00.001+08:002021-01-12T18:30:04.139+08:00Ziyarah Kubur<div style="text-align: left;"><div>Bismillaah...</div><div><br /></div><div>"<i>Orang-orang salaf telah menyepakati hal ini dan banyak atsar yang diriwayatkan dari mereka, bahwa ahli kubur dapat mengetahui peziarah yang mengunjungi makamnya, dan merasa gembira karena kedatangannya itu.</i>" (Kutipan kitab al-Rûh karya Imam Ibnu al-Qayyim al-Jauziyyah).</div><div><br /></div><div>Saya baru tau hal ini. Anggapan saya selama ini adalah, cukup mendoakan orang-orang yang telah mendahului kita tanpa ziarah ke kubur mereka. Ternyata tidak. Ziyarah kubur termasuk salah satu yang dianjurkan dalam syariat. Dan ternyata, mengunjungi kubur orang-orang yang kita kenal adalah salah satu kebahagiaan tersendiri buat para ahli kubur.</div><div><br /></div><div>Dulu, waktu kecil saya pernah bertanya ke Aba, "Ba, kuburan nya nenek dimana?". Mungkin karena beliau gak bisa menjelaskan letaknya, pun jika menjelaskan pun saya tak akan tau (karena kurang mengenal letak/alamat pasti di Makassar), Aba cuma menjawab, "Nda usah (tau) kuburnya, Nak. Doakan saja, itu lebih dibutuhkan."</div><div>Dan itulah yang tertanam di benak saya hingga saat ini.</div><div><br /></div><div>Dan sejak saat saya mengetahui ini, rasanya ingin terbang langsung ke kubur suami ~rahimahullah rahmatan wasi'ah~ bersama anak-anak. Karena jujur, rindu itu berat, apalagi rindu pada orang terkasih. Dan mengetahui hal ini, seperti angin segar buat kami yang selalu tak henti rindu 😥.</div><div><br /></div><div>***</div><div><br /></div><div>Tidak ada yang salah dengan pemahaman "cukup mendoakan". Pun ternyata pemahaman "ziyarah kubur" juga tidak ada salahnya. Yang salah adalah jika kita memaksakan kehendak atau pemahaman kita kepada orang dan menganggap selainnya itu salah. Padahal, ilmunya Allah itu luas. Kitanya saja yang mungkin kurang baca atau kurang ilmu dalam memahami satu persoalan.</div></div>Muharrikah Ummu 'Abdillah Faqiihhttp://www.blogger.com/profile/11207166921529249597noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2694004811995785899.post-15412220631011078782021-01-05T22:30:00.003+08:002021-01-12T18:30:27.174+08:00Hanin & Air<div style="text-align: left;">Bismillaah...</div><div style="text-align: left;"><br /></div><div style="text-align: left;">Kemarin, lagi temani Ziyad kerja tugas, Hanin minta sesuatu. Tapi, karena tidak diperhatikan, dia nangis-nangis. Air matanya berjatuhan di lantai. Karena mau mengalihkan perhatiannya (biar nda nangis), saya nanya,</div><div><br /></div><div>"Hanin, liatki ini (tunjuk 2 tetes air matanya di lantai). Siapa ini yang tumpah-tumpah?"</div><div><br /></div><div>Hanin: *diam, tapi kayak berpikir, itu tetesan air darimana ya 🤔*</div><div><br /></div><div>Trus, dia lanjut nangis. Air matanya tumpah lagi di lantai.</div><div><br /></div><div>"Hanin, nih liatki', darimana ini air, siapa yang tumpah-tumpah?"</div><div><br /></div><div>Hanin diam sejenak lalu setengah berteriak, dia bilang, "Bebe nya Ziyad itu".</div><div><br /></div><div>Ziyad yang lagi kerja tugas kaget, saya juga.</div><div><br /></div><div>Ya Allah, menghibur sekali 😂😂😂nda disangkanya jawaban ta', Nak 😂</div><div><br /></div><div>***</div><div><br /></div><div>Lagi...</div><div><br /></div><div>Umminya sibuk ikut kelas di hape, Hanin juga sibuk memperlihatkan tetesan air di atas kertas. Saya nanya itu apa, tapi gak dijawab, malah sibuk berceloteh. Lalu itu air di oles di kaki umminyaa seakan-akan mengobati sesuatu yang sakit.