Senin, 31 Agustus 2020

Kaidah 24 - 25 - 26

Bismillaah...

Kaidah 24 = Mencari Keridhoan (Al Ankabut : 69)
Kaidah 25 = Menakuti (Al Isro' : 59)
Kaidah 26 = Teliti Berita (Al Hujurat : 6)


~RESUME~

Hari ini kita belajar, siapapun yang bersungguh-sungguh dalam perjalanan kebaikan, maka dia akan mendapatkan garansi petunjuk yang Allah berikan kepada mereka yang bersungguh-sungguh. Siapapun hari ini yang sedang hijrah, bersungguh-sungguhlah sampai Allah memberikan kepadamu petunjuk. Siapapun yang sedang berbakti kepada orangtuanya, bersungguh-sungguhlah sampai Allah akan memberikan petunjuk. Karena siapapun yang istiqomah serta bersungguh-sungguh pada jalan ini, sesungguhnya Allah tidak akan pernah melewatkan kecuali Allah mengiringi mereka dengan petunjuk-petunjuk yang Allah turunkan dari langit.

Disinilah kita juga mengerti bahwasanya semua yang terjadi di alam semesta ini bukan terjadi karena kebetulan dan settingan, tapi semua yang terjadi di alam ini merupakan bagian dari hikmah yang Allah tetapkan supaya kita kembali kepada Allah. Janganlah kita melihat banjir, tsunami hanyalah data dan angka yang tidak kita kaitkan kepada Allah. Terjadinya gesekan lempeng bumi, terjadinya tsunami, tidaklah itu terjadi kecuali menakuti kita supaya kita kembali kepada Allah.

Inipula yang menjadikan kita memahami bahwasanya apapun yang kita dengarkan, maka pastikan kita bertabayyun. Dan tabayyun itu sejatinya dengan dua langkah: pastikan apa yang kita dengar dan apa yang kita lihat betul-betul terjadi dan pastikan bahwasanya yang terjadi adalah sesuai dengan konteks kejadian yang sebenarnya sehingga kita tidak sampai salah mengambil kesimpulan di dalam menyikapi saudara kita.

Semoga Allah merahmati kita.



Sabtu, 29 Agustus 2020 / 10 Muharram 1442
(Hari ke 10 di "Journey with Qur'an" Classroom)

Kaidah 21 - 22 - 23

Bismillaah...

Kaidah 21 = Orang-orang Benar (At-Taubah : 119)
Kaidah 22 = Pahala (Yusuf : 88-90)
Kaidsh 23 = Pintu yang Benar (Al Baqarah : 189)


~RESUME~

Hari ini kaidah Quran memberitahukan kepada kita bahwasanya kejujuran itu ibarat kapal yang menghantarkan kita kepada dermaga keselamatan. Karena kejujuran berbanding lurus dengan fitrohnya kehidupan manusia.

Imam syafi'i, diterangkan oleh ibnu Ma'in, muridnya, "Kalaulah kedustaan itu diperbolehkan, pastilah kewibawaan Imam Syafi'i yang menjadikan dia tidak berbohong".

Imam Auza'i pun berkata, "Kalaulah ada seruan di langit yang mengatakan diperbolehkan untuk berdusta, maka saya pun enggan untuk berdusta, karena kehinaan yang terletak pada kedustaan."

Kejujuran di dalam bisnis: mendapatkan kepercayaan dari customer dan bisa merumuskan kesuksesan di dalam kita berbisnis. Kalaulah di dalam urusan bisnis ternyata bisa sukses dengan apa yang kita lakukan ketika kita melakukan kejujuran, terlebih lagi dalam urusan akhirat kita tergantung kepada kejujuran kita. 

Kejujuran dalam perkataan, kejujuran dalam keyakinan dan kejujuran di dalam perbuatan.

Inilah pula yang menjadikan kita memahami bahwasanya bukan hanya kejujuran yang kita perlukan, tapi kesabaran dan ketaqwaan pun juga kita perlukan. Banyak orang yang menyangka sabar itu cukup, SALAH. Sabar itu sejatinya belum cukup sampai mereka bertaqwa. Bukankah maling banyak yang bersabar? Bukankah koruptor banyak yang bersabar? Tetapi orang yang beriman adalah mereka yang sabar dan bertaqwa, karena sejatinya kesabaran dan ketaqwaan saling memanggil dan bergandengan mesra.

Inipula yang menjadikan kita mendapatkan sebuah kaidah agung, datangilah sesuatu sesuai dengan pintunya. Temukan apa yang kita harapkan ketika kita menempuh seluruh prosesnya. Datangilah Allah dengan ilmunya karena Allah itu diibadahi dengn ilmu. Pastikan pula pasangan-pasangan hidup kita baik, ketika kita selalu tidak pernah berhenti berproses untuk menjadi baik. Karena segala sesuatu tergantung  pada proses yang kita tempuh sampai kita mendapatkan apa yang kita inginkan.


Jumat, 28 Agustus 2020 / 9 Muharram 1442
(Hari ke 9 di "Journey with Quran" Classroom)

Kaidah 18 - 19 - 20

Bismillaah...

Kaidah 18 = Rencana Jahat (Fatir : 43)
Kaidah 19 = Hukum Qishaash (Al Baqarah : 179)
Kaidah 20 = Dihinakan Allah (Al Hajj : 18)


~RESUME~

Hari ini Allah mengajari kita melalui kalam-Nya. Siapapun yang berjalan di atas kebenaran, sesungguhnya kebenaran tidak pernah mendekatkan ajal, sebagaimana kebenaran tidak pernah menjauhkan rezeki. Orang yang berjalan di atas kebenaranpun harus memaklumi ketika satu-persatu banyak orang yang menjadi musuhnya ketika ingin untuk memadamkan kebenaran yang dia usung. Ada di antara mereka yang membuat makar, tapi Allah menjamin dan menggaransi, siapapun yang membuat makar kepada mereka yang beriman kepada Allah tidaklah makar itu kecuali kembali kepada diri mereka sendiri.

Allah juga mengajari kita bahwasanya qishash itu terdapat kehidupan. Sesungguhnya efektifitas hukum Allah itu selalu jauh lebih tinggi daripada efektifitas hukum yang dibuat oleh manusia. Persentase negara yang menerapkan hukum qishash, jauh lebih mampu menekan angka pembunuhan dibandingkan negara-negara yang tidak menjalankan hukum qishash. Bukankah logika dan akal kita menerima, mata dibalas dengan mata, hidung dibalas dengan hidung, nyawa dibalas dengan nyawa, untuk menunjukkan kepada kita, hukum Allah itu sejatinya mewakili semua kebaikan pada kehidupan manusia.

