Rabu, 23 September 2020

Toilet Training nya Hanin

Bismillaah...


"Mi, kenc*ng ka'. Mi, b*la ka",
pernyataan dari Hanin yang jika terdengar oleh saya, apapun kegiatan saat itu, walau lagi tidur sangat nyenyak, langsung terhenti dan terbangun lalu bergegas membawa nya ke wc. Alhamdulillaah, di usianya kini yang hampir 27 bulan (2 tahun 3 bulan), sudah bisa buang hajat di tempat yang seharusnya.

Salah satu masa yang harus dilalui oleh seorang anak dan ibunya adalah masa toilet training. Selainnya ada masa penyapihan juga. Dan kedua masa ini adalah masa yang membutuhkan kesiapan antara anak dan ibu (yang paling utama) dan juga anggota keluarga lain.

Flashback ke awal-awal Hanin toilet training, sempat maju mundur untuk memulai. Sebelum usianya pas 2 tahun, sempat memulai, yang pada akhirnya saya kembali lagi ke popok. Waktu itu karena saya nya lebih sering keluar rumah, jadi mau tidak mau Hanin mesti pake popok.

Hingga kembali saya memikirkan, kira-kira kapan lagi saya bisa memulai. Akhirnya memutuskan, memulainya di saat saya lagi "cuti" sholat saja biar gak terlalu kepikiran sama najis, bersih-bersih dan kalau tiba-tiba mau pipis atau pup bisa langsung saja dibawa ke wc.

Bismillaah...
Dimulai akhir Juni. Di hari pertama, pas Hanin bangun langsung di sounding,
"Hanin, hari ini Hanin belajar lepas popok nah. Jadi kalau mau pipis atau pup, bilang sama ummi.
Ayo berdoa dulu sama Allah supaya Allah kasi Hanin dan Ummi kemudahan".

Entah mengerti atau tidak, saya tetap menuntun Hanin untuk berdoa.
"Laa Hawla wa Laa Quwwata Illaa Billaah. Ya Allah, bantu Hanin dan Ummi untuk bisa melalui proses ini dengan mudah."

Dan, maasyaallaah, ketika kita memang melibatkan Allah, maka segalanya terasa mudah. Tanpa pertolongan Allah, kita gak bisa apa-apa. Terbukti di Hanin, Alhamdulillaah tidak ada kendala yang berarti, semuanya bisa dilewati dengan mudah, atas izin Allah.

2 bulan lebih, Alhamdulillaah sudah gak pernah pake popok lagi. Walau keluar rumah, juga sudah gak pake lagi. Pun kalau tidur malam. *Padahal popoknya masih banyak karena sebelumnya terlanjur beli banyak, lupa kalau usianya sudah hampir 2 tahun*

Walau begitu, selama 2 bulan ini, gak selamanya juga Hanin kalau mau buang hajat itu di WC. Kadang kebelet yang akhirnya pipis di celana, kadang juga kalau lagi gak diperhatikan (jadwalnya) atau dia lagi sibuk main. Tapi alhamdulillaah sejauh ini, ia lebih sering bilang jika ada keinginan.
*Kadang-kadang juga walaupun gak mau, tetap bilang mau pipis, ataukah ia baru saja dari wc, trus bilang mau pipis lagi. Kalau kayak gini, kentara kalau mau main air 😂.*

Alhamdulillaah, terlewati lagi 1 momen penting dalam perkembangan Hanin. Waktu berlalu terasa cepat. Ada rasa haru ketika mengingat Allah masih mengizinkan saya untuk menyaksikan dan turut serta di momen ini. Sangat betul, "Masa anak-anak itu SEBENTAR saja". Maka nikmati setiap prosesnya, nikmati setiap riuhnya, nikmati repot dan capeknya, nikmati tangis-tawa-celotehnya. Karena kelak, masa-masa ini hanya akan menjadi kenangan dan menyisakan rindu.


Samata,
5 September 2020 / 18 Muharram 1442

Minggu, 13 September 2020

Kaidah 49 - 50

Bismillaah...