</div><div><br /></div><div>Setelah kelas selesai, umminya agak lowong dan Hanin masih saja bermain karton yang di atasnya ada tetesan air.</div><div><br /></div><div>"Hanin, ini air apa?"</div><div>Tidak dijawab tapi berceloteh panjang lebar.</div><div><br /></div><div>Um = "Hanin, air apa ini? Dari mana ini air?"</div><div>Nin = "Dari Allah", jawabnya cuek</div><div><br /></div><div>Ya Allah 😂😂😂 bukan itu jawaban yang kuharapkan, Nak.</div><div><br /></div><div>Kemudian dia bertanya, "Ummi, putihma' toh?"</div><div><br /></div><div>Belum sempat saya jawab, Hannan datang membawa info,</div><div>"Ummi, lem itu na tumpah (di atas kartonnya)"</div><div><br /></div><div>Ya Allah...</div><div><br /></div><div>Seketika, lem2 yang dioles di kaki ku dan muka nya tadi, mengering</div><div><br /></div><div>Terjawab sudah 😂</div><div><br /></div><div><br /></div><div>Samata, 7 November 2020</div>Muharrikah Ummu 'Abdillah Faqiihhttp://www.blogger.com/profile/11207166921529249597noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2694004811995785899.post-13968913853201165802021-01-05T12:03:00.004+08:002021-01-12T18:31:50.234+08:00Out of Home<div style="text-align: left;">Bismillaah...</div><div><br /></div><div>Semalam, sudah siap-siap balik ke rumah (dari toko) karena katanya mau dijemput, ternyata yang katanya mau jemput gak datang-datang. Gara-garanya, ke toko itu awalnya cuma minta dikasi singgah dan berharap akan dijemput malam, ternyata, hujan deras. Qaddarullaah, akhirnya nginap di toko, sendirian 😅. </div><div><br /></div><div>Kalau gak bawa kendaraan, kata orang "pendek langkahmu". Betul sekali. Mau kemana-mana gak bisa. Jangankan kemana-mana, mau pulang ke rumah saja nda bisa. Qaddarullaah, lagi hujan juga. Kalau gak hujan, alhamdulillaah tinggal call adik suruh jemput.</div><div><br /></div><div>Sejak bisa bawa kendaraan, alhamdulillaah, mau pergi dan pulang jam berapa saja sudah gak kesulitan. Alhamdulillaah-nya lagi kalau kendaraan yang dipake itu bisa untuk segala cuaca/musim. </div><div><br /></div><div>Sangat bersyukur pada Allah lalu kepada suami rahimahullah, semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmatNya dan menjadikan ini amal jariah buatnya. Melalui beliau, saya bisa. Walau semasa hidupnya saya tak pernah membawa kendaraan seperti sekarang. Semasa hidup suami, saya gak bisa kemana-mana tanpa beliau. Begitupun beberapa bulan setelah beliau meninggal.</div><div><br /></div><div>Terpaksa.</div><div>Iya, saya dipaksa keadaan dan akhirnya memberanikan diri. Walau ada beberapa pelajaran yang belum sempat saya pelajari dari suami, namun ada adik yang bisa saya tempati untuk belajar dan bertanya.</div><div><br /></div><div>Sebagaimana yang lain, saya pun pernah mengalami insiden-insiden sebagai pelengkap dalam pembelajaran 😅. Saya pernah menabrak pagar hingga membuat goresan panjang di body kendaraan. Juga pernah membuat macet di penanjakan karena kendaraan mundur sendiri 😂. Dan insiden-insiden lain pelengkap suka dan duka dalam berkendara.</div><div><br /></div><div>Walau bisa, namun karena dibatasi oleh syariat, saya tetap tidak memudahkan diri untuk bepergian jauh tanpa mahram. Dalam kota saja, kalau masih ada adik yang bisa antar, sebisa mungkin untuk diantar, apalagi kalau malam dan baru mau keluar dari rumah saat malam.