Ditambah lagi, Allah juga mengajari kita, bahwasanya kehinaan itu bukanlah mereka yang miskin lagi papa, tapi kehinaan adalah mereka yang melampaui batas ketika melanggar larangan-larangan yang telah dibuat oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Inilah yang menjadikan kita harus senantiasa mengukur posisi kita, supaya posisi kita tidak semakin jauh dari Allah, ketika kita mudah bermaksiat kepadanya dalam kehidupan kita. Semoga Allah membimbing kita dan memuliakan kita dengan ketaatan yang kita lakukan.

Kamis, 27 Agustus 2020 / 8 Muharram 1442
(Hari ke 8 di "Journey with Quran" Classroom)

Kaidah 15 - 16 - 17

Bismillaah...

Kaidah 15 = Kesudahan yang Baik (Al A'raf : 128)
Kaidah 16 = Buruk & Baik (Al Maidah : 100)
Kaidah 17 = Kuat Terpercaya (Al Qashash : 26)


~RESUME~

Allah memberikan kepada kita angin segar di tengah panjangnya pengorbanan dan perjuangan yang harus dilakukan. Perjuangan untuk mencari harta yang halal, perjuangan untuk mendidik anak-anak kita, perjuangan untuk membela kebenaran serta menghadapi orang-orang yang benci kepada kebenaran, ketika mereka berjejer kepada kebathilan. Ayat yang memberikan kesegaran layaknya angin segar di tengah cuaca yang begitu terik, yaitu adalah ketika kita menjumpai Allah mengatakan, "Wal aqibatu lil muttaqin ”, “Sesungguhnya kesudahan yang baik itu hanyalah bagi mereka yang bertaqwa kepada Allah”.

Inilah yang menjadikan kita, hari ini siapapun yang sedang berjalan menuju kepada pengorbanan yang dia berikan kepada Allah, ada yang sedang berjuang meninggalkan harta yang haram, ada yang sedang berjuang untuk mendidik istrinya, ada yang berjuang untuk mendidik anaknya, ada yang berjuang untuk berbakti kepada orang tua. Perhatikanlah, Allah memberikan kabar gembira, sesungguhnya kesudahan yang baik itu hanyalah milik orang-orang yang bertaqwa.

Disinilah pula kita menjumpai bahwasanya tidak ada orang yang paling layak untuk memimpin kita di dalam kebaikan dan tidak ada orang yang layak untuk mengarahkan kita kepada ketaatan, dari orang yang kita jadikan pemimpin dan imam dalam setiap kegiatan kebaikan kita kecuali mereka memiliki sifat dua, yaitu adalah mereka yang kuat dan mereka yang amanah. Bukankah Nabi Sulaiman adalah kuat dan amanah, bukankah Umar bin Khattab kuat dan amanah, bukankah Abu Bakar itu adalah kuat dan amanah. Jangan menyerahkan urusan agama ini, yang kita daulat menjadi orang yang akan kita ikuti dalam kebaikan kecuali mereka memiliki sifat kekuatan dan keamanahan.
Semoga anak-anak kita akan menjadi kader-kader Islam yang mereka memiliki karakter kekuatan dan rasa amanah dalam diri mereka, supaya memberikan kontribusi kepada agama Allah.



Rabu, 26 Agustus 2020 / 7 Muharram 1442
(Hari ke 7 di "Journey of Quran" Classroom)

Kaidah 12 - 13 - 14

Bismillaah...

Kaidah 12 = Indikator Mulia (Al Hujurat : 13)
Kaidah 13 = Orangtua & Anak (An Nisa' : 11)
Kaidah 14 = Hawa Nafsu (Al Qashash : 48 - 50)


~RESUME~

Islam itu merupakan ajaran langit yang menyamakan seluruh kehidupan manusia. Antara yang putih ataupun hitam, apapun jabatannya, dan apapun finansial yang mereka miliki, kaya ataupun miskin, semuanya memiliki kedudukan yang sama. Yang membedakan cuma satu: bagaimana nilai ketaqwaan mereka di hadapan Allah. Itupun hanya Allah yang mengetahui dan bukan manusia yang mengetahuinya.

Perhatikan Bilal, kenapa Bilal begitu teguh mengucapkan kata ”Ahadun Ahad”, walapun ditindih batu oleh Umayah Bin Kholaf? Karena dia tahu bahwasanya di dalam keislaman, dia dimuliakan. Makanya ketika Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam memasuki kota Mekkah dengan kemenangan besar, siapa yang diberikan amanah untuk mengumandangkan adzan? Yang diberikan amanah adalah Bilal, padahal itu merupakan peristiwa besar. Proklamasi kemerdekaan Rasulullah ketika memasuki kota Mekkah, mengajarkan kepada kita bahwasanya sebelum orang dan manusia hari ini berbicara tentang kemanusiaan dan persamaan hak di antara seluruh manusia, Islam menjadi terdepan ketika selalu menempatkan setiap manusia sesuai dengan keadaannya dan tidak membedakan mereka kecuali dengan ketaqwaan-ketaqwaan yang ada.

Ini pula yang kita akhirnya dapati, bahwasanya kalaulah kita menjumpai ada manusia yang tidak menerima kebenaran, sejatinya bukan karena mereka tidak memahami kebenaran. Karena sejatinya kebenaran telah disampaikan oleh Allah, Dzat Yang Maha Ilmu dengan begitu gampang dan sederhana, yang mana setiap orang sejatinya begitu mudah memahami kebenaran. Kalaulah kita hari ini melihat ada orang di luar panggung kebenaran dan mereka tidak merespon kebenaran, pastikan bukan karena mereka tidak mengerti kebenaran dan jalannya, tapi sejatinya karena mereka mengikuti hawa nafsu.

Semoga kita termasuk orang-orang yang senantiasa diberikan oleh Allah kekuatan untuk mengendalikan nafsu, supaya nafsu ini mengarah kepada ketaatan.



Selasa, 25 Agustus 2020 / 6 Muharram 1442
(Hari ke 6 di "Journey of Quran" Classroom)

Minggu, 30 Agustus 2020

Kaidah 10 - 11

Bismillaah...