Kaidah 49 = Bertanya (An Nahl : 43)
Kaidah 50 = Jalan Lurus (Al Isra : 9)


~RESUME~

Hari ini kita belajar kaidah langit yang memberitahukan kepada kita bahwasanya kemuliaan manusia itu terletak pada ilmu akhirat yang dia pahami, dia mengerti dan dia realisasikan pada kehidupan. Sesungguhnya siapapun yang ingin diselamatkan ketika melewati beratnya perjalanan melewati shirath, maka hendaklah dia memperhatikan bagaimana keterikatan hidupnya dengan ilmu. Dan tidaklah disebut ilmu kecuali definisinya adalah perkataan Allah dan RasulNya.

Bukankah kita mengerti, ketika kita ingin kerja di sebuah kantor, ada perjalanan ilmu yang harus kita tempuh selama 16 tahun, dari SD sampai kuliah. Kalaulah hanya duduk di belakang meja pada sebuah instansi dan kantor harus mendapatkan proses pembelajaran hingga 16 tahun, sesungguhnya syurga pun identik dengan ilmu sebagaimana ikan identik dengan airnya.

Maka salah satu proses kita di dalam belajar untuk mendapatkan ilmu sesungguhnya adalah dengan bertanya. Karena obat dari getirnya kebodohan itu adalah dengan kita bertanya. Bertanyalah ketika engkau tidak tahu. Bertanyalah kepada mereka yang paham tentang agama ini dan paham tentang ilmu syariat ini. Karena keterperosokan itu dapat dihindari ketika kita mendatangi ilmu dan bertanya kepada mereka yang memiliki kepahaman terhadap agama ini.

Inilah pula yang menjadikan kita mengetahui, kemuliaan alquran adalah kemuliaan yang tidak terbantahkan. Siapapun dan apapun pemikiran yang mencoba untuk berhadapan dengan Quran, tidak ada yang dihadapi kecuali kebinasaan dan kebinasaan dalam kehidupan akhirnya. Dan selalu quran itu menjadi pemenang bagi mereka yang mengimani dan yakin kepada apa yang dikalamkan oleh Allah di dalam kitab sucinya.

Semoga kita senantiasa mengimani bahwasanya Quran itu adalah kenikmatan dan janganlah kita tukar kenikmatan itu dengan sesuatu yang rendah layaknya bani Israil yang telah diberikan daging burung dan telah diberikan buah tetapi mereka justru tega meminta supaya diganti dengan bawang merah, bawang putih yang sejatinya barang-barang itu mereka jumpai dengan mudah di pinggir pasar.

Quran itu adalah kenikmatan. Quran itu adalah mukjizat terbesar pada kehidupan kita. Tidaklah kemuliaan seorang manusia dan satu bangsa kecuali mereka berpulang kembali kepada pangkuan alquran. Karena hidup di bawah naungan alquran itu adalah nikmat yang tidak dirasakan kecuali orang-orang yang mereka merasakan nikmatnya beriman kepada alquran.


Rabu, 9 September 2020 / 21 Muharram 1442
(Hari ke 20 di "Journey with Quran" Classroom)

Kaidah 46 - 47 - 48

Bismillaah...

Kaidah 46 = Allah Maha Tahu (Al Baqarah : 197)
Kaidah 47 = Petunjuk (Ath Taghabun : 11)
Kaidah 48 = Memahami Diri Sendiri (Al Baqarah : 60)


~RESUME~

Hari ini kaidah langit mengarahkan kepada kita, kepada sebuah pelita ilmu, bagaimana seseorang itu dimuliakan oleh Allah ketika mereka yakin Allah lah yang mengetahui setiap perbuatan yang dilakukan oleh manusia. Manusia yang paling tenang hati dan batinnya adalah manusia yang menyandarkan setiap perbuatan amal yang dia lakukan hanyalah kepada Allah subhanahu wa ta'ala. Dia tidak pernah menyandarkan perbuatan itu kepada kerumitan kehidupan manusia, yang sejatinya pun tidak lepas dari problematika yang banyak.

Orang-orang yang mereka menyembunyikan amalnya maka semakin besar harga tawar di sisi Allah subhanahu wata'ala, karena Allah itu sangat mencintai amal yang bersifat limited edition. Semakin sedikit diketahui orang, semakin besar pahala yang akan didapatkan.

Itu pula yang menjadikan kita mengetahui, seiring dengan kita merahasiakan amal kita untuk memperbaiki urusan kita di hadapan Allah dengan menguatkan hati kita, maka ridhoilah terhadap setiap apapun yang Allah berikan dalam setiap musibah yang Allah tampakkan dalam kehidupan kita.

