Sabtu, 17 September 2016

Menolak Tawaran

Bismillaah..

Tadi siang, saya di telpon sama seorang ibu. Beliau menawarkan suatu barang dan ingin bertemu langsung untuk memperlihatkan produknya.

Singkat cerita...
Bertemulah kami. Beliau memperlihatkan saya produk yang dijual dengan harapan, saya membeli sekaligus menyetok / menjual di toko.

Saya, yang tentu saja tak ingin ceroboh, pamit untuk minta izin pada suami. Baru menyebut nama barangnya, suami bilang "Gak Usah nyetok yang itu, jualan itu harus FOKUS".

Tanpa pikir panjang, saya kembali ke ibu tadi. Kebetulan saat saya kembali ini, si ibu tadi nampak berbincang ringan dengan seorang pengunjung toko.

Saya menyela...
"Maaf bu, nda diizinkanka'. Bagus mungkin qt jual di penjual xxx (yang berhubungan dengan produknya)."
"O iya...", si ibu dengan tanggap mengambil produknya dari tanganku, sambil tetap bercakap dengan ibu pengunjung toko.

Saya masih berdiri di situ, karena seperti biasa, jika ada sales, saya akan beranjak jika ia telah keluar dari pintu toko.

Begitupun dengan ibu kali ini. Setelah saya menolak dan produknya diambilnya dari tanganku, raut muka nya berubah. Kecewa pasti. Dan, setelahnya, ia tak pernah lagi melihatku. Sampai ia keluar dari pintu. Pamitnya cuma sama ibu pengunjung.

Jangan pernah mau jadi penjual jika tak siap ditolak. Jadi pembeli saja. Karena pembeli tak pernah akan ditolak sama penjual.


Sinjai, 17 September 2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar