Kamis, 19 September 2019

Ujian X Kesabaran

"Kalau mau curhat sama siapa?"

"Sama Allah lah"

"Astaghfirullaah... semoga Allah berikan jalan keluar dari setiap permasalahan ini."

"Aamiin. Kalau kayak gitu, tanda-tanda mau naik tingkat tuh, umm"

"Ya Allaah, aamiin... tapi ini tuh rasanya berat. Berkali-kali dikasi kayak gini itu rasanya 💔💔💔"

"Ujian, umm.. ingat, itu ujian dari Allah. Sabar, tahan diri. Ingat baik dan buruknya. Pertimbangkan dunia dan akhiratnya. Apakah masalahmu itu berkaitan sama akhiratmu? Atau hanya dunia saja. Eh iya, jangan-jangan cuma masalah dunia saja?"

"Hmm... setelah dipikir-pikir, iya sih, memang hanya masalah dunia. Sepele mungkin bagi orang lain, tapi betul-betul ujian buat saya 😌😌, astaghfirullaah"

"Tuh kan, cuma masalah dunia. Ikhlaskan, umm. Kalau merasa terdzolimi, banyak-banyak doa sama Allah, meminta yang terbaik, meminta kesabaran yang lebih dan tanpa batas agar bisa melalui ujian ini. Ingat, hanya dunia, kenikmatannya sesaat.
Perhatikan saja dirimu, bekal apa yang sudah dipersiapkan untuk akhiratmu. Jangan kebanyakan ngurus orang lain atau ngurus sesuatu yang bisa melalaikanmu dari akhirat. Baginya urusannya dan bagimu urusanmu. Yang penting, kamu gak melalaikan kewajibanmu yang menjadi hak mereka.
Allah tuh kasi ujian ke orang beda-beda. Ujianmu sekarang itu, cocoknya memang menimpa dirimu. Allah mau liat, seberapa kuat kamu bisa bertahan untuk tidak keluar dari sesuatu yang Allah larang.
Bersabar sedikiiit saja. Mungkin bagimu ini sudah terlalu lama, tapi bisa jadi, dikiiiit lagi kamu sudah sampai finish dari ujian ini. Jangan nyerah di tengah jalan. Perkuat sabar dan sholatmu. Perbanyak keluhanmu pada Allah yang gak pernah bosan mendengar segala kesahmu. Bersabar ya, umm. Lapangkan hatimu menjalani ujian mu ini. Semoga menuai pahala berbuah syurga, Insyaallah.
Oh iya, juga banyak-banyak mohon ampun sama Allah, karena boleh jadi, ujian yang menimpamu sekarang, memang karena ulahmu sendiri. Ishbir ya, umm"

Rabu, 18 September 2019

Syurga Menanti...

Bismillaah...

Pernah gak terbersit rasa ingin ketika melihat sesuatu yang Allah berikan kepada orang lain?
Pernah iri gak, kenapa orang itu dikasih sama Allah, kita tidak, atau sebaliknya?

Kalau sesuatu itu dalam hal dunia, sebaiknya bahkan seharusnya, kita tidak perlu iri. Untuk apa? Apa memang hal itu berguna untuk kita? Apakah jika hal itu diberikan ke kita, akan menambah keimanan kita atau ketakutan kita kepada Allah?

Selalu ingat, hidup di syurga jauh lebih NIKMAT dibanding kehidupan di dunia. Hey, ini cuma dunia, kenikmatannya cuma SESAAT. Kita cuma numpang, mampir, singgah untuk menyiapkan perbekalan. Kita akan berangkat dan pasti akan pergi menuju tempat yang KEKAL, pasti.

Selalu ingat, di dunia memang tempatnya berlelah-lelah. CAPEK. Beribadah itu capek, sholat itu capek, lelah loh sholat 2, 3, 4, 12 rakaat, dst. Enakan tidur, iya kan?
Puasa itu gak enak, gak bisa makan ini sepuasnya, makan itu sampai kenyang. Sabar, ketika kita ditimpa musibah atau sesuatu yang tidak sesuai harapan kita, itu PERJUANGAN, bisa bersabar itu perjuangan.