Ridho kepada takdir itu merupakan perkara yang paling besar setelah iman kita kepada Allah. Sebagaimana perkataan Abu Darda', Allah tidak pernah salah memberikan takdir pada kehidupan manusia. Dan orang yang dicintai oleh Allah adalah orang yang selalu melihat sisi baik pada setiap ketetapan takdir yang Allah berikan.

Kita juga mengetahui pula bahwasanya setiap manusia itu dimudahkan oleh Allah dalam setiap perbuatan-perbuatan yang Allah mudahkan untuknya. Ada orang yang dimudahkan untuk sedekah, ada orang yang dimudahkan untuk sholat, ada pula orang yang dimudahkan untuk berjihad dan ada pula orang yang dimudahkan untuk menuntut ilmu.

Apapun kemudahan yang Allah berikan kepada hidup kita, ketahuilah, apa kemudahan yang Allah berikan itu. Terus lakukan kemudahan itu supaya kita mendapatkan keridhaan dari Allah.

Jangan pernah memaksakan semua orang itu memiliki kemudahan sebagaimana kita, karena setiap orang itu diberikan kemudahan yang berbeda-beda antara kita dengan yang lainnya. Persis sebagaimana perkataan Imam Malik, Allah itu membagi amal sebagaimana Allah membagi rezeki.

Temukan kelebihan dan kemuliaan apa yang Allah berikan pada hidupmu. Tetapilah kemudahan itu sampai kita menutup mata.



Selasa, 8 September 2020 / 20 Muharram 1442
(Hari ke 19 di "Journey with Quran" Classroom)


Sabtu, 12 September 2020

Kaidah 44 - 45

Bismillaah...

Kaidah 44 = Mencintai Rasulullaah (Al Hasyr : 7)
Kaidah 45 = Menghapus Dosa (Huud : 114)


~RESUME~

Rasulullaah hadir dalam kehidupan umat manusia, sejatinya bukan hanya menjadi kisah klasik yang kita bacakan kepada anak kita menjelang tidur. Tetapi sejatinya Rasulullaah diutus pada kehidupan kita supaya kita mengetahui hakikat penduduk syurga dengan karakteristiknya, perkataan dan perbuatannya.

Inilah yang harus kita mengerti, kesempurnaan iman kita tidak akan pernah menjadi utuh sampai kita beriman kepada Allah dan beriman pula kepada Rasulullaah shallallaahu 'alihi wasallam. Karena sesungguhnya siapapun yang mereka setia menapak jalan sebagaimana jalan yang telah ditapak oleh Rasulullaah, dia akan menjadi orang yang mulia pada kehidupan akhirat dan menjadi mulia pada kehidupan di dunia. Dan menjadi orang yang terpimpin, karena dia telah mengikuti orang yang telah dibimbing langsung oleh Allah subhanahu wa ta'ala.

Perhatikanlah para sahabat, ketika mereka menjadi bangsa penggembala kambing lalu mengikuti Rasulullaah, Allah muliakan hidup mereka. Hidup mereka disegani oleh orang-orang dari timur ke barat dan ketika matinya, dimuliakan oleh Allah dalam kehidupan akhiratnya dengan syurga.

Simpel dan sederhana. Sesungguhnya ketika kita ingin mulia dalam kehidupan ini dan menjadi orang-orang yang dimuliakan oleh Allah dalam kehidupan nasib di akhirat, yaitu adalah berkomitmen untuk mengikuti Rasulullah dan menjadikan Rasulullah referensi tunggal pada kehidupan. Bukan pada referensi pluralisme, sekularisme dan liberalisme, serta isme isme yang lainnya, tapi hanya kepada nabi dan tidak ada pilihan yang lainnya.

Disini pula kita mengetahui, komitmen kita mengikuti sunnah selain mengikuti Rasulullah adalah bagaimana kita menjadi orang yang pandai untuk membersihkan diri kita dan mensucikan kita. Siapakah manusia? mereka pasti lengket dan pasti peka dengan kemaksiatan dan dosa. Tapi Allah begitu maha baiknya kepada kehidupan manusia sehingga Allah memberikan jalan pada setiap kehidupan manusia, bagaimana mereka itu diberikan oleh Allah kesempatan untuk membersihkan dosa.