</div><div><br /></div><div>Harus diakui, sekuat apapun ia, perempuan tetaplah makhluk yang lemah. Hingga Allah membuat aturan bepergian bagi seorang perempuan, tentu bukan karena ingin mengekang kita. Semua syariat yang ada dan khusus buat kaum wanita, adalah bukti sayangnya Allah kepada para muslimah. Allah lebih tau diri kita jauh dari pengetahuan kita tentang diri kita sendiri. Maasyaallah.</div><div><br /></div><div>Jika seperti itu, mengapa kita masih saja sering melanggar? Apakah nanti ada akibat baru kita mau tersadar?</div><div>Naudzubillah... semoga Allah senantiasa menjauhkan kita dari bahaya dan senantiasa mengistiqomahkan kita agar tetap berada di atas koridor syariat ini. Aamiin Allahumma Aamiin.</div><div><br /></div><div><br /></div><div>Ilma, 4 Januari 2021</div>Muharrikah Ummu 'Abdillah Faqiihhttp://www.blogger.com/profile/11207166921529249597noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2694004811995785899.post-53158390347414827332021-01-04T13:25:00.000+08:002021-01-04T13:25:05.593+08:00Buka Loker<div style="text-align: left;">Bismillaah...</div><div><br /></div><div>2 pekan terakhir ini, saya bikin status tentang lowongan pekerjaan di story whatsapp. Awal buat, keterangannya gak lengkap, hanya mensyaratkan usia maksimal 30 tahun, muslimah, dll. Lalu berentetanlah chat yang masuk menanyakan lowongan kerja itu. Dan... rata-rata, diantara mereka adalah ibu-ibu muda atau istri yang baru saja menikah atau belum punya anak 😅.</div><div><br /></div><div>Saya paling nda bisa mempekerjakan ibu-ibu, ntah muda ataupun tidak muda 😅. Kenapa? Karena saya mengembalikan ke diriku sendiri. Kenapa saya cari karyawan? Karena saya mau fokus urus anak. Urusan bisnis, biarlah diserahkan ke anak-anak muda. Lalu, jika kembali menyerahkan ke orang seperti saya (ibu-ibu beranak/bersuami), sama saja saya mendzolimi orang. Maunya saya, kalau ibu-ibu, cukuplah bekerja dari rumah (jangan jadi karyawan [ku]).</div><div><br /></div><div>Tapi mungkin beda owner, beda prinsip juga. Pekerjaan di bisnis yang saya jalani, walaupun targetnya ibu-ibu, tetap saja saya tidak tega jika yang menjadi karyawan adalah ibu-ibu. Selain tidak tega karena takut durhaka, juga tidak tega membuat mereka jadi tergoda dengan barang-barang jualan yang lucu buat anak-anak mereka 😂. Cukup saya yang mengalaminya, haha.</div><div><br /></div><div>Dan akhirnya, saya memutuskan pilihan ke seseorang yang keinginannya kuat. Sebenarnya di luar target, tapi, melihat keinginan dan kesungguhannya, saya luluh 😂🙃.</div><div><br /></div><div>Suka duka mencari karyawan memang seperti ini. Mungkin mirip-mirip lah ketika kita (?) mencari pasangan hidup, tapi taraf dibawahnya. Bedanya, kalau karyawan, gak suka kita bisa end, tapi kalau pasangan hidup, gak bisa kayak gitu 😂. Tapi untuk mencari karakter yang cocok dan sesuai keinginan kita, mirip-miriplah. Banyak yang daftar, tapi yang sreg di hati dan sesuai kriteria, sangatlah susah.</div><div><br /></div><div>Hanya pada Allah kita meminta agar selalu didekatkan dengan orang-orang baik, namun tentunya, kita dulu yang berikhtiar menjadi orang baik itu. Setelahnya, serahkan pada Allah.</div><div><br /></div><div>Semoga setiap rencana dan keputusan-keputusan yang kita buat, Allah ridhoi dan berkahi, aamiin.