Kaidah 10 = Menolong Agama (Al Hajj : 40)
Kaidah 11 = Fenomena Sihir (Thaha : 69)


~RESUME~

Allah mengarahkan kita pada dua kaidah yang kita kaji pada hari ini, bahwasanya orang yang besar itu adalah mereka yang memikirkan sesuatu yang besar, bukan sesuatu yang remeh-temeh dan recehan. Sesuatu yang besar itu adalah agama Allah. Sesuatu yang remeh-temeh itu adalah dunia dan seisinya serta pernik-perniknya.

Siapapun yang memikirkan sesuatu yang besar yang sejatinya akan membantu karir dia nanti di akhirat, itulah sejatinya orang-orang yang akan diberikan pertolongan oleh Allah. Tidak mungkin Allah akan menolong kehidupan kita di akhirat ketika kita tidak pandai untuk menolong agama Allah di atas muka bumi. Bukan karena Allah itu membutuhkan kita, bukan karena Allah itu lemah, sejatinya Allah Maha Kuat, tetapi Allah jadikan berbagai macam perkara untuk menjadi perjuangan bagi kita supaya Allah tahu siapa yang mencintai agama ini dan siapa yang membenci agama ini ketika tidak mau membela dan menegakkan agama Allah. Semoga kita hidup di antara visi dan misi besar kehidupan seorang mukmin, yaitu adalah menjadi besar dengan membantu agama Allah. Inilah yang menjadikan kita memahami betapa pentingnya membantu agama Allah dalam kehidupan kita.

Ini pula kita mendapatkan bahwasanya tukang sihir sehebat apapun mantra yang dia ucapkan, sehebat apapun ilmu hitam yang dia kuasai, sesungguhnya Allah mengabarkan kepada kita sebuah keimanan yang tidak perlu kita ragukan. Sesungguhnya tidak akan pernah beruntung tukang sihir. Siapapun yang bersandar kepada Allah, siapapun yang

mereka beriman kepada Allah dan siapapun yang membentengi dirinya dengan ayat-ayat Allah dan dzikir-dzikir yang diajarkan oleh Nabi, seluruh mudharat yang disampaikan dan dilakukan oleh tukang sihir sejatinya akan patah sebelum sampai kepada kita. Kalaupun kemudharatan kita dapatkan bukan karena kuatnya tukang sihir, tapi sejatinya karena itu merupakan bagian takdir yang Allah berikan kepada kehidupan kita.

Semoga kita selalu merasa kuat dengan ayat-ayat yang Allah berikan kepada kita, karena tongkatnya tukang sihir tidak akan pernah berkutik dihadapan ayat-ayat Allah.


Senin, 24 Agustus 2020 / 5 Muharram 1442 

(Hari ke 5 di "Journey with Quran" ClassRoom)

Kaidah 08 - 09

Bismillaah...

Kaidah 8 = Memikul Dosa (Az-Zumar : 7)
Kaidah 9 = Laki-laki & Perempuan (Ali Imran : 37)

~RESUME~

Hari ini kita belajar, bahwasanya siapapun yang terlibat suatu masalah maka bijaklah menyikapi satu masalah yang timbul. Jangan melebar dan jangan memberikan hukuman kepada seseorang yang sejatinya tidak terlibat dengan masalah yang kita hadapi.

Belajarlah kepada Rasulullah, Rasulullah bermusuhan dengan Abu Jahal, tapi Rasulullah tidak memusuhi putranya yaitu adalah Ikrimah, dan justru Ikrimah menjadi pembela Rasulullah. Rasulullah diusir oleh penduduk Thaif tapi Rasulullah tidak dendam kepada keturunan-keturunan Thaif yang sejatinya mereka di masa mendatang, beriman dan membantu serta membela Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam.

Inilah yang menjadikan seorang mukmin, siapapun yang sedang terlibat masalah dengan kita, fokuslah kepada mereka yang membuat masalah dengan kita, tidak perlu kita membawa masalah itu kepada seseorang yang sejatinya tidak terlibat pada pusaran masalah tersebut. Kadang-kadang kita punya masalah di kantor, tetapi kita membawa masalah itu, kita limpahkan dan kita lampiaskan kepada anak dan istri kita yang sejatinya tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi. Kita bermusuhan dengan teman kita, tetapi yang kita musuhi anaknya, istrinya, keluarga besarnyapun ikut-ikutan kita musuhi, padahal mereka tidak tahu apa yang sedang terjadi di antara kita dengan teman kita. Inilah yang menjadikan kita mendapatkan, belajarlah menyikapi masalah sesuai dengan konteksnya.


Di sini pula kita mempelajari bahwasanya laki-laki dan perempuan sejatinya memang berbeda. Allah menjadikan laki-laki dan perempuan berbeda bukan untuk saling membedakan, tetapi justru saling mengisi. Bukankah matahari indah ketika digantikan rembulan sebagaimana laki-laki itu akan dipahami keagungannya ketika ada seorang wanita.

Jangan membuat sesuatu yang sama yang sejatinya tidak pernah sama. Ketika kita paham bahwasanya laki-laki dan perempuan itu tidak sama, kita akan tahu bagaimana cara memperlakukan anak kita yang perempuan, tentunya tidak sama memperlakukan anak kita yang laki-laki. Semuanya sudah disampaikan secara tuntas di dalam Al-Qur’an supaya kita bijak menyikapi apapun yang ada di sekitar kita.



Ahad, 23 Agustus 2020 / 4 Muharram 1442
(hari ke 4 di "Journey with Quran" Classroom)

Sabtu, 29 Agustus 2020

Kaidah 05 - 06 - 07

Bismillaah...


Kaidah 5 = Kerusakan Dusta (Thaha : 61)

Kaidah 6 = Perdamaian (An-Nisa : 128)

Kaidah 7 = Menyalahkan Orang Lain (At-Taubah : 91)


~Resume~

Hari ini kita belajar bahwasanya Islam menempatkan perdamaian pada posisi yang agung. Semangatnya Islam adalah mempersaudarakan dan persaudaraan tidak akan pernah terbentuk kecuali adalah menumbuhkan perdamaian diantara manusia.

Dusta itu tercela, kecuali dusta ketika ingin mendamaikan hati yang bertikai. Siapapun yang hari ini melihat keluarganya, ayah dan ibunya bertengkar, melihat teman-teman circle-nya bertengkar dan berselisih, melihat teman-teman kajiannya saling bersalah paham antara satu dengan yang lainnya, pastikan bahwasanya kita mendamaikan di antara mereka, karena mendamaikan hati di antara manusia itu lebih besar dari pahala sholat, pahala shodaqoh dan pahala puasa.