Bukankah baju yang kotor bisa bersih dengan deterjen? Bukankah mobil yang kotor bisa bersih dengan semprotan air? Sama pula, sesungguhnya dosa dan kemaksiatan itu mampu untuk dibersihkan persis sebagaimana bayi yang baru lahir, kalau kita niatkan setiap kebaikan yang kita lakukan salah satunya adalah kita niatkan untuk menghapuskan dosa dan kemaksiatan kita.

Sungguh demi Allah, dosa itu tidak hanya dihapuskan dengan taubat. Sungguh demi Allah, dosa itu tidak hanya dihapuskan dengan istighfar kita ataupun ridhonya kita kepada takdir. Tapi salah satu diantara perangkat untuk membersihkan kita dari dosa supaya kita bersih dan meraih keberkahan dalam kehidupan kita, kalau kita rajin melakukan dosa, setidaknya kita harus rajin melakukan kebaikan untuk menghapuskan dosa dan kemaksiatan yang pernah kita lakukan.

Semoga Allah memberikan keteguhan atas komitmen kita untuk mengikuti Rasulullah dan semoga kita rajin mengikuti setiap keburukan dengan ketaatan supaya menghapuskan dosa yang pernah kita goreskan.


Senin, 7 September 2020 / 19 Muharram 1442
(Hari ke 18 di "Journey with Quran" Classroom)

Kaidah 42 - 43

Bismillaah...

Kaidah 42 = Menjaga Sumpah (Al Maidah : 89)
Kaidah 43 = Sifat Kikir (Al Hasyr : 9)


~RESUME~

Sesungguhnya kebaikan seorang mukmin, salah satunya ketika mereka tidak bersumpah kecuali dengan nama Allah. Janganlah kita bersumpah dengan nama selain Allah karena di dalam sumpah ada pengagungan. Dan pengakuan ketika diberikan kepada selain Allah bisa terjatuh pada kesyirikan.

Sesungguhnya sumpah haruslah dengan menyebut nama Allah dan berkomitmen untuk memenuhi sumpah tersebut. Jangan banyak kita bersumpah karena sesungguhnya orang yang banyak bersumpah akan hilang pengagungan kepada apa yang dia ucapkan di dalam sumpah tersebut.

Sesungguhnya siapapun yang telah menyertakan Allah dalam sumpahnya berarti dia telah terikat di hadapan Allah atas apa yang dia ikrarkan ketika bersumpah atas nama Allah. Inilah hakikat seorang mukmin.

Bersumpah atas nama Allah merupakan bagian yang diperbolehkan. Tapi ingat, siapapun yang telah melibatkan Allah dalam satu komitmen yang dia ucapkan di dalam sumpah, maka pada saat itu dia telah menjadikan Allah menjadi saksi langsung atas apa yang dia ucapkan. Penuhi sumpahmu ketika sudah menyebut nama Allah. Kalau tidak, akan berkonsekuensi besar pada kehidupan kita.

Sisi yang lainnya, kita mengetahui pula sesungguhnya kebaikan iman tergantung ketika kita mampu menafikan penyakit syuh. Syuh itu adalah bakhil tingkat yang paling tinggi, ketika seorang manusia begitu hasrat dan rakus terhadap perkara dunia yang dimiliki oleh orang lain. Sehingga dia tidak mau mengutamakan orang lain.

Penyakit syuh dikatakan oleh Rasulullaah shallallahu 'alaihi wasallam sebagai penyebab kehancuran kaum sebelum beliau, dengan berkembangnya penyakit syuh diantara mereka. Tidaklah orang yang memiliki penyakit syuh kecuali dia ingin mendapatkan apa yang dimiliki oleh orang.

Tidak ada orang yang memiliki penyakit syuh kecuali dia menginginkan supaya kebaikan yang dimiliki orang lain itu hilang. Dan tidaklah orang memiliki penyakit syuh kecuali dia akan menghalalkan segala macam cara untuk mendapatkan barang yang dia mau. Semakin besar penyakit syuh, semakin banyak keinginan yang akan dia tetapkan pada hidupnya. Dan itulah sumber dari malapetaka dalam kehidupan manusia.

Orang yang mampu menekan syuh-nya, akan timbul kebaikan itsarnya. Itsar itu mengutamakan orang lain. Sesungguhnya Allah paling senang dan paling cinta kepada seorang mukmin yang senantiasa mengutamakan orang lain.