</div><div><br /></div>Muharrikah Ummu 'Abdillah Faqiihhttp://www.blogger.com/profile/11207166921529249597noreply@blogger.com0Blok B41, Perum. Ilma D'Mansion, Jl. Tamangapa Raya, Tamangapa, Kec. Manggala, Kota Makassar, Sulawesi Selatan 90235, Indonesia-5.1895567 119.4940209-33.499790536178843 84.3377709 23.120677136178845 154.6502709tag:blogger.com,1999:blog-2694004811995785899.post-10509747273704634832021-01-02T23:12:00.002+08:002021-01-12T18:31:25.121+08:00Sinjai, Di Penghujung 2020 (2)<div style="text-align: left;"><div>(Lanjutan)</div><div><br /></div><div>Hanin, terakhir ke Sinjai di bulan Oktober, pas lagi pemulihan dari sakitnya, cuma sehari juga dan lumayan menguras energi di perjalanan yang lalu. Mabuk perjalanan tiada henti membuat saya akhirnya kelelahan dan tidak menikmati perjalanan. Lalu ketika tiba di Sinjai, lagi-lagi mendapat legitimasi "Kasiannya Hanin, kurus sekali bla..bla..bla..." yang semakin menambah beban pikiran yang belum pulih betul akibat perjalanan.</div><div>Hingga di bulan berikutnya, ia (Hanin) tidak diikutkan lagi di perjalanan agak jauh. Saya cuek saja mendengar cecaran pertanyaan, "Kenapa Hanin nda diikutkan? Kasian...", masih lebih mending dibanding saya harus mendengar lagi perkataan "Kecil dan Kurus" untuk seorang Hanin.</div><div><br /></div><div>Barulah di penghujung 2020 ini, maasyallah, semuanya kooperatif. Hanin happy, Ziyad dan Hannan nyaris tak ada 'cekcok' dalam mobil 😂.</div><div><br /></div><div><br /></div><div>***</div><div><br /></div><div>Dalam perjalanan jauh seperti itu, memang butuh kesabaran. Sebagaimana manusia yang menempuh perjalanan dunia nya, melewati tahap demi tahap ujian yang membutuhkan kesabaran.</div><div><br /></div><div>Safar, kata Rasulullaah, adalah bagian dari adzab. Mau tidur yang nyenyak dalam perjalanan? Tidak akan bisa. Mau makan atau minum dengan khusyuk? Pun tak bisa sebagaimana khusyuknya makan di meja makan. Maka bersabarlah dalam setiap perjalanan. Toh, perjalanan tidak akan panjang, akan ada ujungnya, akan ada tempat tujuannya.</div><div><br /></div><div>Dalam safar, sifat dan karakter orang yang sesungguhnya juga akan terlihat. Kalau mau lihat karakter nya orang, bersafarlah dengannya.</div><div><br /></div><div>***</div><div><br /></div><div><div>Dalam perjalanan kali ini, kami juga menyempatkan untuk singgah di pinggir pantai, perbatasan Jeneponto dan Bantaeng. Tempatnya masyaAllaah, sejuk, dengan gazebo yang nyaman (walau pinggir pantai nya kotor 🙃, lumayanlah bisa meluruskan badan sejenak di tempatnya). Alhamdulillaah cuaca juga mendukung, tidak hujan dan tidak panas.</div><div><br /></div><div>Esok hari nya, kami balik ke Makassar jam 12 siang. Lagi-lagi, menyempatkan diri refreshing di Hutan Bakau Tongke-Tongke, 15-20 menit dari kota Sinjai. Tempat yang terakhir kali ku injak dua atau tiga tahun yang lalu. Dulu, cabang-cabang jalanan disana masih sedikit, sekarang masyaAllaah, semakin luas dan panjang jalannya, bahkan ada yang sudah bertingkat.</div><div>Disini, yang suka foto-foto, akan sangat puas mengambil gambar. Indah sekali, masyaAllah.</div><div><br /></div><div>Jam 13.00, kami berangkat balik ke Makassar dengan ditemani hujan yang sangat deras. Sampai tiba di rumah, hujan masih saja menemani.