Karena memang, ternyata dunia itu PENJARA, bagi orang mukmin. Mau yang enak-enak, itu dilarang. Kalau kita merasa hidup kita mulus-mulus saja, kalau kita merasa "ah, saya gak capek kok sholat, puasa, sedekah, bersabar atau ibadah-ibadah lainnya", maka pertanyakan diri kita, mungkin ibadah kita masih kurang. Lain cerita ya kalau itu sudah mendarah daging akibat pembiasaan. Ini buat yang baru memulai dan membiasakan, bahwasanya, segala amalan itu pahalanya tergantung dari seberapa besar perjuangan kita dalam melakukannya.
"Al Ajru 'ala qodri masyaqqah", pahala itu tergantung dari tingkat kesukarannya.

Maka setiap kali kita merasa berat, ingatlah selalu bahwa perjuangan yang kita lakukan (karena Allah), maka Allah akan balas dengan sebaik-baik balasan. Selalu ingat bahwasanya ada syurga yang sedari sekarang mulai terhias untuk kita, untuk kamu dan kita semua yang berlelah-lelah di dunia, bersabar-sabar di dunia, dan berjuang dalam amal sholeh.

Ingat lagi, jangan sampai kita hidup di dunia, rasanya senang terus, berlimpah nikmat duniawi dari Allah. Hati-hati. Semoga itu bukan pertanda sebagai nikmat yang disegerakan di dunia, hingga di akhirat tidak ada lagi nikmat yang kita dapatkan.

Berlelah-lelah lah, bersusah payahlah, bersabarlah, berjuanglah.

Ingatlah...
Syurga dengan segala keindahannya. Apapun yang kita inginkan, semuanya ada. Tempat yang tidak ada lagi amalan, tempat istirahat yang paling nyaman. Di dunia bukan tempat untuk mengenang atau berleha-leha atau bersenang-senang dengan pernak-pernik duniawi. Di syurga lah tempatnya, duduk di atas dipan sambil mengenang kehidupan dunia yang penuh perjuangan, bersama dengan orang-orang sholeh yang lain yang senasib dengannya. Disuguhkan dengan minuman-minuman syurga dan pakaian-pakaian yang indah. Dan... ah, apa yang kita bayangkan tentang keindahan syurga, jauh lebih indah dari yang kita bayangkan sekarang.

Tidakkah kita ingin memperjuangkannya, agar kita bisa masuk ke dalamnya? Biidznillah... semoga Allah berkenan, aamiin

Selasa, 17 September 2019

Anak adalah Potret Orang Tuanya

Suatu saat Fudhail bin 'Iyaadh (semoga Allah merahmatinya) melihat putranya membersihkan  daun timbangan dengan ujung bajunya.
Maka beliau bertanya kepadanya : wahai anakku kenapa engkau melakukan itu...?
Maka anaknya menjawab : Wahai bapakku, aku tidak ingin menambah berat daun timbangan ini dengan debu jalanan sehingga merugikan kaum muslimin...!
Mendengar kata-kata anaknya maka Fudhail menangis seraya berkata : Wahai anakku...
Apa yang engkau lakukan ini lebih aku cintai dibandingkan dengan 2 kali pergi haji dan 20 kali pergi umroh...!

Note : Anak adalah potret dari hasil pendidikan orang tuanya. Apabila orang tuanya mulai semenjak dini mendidik dan membiasakan anak-anaknya dengan amalan yang utama dan menanamkan pada diri mereka sifat-sifat yang terpuji. maka, cetakan ini akan tampak pada prilaku anak anaknya.
Dan mereka berkembang sesuai dengan apa yang dibiasakan oleh orang tuanya...
siapa yang menanam kebaikan kemudian merawatnya maka ia akan memanen hasil keringatnya sesuai dengan apa yang ia harapkan demikian juga sebaliknya...
Tentunya setelah taufiq dan hidayah Allah Ta'ala.


------------
By : Ustadz Abu Sa'ad