Sungkan kepada orang yang beriman, mengorbankan zona nyaman dia kepada orang yang beriman. Siapapun yang mengorbankan zona nyamannya untuk Allah, untuk orang-orang yang beriman, maka disitulah Allah melipatgandakan pahala yang dia kerjakan dengan kelipatan yang tidak terhingga.

Semoga Allah menjaga kita dari syuh, tetapi Allah menumbuhkan kebaikan itsar pada kehidupan kita. Tidaklah orang anshor dicintai oleh Allah kecuali karena itsar yang mereka miliki pada hati dan jiwa mereka.



Ahad, 6 September 2020 / 18 Muharram 1442
(Hari ke 17 di "Journey with Quran" Classroom)

Rabu, 09 September 2020

Kaidah 39 - 40 - 41

Bismillah...

Kaidah 39 = Manajemen Waktu (Al Insyirah : 7-8)
Kaidah 40 = Berlaku Adil (An Nahl : 90)
Kaidah 41 = Kesalahan Makhluk (Asy Syura : 30)


~RESUME~

Waktu, tampaknya merupakan sesuatu yang biasa. Tapi, tahukah kita bahwasanya waktu merupakan bagian pembeda antara orang yang diridhoi oleh Allah dan tak diridhoi oleh Allah? Orang yang diridhoi oleh Allah selalu disibukkan waktunya di dalam ketaatan dan ibadah semenjak bangun tidur sampai dia menutup mata pada malam harinya. Orang yang tak diridhoi oleh Allah yaitu adalah ketika waktunya diberikan oleh Allah dalam perkara yang tidak bermanfaat pada urusan akhirat dan dunianya, semenjak dia membuka mata sampai menutup mata.

Sesungguhnya waktu merupakan bagian penting dalam kehidupan orang yang beriman. Makanya Allah berfirman, berlomba-lombalah dalam kebaikan. Bukankah makna berlomba-lomba adalah orang yang mampu untuk memaksimalkan waktu? Bukankah pemenang nomor satu pada perlombaan F1 itu adalah mereka yang paling hemat waktunya ketika menyelesaikan lap dan putaran?

Sesungguhnya orang yang beriman, mereka adalah orang-orang yang diberikan kemampuan untuk mengolah sebuah waktu menjadi sesuatu yang bermanfaat dalam kehidupan akhirat dan dunianya.

Berlomba-lombalah dengan waktu untuk segera melaksanakan sholat. Berlomba-lomba lah di dalam kita bertaubat kepada Allah, karena waktu yang kita miliki sangatlah terbatas. Berlomba-lomba lah kepada Allah supaya kita senantiasa segera meminta maaf, karena bisa jadi ketika kita selalu melambatkan meminta maaf, maka akan menjadi pengadilan panjang dalam kehidupan akhirat kita.

Berlomba-lombalah di dalam waktu, ketika kita harus mengembalikan barang, harus pula ketika menikahkan anak-anak kita dan menguburkan jenazah yang kita cintai. Karena sesungguhnya waktu merupakan bagian besar yang harusnya kita senantiasa memandangnya dengan keseriusan karena akunya masalah waktu di hadapan orang yang beriman.

Disini pula sesungguhnya seorang mukmin dibebankan oleh Allah untuk senantiasa berbuat adil, karena sesungguhnya spirit dalam agama ini adalah menegakkan keadilan. Adillah ketika ada diantara kita melakukan poligami. Adillah ketika kita membagi kasih sayang kita di antara anak-anak yang kita miliki. Adillah kita ketika kita melihat orang yang menyampaikan ilmu kepada kita, ketika mereka terjatuh pada kesalahan. Dibalik kesalahan itu ada banyak kebaikan yang dia miliki. Adillah ketika kita beribadah, ada hak untuk badan kita, ada hak untuk istri kita, ada pula hak untuk anak-anak kita. Karena sesungguhnya, keadilan itu memberikan kebaikan dalam kehidupan kita.

Inipula yang menjadikan kita memahami bahwasanya tidaklah kejadian dan peristiwa-peristiwa besar yang terjadi di atas muka bumi ini kecuali Allah gariskan peristiwa musibah yang ada pada kehidupan manusia kecuali memberikan peringatan manusia supaya kembali kepada-Nya.