</div><div><br /></div><div>Di perjalanan pulang, kami sempat singgah di sebuah rumah makan di Bantaeng, depan pantai Bantaeng dan tidak jauh dari tempat wisata Pantai Marina. Sebenarnya, dari daerah Bulukumba kami mencari warung, tapi tidak dapat karena kebanyakan tutup. Sempat tersesat juga karena cari warung 😂. Eh, banyak warung sih, tapi waktu itu, ummi maunya warung yang jual ikan bakar. Akhirnya, sampai di Bantaeng, baru dapat. Awalnya ragu masuk ke tempat itu karena seperti tak ada kehidupan (sepi). Aba turun menanyakan dan Alhamdulillaah, ada (ayam, tanpa ikan yang awalnya kami singgah karena itu 🙃). Karena sudah lapar dan takut gak dapat warung lagi, kami turun.</div><div><br /></div><div>Kami menunggu agak lama, 15 menit mungkin. Barulah makanan terhidang.</div><div><br /></div><div>Sepulang dari situ, muncullah banyak pelajaran dan hikmah 😂.</div><div><br /></div><div>Aba: "Bagaimana makanannya? Berapa nilainya? 😂😂"</div><div><br /></div><div>Saya: "Kalau saya, * 😂"</div><div><br /></div><div>Ummi: *nyerocos sepanjang jalan karena jauh dari harapan dan harganya 😂*</div><div><br /></div><div>Aba: "Sudahmi, bersyukurki karena mauji turun (masuk dalam perut 😂). Ada hikmahnya juga itu kita ditunjukkan kesitu. Mungkin kalau kita di warung sebelahnya (yang ramai), kita kena penyakit. Syukuri saja dan ambil hikmahnya. Minimal, kita sudah tau bagaimana masakan dan rasanya di warung itu. Pelajaran juga, kalau mau singgah, cek pengunjungnya. Jangan menghindar karena ramai, karena biasanya ramai itu menandakan tempat itu recommended."</div><div><br /></div><div>MasyaAllah... setiap kejadian memang ada hikmah yang bisa kita ambil, bagi yang mau mengambilnya. Tidak perlu mengeluh apalagi menyesal. Bukankah pengalaman adalah guru terbaik?</div><div><br /></div><div>***</div><div><br /></div><div>Alhamdulillaah tiba di rumah pukul 20.00, beres-beres dan bersih-bersih sebentar lalu tidur dan terbangun di 2021 😍</div><div><br /></div><div>Alhamdulillaah bini'matihi tatimmush shoolihaat...</div></div></div>Muharrikah Ummu 'Abdillah Faqiihhttp://www.blogger.com/profile/11207166921529249597noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2694004811995785899.post-74459184690277325442021-01-01T23:19:00.002+08:002021-01-12T18:31:13.666+08:00Sinjai, di Penghujung 2020<div style="text-align: left;">Bismillaah...</div><div style="text-align: left;"><br /></div><div style="text-align: left;"><br /></div><div style="text-align: left;"><div>Rabu, 30 Desember 2020, tiba-tiba diajak ke Sinjai sama Ummi. Sebenarnya, sudah 2 hari yang lalu mereka berencana pergi, tapi diundur karena cuaca dan kondisi kesehatan. 2 hari yang lalu juga, mereka cuma menyampaikan dan tidak memanggil/mengajak, sehingga saya juga tidak bersiap-siap atau setidaknya, merencanakan keberangkatan.</div><div><br /></div><div>Sampai Rabu itu, pagi-pagi sekali, diminta untuk ikut.</div><div>"Tutupmi dulu toko mu, sehari ji, besok balikmi".</div><div><br /></div><div>Saya paling anti menolak suatu ajakan atau panggilan (jika tidak melanggar syariat #alasan 😂). Trus, sudah agak lama juga nda balik ke Sinjai membawa Hanin ke nenek kakek dari abinya.</div><div><br /></div><div>"Hanya sehari", pikirku.</div><div><br /></div><div>Bismillaah, saya iyakan dan meminta izin untuk ke toko sebentar saja, karena pesanan hari itu agak lumayan, mesti packing-packing dulu lalu dititip ke adek buat dibawa ke ekspedisi.</div><div><br /></div><div>Selesai di 10.30, sampai ada panggilan untuk pulang ke rumah karena sudah mau berangkat, akhirnya baliklah saya ke rumah.</div><div><br /></div><div>Berangkat jam 11.30 dengan santai. Saking santainya, tiba di Sinjai jam 19.00 malam. Perjalanan Makassar-Sinjai kurang lebih 8 jam termasuk lama. Tapi wajar, karena kami lewat jalur Bulukumba, yang biasanya hanya 4-5 jam lewat jalur Camba.</div><div><br /></div><div>Santai, karena memang tujuannya hanya untuk refreshing. Tidak buru-buru dan mengejar waktu untuk segera tiba. Betul-betul menikmati perjalanan. Tempat-tempat yang dilewati di"kupas" dengan cerita dan kenangan aba/ummi di dalamnya.</div><div><br /></div><div>Perjalanan ini juga sangat kunikmati. Biasanya, saya tidak nyaman karena Hanin mabuk perjalanan. Hari itu, Alhamdulillaah semua anak happy ❤️, minim tangisan di tiga bocah dan tidak ada adegan "muntah" nya Hanin karena mabuk.</div><div><br /></div><div><br /></div><div>Bersambung...</div></div>Muharrikah Ummu 'Abdillah Faqiihhttp://www.blogger.com/profile/11207166921529249597noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2694004811995785899.post-85265888046009054022020-12-14T23:43:00.003+08:002021-01-12T18:30:57.195+08:00Sepekan Penuh Makna<div style="text-align: left;">Bismillaah...</div><div style="text-align: left;"><br /></div><div style="text-align: left;"><div><br /></div><div>Sepekan terakhir, yang biasanya jadi full mom, berubah menjadi wanita karir. Terasa sekali perbedaannya.</div><div><br /></div><div>Pertama kali dalam hidup, mengistirahatkan 3 karyawan sekaligus 😭. Bukan prestasi, namun ini bahan muhasabah. Saya sebagai pemimpin mereka yang tentunya kurang dan butuh banyak untuk belajar.</div><div><br /></div><div>Setelah itu, mengambil alih pekerjaan mereka sangat-sangat menguras tenaga dan pikiran. Pergi pagi, pulang malam 😢 , sangat bukan kebiasaanku dulu. Akhirnya berdampak ke anak-anak yang hanya mendapatkan sisa-sisa waktu, pun dengan tubuh yang meminta untuk diberi hak nya. 😭😭😭</div><div><br /></div><div>Namun, hari ini, sepekan berlalu, saya semakin tahu. Saya semakin mengerti mengapa Allah menyuruh para istri atau perempuan untuk tinggal di rumahnya (saja). Saya semakin paham mengapa para lelaki yang Allah perintahkan untuk mencari nafkah, bukan istri.</div><div><br /></div><div>Ternyata, Allah tidak salah dalam perintahnya. Allah memilih sesuai kemampuan masing-masing.</div><div>Namun mungkin tidak untuk para single-parent yang tetap harus berjuang untuk hidupnya, anak-anak dan orang sekitarnya.</div><div><br /></div><div>Hanya berpesan buat anak-anak, setiap hari, setiap pulang dari sana, setiap mereka bertanya kenapa ummi terlalu lama...</div><div>"Ini sementara saja, Nak. Akan ada ujungnya, akan ada akhirnya. Ummi lagi berbenah agar kelak bisa kembali membersamai kalian, tiap jam, tiap menit bahkan detik. Bersabar sebentar saja. Doakan ummi, semoga Allah senantiasa memberikan kekuatan dan kesabaran, selalu. Doakan juga, semoga Allah segera memberikan kita orang yang tepat untuk mengambil alih pekerjaan ini."</div><div><br /></div><div><br /></div><div>Samata, 7 Desember 2012</div></div>Muharrikah Ummu 'Abdillah Faqiihhttp://www.blogger.com/profile/11207166921529249597noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2694004811995785899.post-74899987036223360552020-09-23T20:18:00.001+08:002020-09-23T20:18:11.519+08:00Toilet Training nya Hanin<div style="text-align: left;">Bismillaah...</div><div style="text-align: left;"><br /></div><div style="text-align: left;"><br /></div><div style="text-align: left;">"Mi, kenc*ng ka'. Mi, b*la ka",</div><div style="text-align: left;">pernyataan dari Hanin yang jika terdengar oleh saya, apapun kegiatan saat itu, walau lagi tidur sangat nyenyak, langsung terhenti dan terbangun lalu bergegas membawa nya ke wc. Alhamdulillaah, di usianya kini yang hampir 27 bulan (2 tahun 3 bulan), sudah bisa buang hajat di tempat yang seharusnya.</div><div style="text-align: left;">