Jadilah kita sebagaimana air yang mengademkan, jadilah sebagaimana jarum yang merekatkan. Jangan menjadi api yang sifatnya membakar, jangan pula menjadi gunting yang sifatnya mengoyak.

Hari ini kita juga belajar bahwasanya dalam kehidupan kita, di dalam kehidupan berinteraksi, janganlah menuntut kesempurnaan. Allah terkadang hadirkan orang-orang yang telah berbuat baik tapi terkadang mereka memiliki kekurangan-kekurangan. Miliki sifat empati pada kekurangan-kekurangan saudara kita, karena sesungguhnya Allah akan kirimkan orang-orang yang empati pada kekuranganmu, ketika kita juga melangkah di dalam kekurangan dan kesalahan. Sesungguhnya menuntut kesempurnaan itu wajar, tetapi memiliki sifat empati atas kekurangan dan kesalahan setelah mereka berbuat baik dalam interaksi sosial bersama dengan kita itu adalah hukumnya wajib. Allah memaklumi keterbatasan yang dimiliki para sahabat ketika mereka tidak bisa mengikuti perang tabuk disebabkan Allah tahu siapa yang memiliki keterbatasan dan Allah memaklumi itu.

Semoga kita senantiasa memiliki sifat memaklumi, seni memaklumi di antara manusia ketika kita berinteraksi dan semoga kita senantiasa memaklumi atas segala kekurangan orang lain supaya Allah kirimkan orang-orang yang juga memaklumi kekurangan kita.


Sabtu, 22 Agustus 2020 / 3 Muharram 1442 H

Jumat, 28 Agustus 2020

Kaidah 03 - 04

Bismillaah...

Kaidah 3 = Keutamaan Dia (Al Baqarah : 237)

Kaidah 4 = Nilai Kejujuran (Al Qiyamah : 14-15)


~Resume~

Sadarkah kita, orang yang hadir dalam semesta mungil kehidupan keluarga kita, dari pasangan hidup kita, mereka pasti memiliki kekurangan dan kesalahan sebagaimana kita memiliki kekurangan dan kesalahan. Tapi, walaupun ada kesalahan dan kekurangan, mereka adalah orang-orang yang sejatinya pernah menggoreskan kebaikan dalam kehidupan kita. Mungkin kita pernah merasakan gelombang-gelombang kekecewaan, tapi bukankah pasangan hidup kita, pernah membawa bunga yang membuat kita tersenyum?!

Perhatikanlah, orang yang telah berusaha untuk mencarikan rezeki untuk kita, walaupun mereka pernah salah, tapi bukankah dia telah memberikan rezeki yang terbaik untuk keluarganya?!

Perhatikanlah istri kita, walaupun mungkin mereka melakukan kesalahan, bukankah mereka yang telah melahirkan anak-anak kita dan bertaruh dengan nyawanya?!

Orang yang terbaik adalah mereka yang senantiasa menggores kebaikan selayak memahat gambar di atas batu. Siapapun yang baik adalah mereka yang senantiasa mengingat kesalahan sebagaimana dia menulis di atas air yang cepat akan sirna.

Itulah sejatinya orang yang senantiasa berada dalam pusaran kebaikan, adalah mereka yang mengingat kebaikan dari orang-orang di sekitarnya.

Tahukah kita pula, bahwasanya, kehidupan kita akan berbanding lurus dengan kemuliaan, ketika kita jujur kepada diri kita sendiri. Mungkin CCTV luput untuk merekam kita, mungkin orang lain tidak tahu bagaimana hinanya dan tercelanya diri kita. Tapi jujur, setiap orang adalah mengerti tentang kekurangan dan kesalahan yang dia lakukan.

Orang yang senantiasa memperhatikan dirinya, maka dia akan merasa hina dengan amal yang telah dia perbuat.

Siapapun yang jujur dengan dirinya, akan menjadikan dia gampang untuk beristighfar dan bertaubat kepada Allah. Dan siapapun yang jujur kepada dirinya, akan meraih tawadhu' dan terhindar dari sifat ujub pada ibadah dan amal yang dia kerjakan.

Inilah yang menjadikan kita memahami, kaidah yang ketiga dan yang keempat, janganlah engkau lupa kebaikan orang di sekitarmu, dari pasangan hidupmu dan yang lainnya, dan janganlah engkau lupa untuk mengawasi dirimu sendiri bahwasanya engkaulah saksi atas seluruh kesalahan yang kamu lakukan, ketika manusia luput untuk melihat kesalahanmu.


Jum'at, 21 Agustus 2020 / 2 Muharram 1442 H

Kamis, 27 Agustus 2020

Kaidah 01 - 02

Bismillaah

Kaidah 1 = Berkata yang Baik (Al Baqarah : 83)

Kaidah 2 = Pola Pikir (Al Baqarah : 216)


~ RESUME~

Disinilah kita harus memahami bahwasanya kaidah langit meletakkan sebuah petunjuk yang pertama yang penting untuk kita. Bahwasanya setiap insan tidak akan pernah mencapai kualitas dirinya dan kualitas hidupnya sampai memperhatikan apa yang dia ucapkan dan apa yang dia sampaikan.

Siapapun yang mereka senantiasa memperhatikan ucapannya, sejatinya dia sedang memperhatikan bagaimana kedudukan dia di syurga. Siapapun yang mereka tidak pernah memperhatikan dan justru melalaikan apa yang dia ucapkan, apa yang dia tulis pada jempolnya, maka sebenarnya dia sedang mengatur kedudukan bangkunya di neraka.

Rasulullaah shallallaahu 'alaihi wasallam memberikan jaminan, siapapun yang menjaga dari apa yang keluar dari mulutnya dan apa yang keluar dari kemaluannya, siapapun yang menjaga pada kedua lubang itu, maka tidak ada tempat baginya kecuali adalah syurga dan ridhonya Allah.

Inilah yang menjadikan kita mengetahui, berkatalah yang baik, karena alam di sekitar kita bereaksi dengan ucapan kita, baik yang baik ataupun yang buruk. Ucapkanlah yang baik, karena sesungguhnya penduduk langit itu selalu mengaminkan apapun yang kita ucapkan, baik itu sesuatu yang sifatnya mulia ataupun sesuatu yang sifatnya tercela.

Ucapkanlah yang baik karena engkau akan dijauhkan dari api neraka bukan hanya semata-mata karena sholat dan bukan karena semata-mata sedekah. Dijauhkannya kita dari neraka ketika kita senantiasa menjaga ucapan kita, ketika kita memiliki sifat layyin dan layyin itu adalah kelembutan dalam bertutur kata.

Inilah yang menjadikan setiap mukmin, mukmin itu identitasnya banyak, tapi salah satu identitas orang yang beriman adalah mereka yang senantiasa berkata yang baik. Kepada Allah berkata yang baik, kepada orang yang beriman berkata yang baik, kepada orang-orang fakir, dan berkata yang baik pula kepada pelaku maksiat ketika mereka harapkan supaya mereka tetap mendapatkan hidayah walaupun mereka sedang tenggelam dengan dosa dan kemaksiatannya.

Ditambah lagi, selalu berprasangkalah yang baik kepada Allah. Kelapangan hati kita ditentukan bukan dengan banyaknya harta, tapi kelapangan hati kita ditentukan ketika kita berprasangka yang baik. Bisa jadi ada sesuatu yang pahit, tetapi sejatinya akan manis di masa mendatang. Bukankah banyak makanan pahit, bukankah banyak minuman yang pahit, jamu dan sebagainya, tapi ujung dari semua makanan pahit dan tidak gurih, terkadang justru berujung manis pada kesehatan kita yang prima di masa tua. Tapi sebaliknya, berapa banyak makanan lezat, gurih, yang selalu kita nikmati di masa muda, tapi ternyata ujungnya itu adalah tidak baik dalam kehidupan tua kita kelak.

Inilah yang menjadikan pula kita memahami, bisa jadi ada takdir yang sejatinya buruk, bisa jadi ada takdir yang sejatinya tidak kita sukai, tapi justru ada kebaikan yang Allah berikan. Bisa jadi ada sebuah takdir yang sebenarnya kita sukai tapi justru sejatinya itu adalah buruk untuk kita. Bukankah Rasulullaah terusir dari kota Madinah itu tampaknya buruk, tapi justru di kota Madinah Allah memenangkan agama ini dan Allah menjadikan Rasulullaah kembali ke kota Mekkah selama 10 tahun di Madinah dengan cara yang luar biasa.

Tunggulah di ruang tunggu kehidupan, karena sesungguhnya setiap goresan takdir yang Allah berikan kepada kita sejatinya tidak pernah salah dan sejatinya tidak pernah dzolim kepada setiap manusia.

Baarokallaahu fiikum. Semoga kita hidup pada kaidah ini, yang pertama dan yang kedua, menghiasi setiap langkah kehidupan kita.


Kamis, 20 Agustus 2020 / 1 Muharram 1442 H

Minggu, 23 Agustus 2020

Muqaddimah Journey With Quran

Bismillah...

Sesungguhnya tidak ada yang mempertemukan kita pada kajian ilmu secara virtual ini kecuali semata-mata karena Allah. Semoga Allah selalu memperjumpakan kita di dalam kebaikan. Semoga kita senantiasa menjadi orang yang dipersaudarakan oleh Allah subhanahu wata’ala. 

Berbicara tentang program yang akan kita selami, bagaimana sensasi menghabiskan satu kitab “50 Kaidah Penting dalam alQuran”, tentunya saya ingin menyampaikan prolog. Prolog ini penting karena akan membantu dan memotivasi kita supaya memudahkan kita untuk memahami setiap kaidah-kaidah yang akan kita kaji dan pelajari. Prolog dan muqaddimah itu dalam segala sesuatu selalu diperlukan.

Saya akan menyampaikan prolog pada kajian Journey with Quran dengan sebuah kisah nyata yang semoga kisah ini related dengan apa yang kita pelajari. Saya pernah mendapati dalam teras kehidupan dakwah, saya pernah bertemu dengan seseorang yang menceritakan tentang salah satu circle sahabatnya. Sahabatnya ini menempuh pendidikan di luar negeri, di daerah Eropa, Amerika. Dan ketika dia pulang dari perjalanan studinya setelah menyelesaikan pendidikannya, maka beliau kembali ke tanah air tercinta, Indonesia. Suatu waktu, orang ini ditakdirkan untuk mengikuti kajian keluarga besarnya. Walaupun sebenarnya ia merupakan orang yang tidak terbiasa dengan kultur kajian. Tapi karena ini diadakan dan diselenggarakan oleh keluarganya, maka beliau ikut. Ketika beliau ikut pada kajian tersebut, diantara berbagai macam uraian yang disampaikan oleh sang ustadz, ada beberapa narasi yang sangat menyentuh hatinya.

Sang ustadz berkata, “Sesungguhnya Quran, ketika menyentuh apapun dalam lini kehidupan kita, maka Quran itu akan membentuk sesuatu yang istimewa.” Karena beliau kulturnya adalah dari studi di luar negeri yang mana sangat kuat rasionalitas dan logikanya, maka sesungguhnya dia sempat menolak apa yang disampaikan oleh sang ustadz. Dia berpegang kepada logikanya.

Tapi, entah bagaimana, ketika dia ditakdirkan untuk hamil, maka dia teringat bahwa diantara salah satu penjelasan sang ustadz, orang-orang yang hamil itu ketika membaca qur’an, akan diberikan kualitas anak yang berbeda dibanding kehamilannya yang tidak banyak berinteraksi dengan alquran. Maka ketika dia hamil, antara percaya dan tidak, antara menolak apa yang pernah ia dengarkan, dengan membandingkan semua teori yang pernah dia pelajari di dalam studinya, saling beradu.

Sampai akhirnya dia mencoba untuk membaca alquran selama kehamilannya. Tapi karena dia belum terlalu yakin, dia membacanya hanya satu kali dalam sembilan bulan. Dan ketika anak itu dilahirkan, setelah melewati beberapa bulan dan waktu, beliau mendapati bahwasanya anaknya memiliki kelebihan yang tidak ia dapatkan dari anak-anak yang seusianya. Dia sempat mengambil kesimpulan, apakah keistimewaan anak saya karena saya membacakan Quran? Karena sekali lagi, background dia sebagaimana orang yang selalu mengedepankan rasionalitas, mencoba untuk menolak itu. Tetapi tetap, bergelayut pertanyaan di dalam hatinya, apakah istimewanya anak saya ini disebabkan karena saya membacakan quran? 

Sampai beberapa waktu lamanya, akhirnya beliau ditakdirkan untuk hamil yang kedua. Beliau membaca alquran kembali dan beliau mengkhatamkan alquran selama masa kehamilannya sebanyak 3 kali (setiap 3 bulan kehamilan, ia khatam sekali). Dan ketika lahir anak yang kedua, ternyata kualitas anaknya bertambah lebih baik dan lebih maju daripada anak yang pertama (baik dan maju sesuai dengan pengetahuan yang pernah ia kaji tentang masalah anak). Dari sugesti menjadi keyakinan, apakah ini disebabkan karena interaksi saya ketika hamil bersama alquran? Pertanyaan itu tetap muncul dan belum membuahkan keyakinan penuh.

Sampai akhirnya ia beliau ditakdirkan untuk hamil yang ketiga. Dalam kehamilannya yang ketiga ini, maka beliau mencoba untuk mengkhatamkan quran setiap bulan, selama masa kehamilannya, sembilan bulan sembilan kali khatam. Ketika lahir anak yang ketiga, melewati beberapa bulan, ia mendapati anak yang ketiga memiliki keistimewaan lebih dari pada kedua kakaknya. Dan hari ini, anak yang ketiga, di usia belia sudah hafal alquran.

Disitulah akhirnya beliau menyampaikan, ternyata betul, interaksi manusia, interaksi alam semesta dengan alquran itu akan membuat suatu keistimewaan yang luar biasa. Ketika janin berinteraksi dengan alquran, maka janin pun mendapatkan keistimewaan.

Karena memang sejatinya, alquran itu bukan hanya kitab yang mana kita mendapatkan manivestasi pahala ketika kita membacanya.  Tetapi dalam kehidupan kita, hakikat dan sejatinya alquran yang Allah turunkan melalui lisan nabi dan apa yang diturunkan kepada Rasulullah merupakan kekuatan yang besar. Karena kekuatan besar dalam kehidupan manusia adalah ketika mereka bersama dengan alquran. Alquran itu tak hanya diibadahi ketika dibaca, tapi ia sejatinya kekuatan tanpa perisai yang merubah apapun.

Maka betul apa yang disabdakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di dalam hadits yang shohih,

Dari Umar RA, “Allah mengangkat derajat beberapa kaum melalui kitab ini (Alquran) dan Dia merendahkan beberapa kaum lainnya melalui kitab ini pula.” (HR. Muslim).

Maka pantas, Alquran itu adalah mu’jizat terbesar pada kehidupan manusia. Kenapa? Tahukah kita, seluruh mu’jizat para nabi dan rasul hilang bersama dengan wafatnya satu persatu para nabi dan rasul ketika mereka meninggal dunia, hilang pula mu’jizat-mu’jizat yang pernah Allah turunkan kepada para nabi dan rasul. Tapi itu tidak berlaku pada alquran. Mu’jizat yang Allah turunkan kepada nabi Muhammad itu adalah alquran, dan dashyat serta spektakulernya alQur’an itu adalah ia tidak hilang walaupun Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam meninggal dunia. Dan kita menjumpai efektivitas dari mu’jizat alquran terus berlangsung pada kehidupan manusia sampai nanti ketika matahari terbit dari arah barat.

Kita perhatikan beberapa hal, untuk menambah keimanan kita bahwasanya alquran itu mu’jizat terbesar pada kehidupan manusia (perhatikan video). Video ini menceritakan tentang sosial experiment: orang-orang yang diperdengarkan alquran di negeri Eropa, dimana negeri itu negeri yang subur dengan Islam phobia, banyak diantara masyarakatnya sama sekali tidak pernah mengenal Islam dengan pemahaman yang benar dan mereka tidak pernah mendengarkan quran. Perhatikan, ketika mereka mendengarkan alquran dari orang yang memperdengarkan alquran di telinga mereka pertama kali. Ada yang duduk, ada yang nangis, ada yang termenung, bahkan ada yang berkomentar “Ini instrumen terindah yang pernah saya dapatkan dalam hidup”. Inilah mukjizat alquran, sampai mereka yang tidak beriman yang notabene mereka tidak pernah mendengarkan alquran, tetapi justru mereka merasakan dahsyatnya alquran itu menyentuh pada dinding hati mereka. Dan bukankah kita juga merasakan langsung mukjizat alquran? Berapa kali kita sering menangis ketika kita berdiri di belakang imam yang begitu merdu, hafal quran ketika membacakan quran dalam sholat-sholat panjang yang kita pernah lalui, lalu meneteskan air mata walaupun kita tidak paham maknanya secara detail. Karena quran spektakuler menjadi kekuatan yang besar, bukan hanya mengubah kejayaan, tetapi sesungguhnya quran pun menyentuh dinding hati paling terdalam pada diri manusia.

Kita lihat lagi, ada sebuah contoh yang bisa menambah keyakinan kita kepada Allah. Perhatikan video ini. Ini video lautan, terpisah dengan dua lautan dari sisi kanan dan sisi kiri, kita melihat warna yang berbeda. Tetapi ternyata mereka tidak saling melampaui diantara dua lautan itu. Sebelum kita menemukan video ini, tahukah kita? Di dalam surah Arrahman ayat 19-20, Allah sudah berfirman:

“Allah mencampurkan antara dua lautan, yang asin dan yang tawar saling bertemu yang tampak dilihat dengan mata. Antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui masing-masing.”

Ada dua lautan yang ketika bertemu, mereka tidak saling melampaui. Dan itu ada di dalam alquran, 1400 tahun yang lalu, dibawa oleh Rasul dari padang pasir, jauh dari lautan. Dan Rasul tidak pernah menyeberangi samudra tapi ternyata Rasul sudah mengabarkan bahwasanya lautan ada dua sisi yang mereka datang dengan warna yang berbeda dan tidak saling memasuki, dan itu disampaikan di dalam alquran 1400 tahun yang lalu sebelum kita melihat video ini. Disitulah kita paham, siapapun yang bersama alquran, sejatinya mereka selalu terdepan dalam setiap peradaban.

Perhatikan video kembali, kita melihat ini adalah foto sebuah gunung warna-warni di dataran China. Kita dulu tidak tahu kalau ternyata gunung itu warna warni. Tapi ternyata pada surah Fathir ayat 27, Allah menyampaikan, “Dan diantara gunung-gunung itu ada garis-garis putih dan merah yang beraneka macam warnanya dan ada pula yang hitam pekat.”

Dan ternyata itu sudah disampaikan oleh Allah, 1400 tahun yang lalu. Dan kita baru menyadarinya ketika melihat video ini, dan itu tambahan kembali bagi kita. Ternyata Quran selalu mengajak kita terdepan dalam pemikiran, bagaimana kita mengimani quran yang datang dari dzat yang maha ilmu yang tidak ada batas akhirnya dalam setiap kalam yang Allah sampaikan dalam alquran. Maka betul kata Rasulullah, Quran itu mengangkat satu kaum.