<p dir="ltr">Salah satu masa yang harus dilalui oleh seorang anak dan ibunya adalah masa toilet training. Selainnya ada masa penyapihan juga. Dan kedua masa ini adalah masa yang membutuhkan kesiapan antara anak dan ibu (yang paling utama) dan juga anggota keluarga lain.</p>
<p dir="ltr">Flashback ke awal-awal Hanin toilet training, sempat maju mundur untuk memulai. Sebelum usianya pas 2 tahun, sempat memulai, yang pada akhirnya saya kembali lagi ke popok. Waktu itu karena saya nya lebih sering keluar rumah, jadi mau tidak mau Hanin mesti pake popok.</p>
<p dir="ltr">Hingga kembali saya memikirkan, kira-kira kapan lagi saya bisa memulai. Akhirnya memutuskan, memulainya di saat saya lagi "cuti" sholat saja biar gak terlalu kepikiran sama najis, bersih-bersih dan kalau tiba-tiba mau pipis atau pup bisa langsung saja dibawa ke wc.</p>
<p dir="ltr">Bismillaah...<br />
Dimulai akhir Juni. Di hari pertama, pas Hanin bangun langsung di sounding,<br />
"Hanin, hari ini Hanin belajar lepas popok nah. Jadi kalau mau pipis atau pup, bilang sama ummi.<br />
Ayo berdoa dulu sama Allah supaya Allah kasi Hanin dan Ummi kemudahan".</p>
<p dir="ltr">Entah mengerti atau tidak, saya tetap menuntun Hanin untuk berdoa.<br />
"Laa Hawla wa Laa Quwwata Illaa Billaah. Ya Allah, bantu Hanin dan Ummi untuk bisa melalui proses ini dengan mudah."</p>
<p dir="ltr">Dan, maasyaallaah, ketika kita memang melibatkan Allah, maka segalanya terasa mudah. Tanpa pertolongan Allah, kita gak bisa apa-apa. Terbukti di Hanin, Alhamdulillaah tidak ada kendala yang berarti, semuanya bisa dilewati dengan mudah, atas izin Allah.</p>
<p dir="ltr">2 bulan lebih, Alhamdulillaah sudah gak pernah pake popok lagi. Walau keluar rumah, juga sudah gak pake lagi. Pun kalau tidur malam. *Padahal popoknya masih banyak karena sebelumnya terlanjur beli banyak, lupa kalau usianya sudah hampir 2 tahun*</p>
<p dir="ltr">Walau begitu, selama 2 bulan ini, gak selamanya juga Hanin kalau mau buang hajat itu di WC. Kadang kebelet yang akhirnya pipis di celana, kadang juga kalau lagi gak diperhatikan (jadwalnya) atau dia lagi sibuk main. Tapi alhamdulillaah sejauh ini, ia lebih sering bilang jika ada keinginan.<br />
*Kadang-kadang juga walaupun gak mau, tetap bilang mau pipis, ataukah ia baru saja dari wc, trus bilang mau pipis lagi. Kalau kayak gini, kentara kalau mau main air 😂.*</p>
<p dir="ltr">Alhamdulillaah, terlewati lagi 1 momen penting dalam perkembangan Hanin. Waktu berlalu terasa cepat. Ada rasa haru ketika mengingat Allah masih mengizinkan saya untuk menyaksikan dan turut serta di momen ini. Sangat betul, "Masa anak-anak itu SEBENTAR saja". Maka nikmati setiap prosesnya, nikmati setiap riuhnya, nikmati repot dan capeknya, nikmati tangis-tawa-celotehnya. Karena kelak, masa-masa ini hanya akan menjadi kenangan dan menyisakan rindu.<br /><br /></p><p dir="ltr"><br /></p><div style="text-align: left;">Samata,</div><div style="text-align: left;">5 September <a href="tel:202018">2020 / 18</a> Muharram 1442</div></div>Muharrikah Ummu 'Abdillah Faqiihhttp://www.blogger.com/profile/11207166921529249597noreply@blogger.com0