Perhatikan bangsa Arab, bangsa penggembala kambing. Anak-anak perempuan dikubur hidup-hidup, umatnya meminum khamr, perempuan-perempuannya bisa dicicipi setiap lelaki pada zaman itu. Bahkan kalau kita mengenal kultur masyarakat jahiliyah, setiap perempuan yang mau dizinahi, tinggal memasang bendera di depan rumahnya, yang dipahami setiap lelaki bahwasanya dia memasuki rumah tersebut dalam kondisi bisa untuk menikmati perempuannya. Dari bangsa dengan kultur yang semacam itu, quran menyentuh mereka. Dan ternyata, peradaban mereka berubah pesat. Tidak sampai 20 tahun, Persia rontok. Tidak sampai 50 atau 100 tahun, Romawi pun rontok, disebabkan komitmen komunitas ring pertama Rasulullah yaitu para sahabat, komitmen kepada AlQuran. Inilah saatnya, ketika kita ingin membangun puzzle-puzzle peradaban dan kemuliaan kita dihadapan sang khalik, kemuliaan kita adalah ketika kita memahami kalam Allah dalam kehidupan kita dan itulah kewajiban kita kepada alquran.

Syeikh Utsaimin berkata, “Kewajiban manusia kepada Quran itu sejatinya ada 4:

1. Membacanya (karena itu adalah bagian dari ibadah, setiap hurufnya), 2. Memahami artinya, 3. Memahami tafsir, ta’wil dan interpretasinya (persis dengan apa yang disampaikan oleh Rasulullah), 4. Tata prilaku dan sikap (persis sebagaimana petunjuk wahyu dan ilahi)”.

Dan Inilah kewajiban kita dalam kehidupan kita berinteraksi dengan alQuran supaya meningkatkan kemuliaan kita di hadapan sang khalik dan sesungguhnya alam semesta merendahkan dirinya kepada mereka yang telah menyerahkan dirinya kepada alquran.

Makanya, saya pernah kagum pada salah satu acara yang membuat saya tidak akan pernah lupa. Dulu ketika saya masih kuliah di Fakultas Syariah, saya pernah menghadiri debat antara kaum muslimin dan umat kristiani dalam sebuah debat yang ramah dan baik. Yang menarik bukan ketika masing-masing pihak menyampaikan apa yang ingin mereka sampaikan dari konsep kebenaran, tetapi yang menarik adalah ketika dibuka sesi pertanyaan, ada salah satu yang menanggapi. Pada saat itu, dia mengatakan testimoni, “Saya ini muallaf. Alasan saya masuk Islam itu sederhana. Saya mencari semua agama diantara perbedaan dan keistimewaan masing-masing agama. Lalu saya menjumpai, tidak ada agama yang mampu menjadikan setiap pemeluknya hafal kitab sucinya, dari huruf pertama sampai terakhir kecuali itu hanya saya dapatkan di dalam Islam. Dan yang hafal alquran di dalam Islam bukan satu dan dua, ratusan ribu yang tersebar dari ujung timur sampai ujung barat. Dan tidak ada kitab yang sampai dijadikan mudah oleh penciptanya untuk dihafalkan oleh pemeluknya kecuali itu hanyalah alquran.” Lalu beliau menantang dengan lembut. Tantangan itu adalah ketika beliau berkata, “Apapun agama yang bisa memberikan bukti kepada saya bahwasanya kitab suci mereka dihafalkan oleh pemeluknya sebagaimana kami menghafalkan alquran dari huruf pertama sampai huruf yang terakhir, maka saya siap untuk murtad dari agama ini dan memindahkan agama saya kepada agama itu.” Dan tantangan itu, senyap, tidak terjawab. Karena memang sejatinya tidak ada kitab suci yang paling benar, yang asli, kecuali alquran yang Allah mudahkan bagi setiap hamba dan mahkluknya untuk menghafalkannya, karena disitulah kunci peradaban kita.

Inilah yang membuat kami ingin membahas sisi-sisi yang ada dalam alquran, yang related dan berkaitan langsung dengan kehidupan kita, supaya betul-betul kehidupan kita, referensinya bukan referensi abal-abal dari manusia. Referensinya bukan abal-abal dari mereka yang tidak beriman dan bukan bersumber kepada dzat yang maha ilmu. Kita ingin kembali berinteraksi dengan alquran dalam kehidupan kita, karena kebahagiaan kita terletak pada kebahagiaan kita bersama alquran. Siapapun yang bersama alQuran, maka akan mulia. Bukankah quran ketika malaikat Jibril menurunkan, ia menjadi malaikat yang paling mulia. Bukankah malam ketika Allah menurunkan alquran menjadi malam yang paling mulia, yaitu malam lailatul Qadr. Bukankah bulan ketika Allah menurunkan alquran menjadi bulan yang paling mulia, yaitu bulan Ramadhan. Dan bukankah lelaki yang paling mulia adalah lelaki yang padanya diturunkan alQuran, yaitu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

Inilah sebab kami membahas sisi kecil diantara samudera kebenaran dalam alquran supaya kita paham, kemajuan dan kualitas hidup kita tidak terletak pada teori-teori yang disandarkan kepada manusia, tetapi kemuliaan kita yaitu ketika hidup kita bersandar pada kalam ilahi, Rabb yang menguasai alam semesta. 

Selamat datang di program Journey of Quran, semoga kita mendapatkan keberkahan dalam setiap lembaran-lembaran yang akan kita kaji dan menumbuhkan keberkahan dengan perbuatan nyata sesuai dengan apa yang Allah cintai dan ridhoi.


Journey With Quran

oleh: Abu Bassam Oemar Mita, LC. -Hafidzahullah-

Kamis, 20 Agustus 2020 / 1 Muharram 1442 Hijriyah


#catatanraidahmuharrikah #catatanjourneywithquran #journeywithquran #syameelaseriesclassroom

Sabtu, 22 Agustus 2020

School From Home (SFH)

 Bismillaah...

Kalau lagi hari sekolah, waktu ku terbagi 4, sesuai jumlah anak 😷.

Pagi, siang, sore, malam. Anak-anak bergantian diajar, tergantung siapa yang duluan siap atau materi siapa yang lebih duluan ada di grup masing-masing.

1 anak biasanya 2-3 pelajaran. 1 pelajaran butuh waktu paling cepat setengah jam. Setengah jam itu full diajar atau kerja tugas, gak ada adegan bujuk membujuk, ngambek, marah, istirahat, guling-guling, tantrum, bertengkar sama (saudaranya) yang mengganggu, izin urus Hanin yang lagi di WC, atau izin mau minum sebentar padahal lamaaaa dan setelahnya ntah hilangnya kemanaaaaa gitu.

Kalau berjalan mulus di ketiga anak, paling cepat biasanya selesai di jam 3 menjelang sore. Kalau tidak, siap2 berdagang 😂 eh begadang.

Trus malamnya, akan berefek di suara yang serak, tenggorokan sakit, lelah (pake banget) yang ujung-ujungnya kepala juga ikutan sakit. Mau ngeluh? Iyaaa... dan itu normal kan?!

Tapi, ingat, ini ladang pahala yang Allah bentangkan, tinggal kita yang harus berjuang melewatinya.

Susah? Iya. Tapi, kita mau salahkan siapa? Mau salahkan gurunya/sekolahnya? Memangnya yang punya anak siapa?

Mau salahkan keadaan? Tidak mungkin juga karena semuanya adalah takdir Allah yang harus kita jalani, suka ataupun tidak. Menyalahkan keadaan sama dengan menyalahkan Allah.

Lalu bagaimana?

Jalani dengan sabar dan ikhlas, niatkan sebagai pahala buat kita dalam mendidik anak. Berat? Sudah tentu. Apalagi yang "sendirian". Kalau ada pasangan, mungkin semua rasa bisa kita bagi biar gak berat sendiri, gak stress sendiri. Tapi kalau sendiri? Jangan lupa ada Allah, sebaik-baik tempat curhat dan penolong dalam setiap urusan.

Juga selalu ingat tanggung jawab kita sebagai orang tua. Kelak kita akan ditanyai tentang anak kita, tentang apa yang kita tanamkan pada diri mereka.

Ingat saja SYURGA, maka hatimu akan selalu lapang menerima setiap kepayahan dalam hidup. Karena,

Ù„ِّÛŒُدۡØ®ِÙ„َ ٱلۡÙ…ُؤۡÙ…ِÙ†ِینَ ÙˆَٱلۡÙ…ُؤۡÙ…ِÙ†َÙ€ٰتِ جَÙ†َّÙ€ٰتࣲ... 

Allah masukkan "Syurga" ke dalam hati orang beriman (laki-laki dan perempuan),

yang dengannya hati orang beriman akan menjadi tenang.

Lalu kebaikan apalagi yang kita cari setelah Allah menjanjikan syurga?


Samata, 20 Agustus 2020

Jumat, 07 Agustus 2020

Tak Ingin Berlalu

Bismillaah...

Belum kelihatan kapan pandemi ini berakhir. Kapan Allah akan cabut ujian ini dari kita semua. Tapi satu yang perlu diingat, anak anak di rumahmu, tidak akan selamanya. Pandemi atau tidak, berangsur-angsur kita akan menyesuaikan. Perlahan tapi pasti, pondok-pondok pesantren mulai dibuka. Sekolah dgn protapnya sdh mulai masuk. Mau tidak mau. Semua dengan caranya masing-masing.               

Tidak sadar kita, bahwa 4 bulan terakhir ini, kita telah ‘dihadiahi’ Allah anak-anak kita kembali. Semua kumpul di rumah. Lengkap dengan riuh rendahnya, berantem dan belajarnya. Iseng dan bercandanya. Makan yang tiada hentinya. Kelihatannya ruame puol nggak habis habis. 

Stock makanan harus ditambah terus, belum cemilan. Rumah rapi hanya semenit dua, tenang jika semua sudah terlelap saja. Rasanya lelah. Kita ingin semua segera berakhir, kembali normal seperti sediakala.

Benarkah?

Mau kembali lagi seperti sediakala?

Tidak akan kehilangan semua keriuh rendahan ini? Persis seperti ketika mereka masih kecil dulu.

Sebagaimana pandemi ini menyergap kita tanpa peringatan dan tiba-tiba. Semua keseruan ini juga perlahan akan tiada. Rumah kembali sepi dan bersih. Seterusnya.. hingga kita tua.

Well, mungkin pada kumpul setahun dua kali saja.

Benarkah? 

Kita mau menggantikan kehangatan ini dengan segera?

Seperti lagu kemesraan yang pernah kondang, untuk saya “kemesraan ini.. janganlah cepat berlalu. Kemesraan ini, ingin kukenang selalu.”

Saya tahu ini nggak akan lama, cepat atau lambat, mereka akan kembali mengepakkan sayapnya, meninggalkan sarangnya.

Saya ingin menggunakan hadiah dari Allah ini untuk menikmati mereka, tertawa atas lelucon-lelucon dan perbuatan lucunya. Menikmati memeluk mereka kapan saja, sambil berbisik ke telinganya “Mama sayang kamu selamanya ya.. kamu akan jadi anak hebat ya nak. Allah akan sayang senantiasa. Doa mama selalu. Jaga mama kalau sudah tua ya, I 💗 you nak.” 😢

Sungguh Allah, terima kasih akan hadiah ini. I will enjoy it while it last. Yes, this wont last forever. Enjoy your children peeps. 💗 ya’.

-Wina Risman

***

Sangat sepemikiran dengan tulisan ini. Walaupun lelah, walau tak punya waktu senggang, walau terkadang tak tidur malam karena melewati batas tidur hingga mata tak bisa terpejam, walau keriuhannya terkadang bikin sakit kepala, walau beberapa urusan lain ada yang terbengkalai, saya sangat menikmati masa pandemi ini. Inginnya masa ini tak akan berlalu, terus seperti ini, anak-anak belajar di rumah.

Di saat ibu lain ingin sekolah segera dibuka, saya tidak. Karena mungkin inilah cara Allah memberi waktu buat saya untuk mengajar anak-anak melalui tangan saya sendiri. Sangat berat apalagi hanya sendiri menghadapi 3 anak yang berbeda tingkatan. Belum lagi 1 balita yang juga suka cari perhatian jika kakak-kakaknya diajar, entah mau minta diajar juga, atau minta makan dan disuap, ataukah masuk ke WC berulang kali jika luput dari pengawasan.

Tapi, bukankah pahala sesuai dengan beratnya tantangan?

Maka, nikmatilah, karena waktu seperti ini hanya SEBENTAR SAJA.


Samata, 17 Dzulhijjah 1441 H / 7 Agustus 2020 M