Banjir bandang, gempa, tsunami, tidaklah terjadi dengan sendirinya dengan kata fenomena alam. Sesungguhnya musibah itu terjadi karena kehendaknya Allah dan kekuasaan Allah yang tidak terbatas.

Allah memberikan sentilan pada setiap peristiwa musibah yang terjadi di atas kehidupan kita bahwasanya Allah Maha Berkuasa atas apa yang terjadi pada kehidupan manusia. Semoga kita tidak sekuler, ketika kita melihat kejadian dan musibah alam tanpa kita kaitkan peristiwa itu kepada Allah. Padahal tidak ada peristiwa yang terjadi di atas muka bumi ini, sampai daun yang jatuh, kecuali adalah karena ketentuan Allah yang begitu besar pada kehidupan kita.

Orang yang cerdas adalah orang yang pandai untuk mengambil satu isyarat di balik satu peristiwa dan musibah alam ketika terjadi pada kehidupan kita, dan itu merupakan peringatan supaya kita kembali kepadaNya.



Sabtu, 5 September 2020 / 17 Muharram 1442
(Hari ke 16 di "Journey with Quran" Classroom)

Selasa, 08 September 2020

Kaidah 37 - 38

Bismillaah...

Kaidah 37 = Istiqomah (Hud : 112)
Kaidah 38 = Pengadilan Allah (Az Zalzalah : 7-8)


~RESUME~

Tidak ada yang paling berat ketika kita menghambakan diri kepada Allah kecuali menjaga konsistensi iman kita kepada Allah. Beriman kepada Allah itu bukan satu musim, tapi beriman kepada Allah itu melewati puluhan musim dan puluhan purnama.

Kalaulah kita beribadah kepadanya hanya di musim Ramadhan, tentunya itu mudah. Kalaulah kita taat kepadaNya ketika kita tawaf dan ketika haji dan umrah, tentunya itu ringan. Tapi bukankah ketakwaan itu bukan hanya bertahan pada satu musim Ramadhan dan bukan hanya bertahan dalam putaran tawaf. Sesungguhnya beribadah kepada Allah itu sepanjang hayat dikandung badan.

Itulah yang menjadikan kita mengerti, tidak ada perkara yang paling berat dirasakan Nabi kecuali perintah ketika Beliau diarahkan untuk istiqamah pada hidupnya. Bukankah Nabi sampai beruban ketika ayat yang memerintahkan Beliau untuk istiqomah turun kepada Beliau? Menunjukkan kepada kita, sesungguhnya iman itu yang paling berat adalah istiqomah.

Hijrah itu terkadang mudah. Banyak orang yang hijrah itu datang dari berbagai macam alasan yang ringan, tetapi yang paling berat adalah istiqomah di dalam perjalanan kita hijrah. Disitulah kita memahami, tidak ada perkara doa yang paling sering diminta Nabi kepada Rabbnya kecuali adalah meminta supaya diberikan istiqomah.

Tapi walaupun istiqomah itu berat, selalu ada ujung yang manis bagi mereka yang tetap bertahan, apapun kondisi getirnya dihadapi. Selama dia istiqomah, disitu akan ia jumpai kabar gembira yang diberitakan oleh Allah yaitu surga yang mengalir dibawahnya sungai-sungai dengan gemericik air yang menenangkan.

Inilah yang menjadikan kita mengetahui, kenapa kita diperintahkan untuk dzikir, kenapa kita diperintahkan untuk membaca alQur'an, kenapa kita diperintahkan untuk terus menuntut ilmu, supaya menjaga hangatnya iman. Karena menjaga ketakwaan dan keimanan lebih berat dari seorang penjaga gawang ketika menjaga mistar gawangnya. 

Di sisi yang lainnya, kita juga harus mengetahui, pemburu surga itu sejatinya adalah pemulung amal. Dia tidak pernah picky dan tidak pernah pilih-pilih ketika mereka itu beramal dengan apa yang harusnya mereka lakukan. Bisa jadi ada amal yang kita pandang sebelah mata tapi justru sejatinya amal itu yang akan memasukkan kita ke syurga.

Sungguh, visi dan misi pemburu syurga adalah mereka yang menjadi pemulung amal. Mereka lakukan apa yang mereka mampu, tanpa mereka memilih dan memilah yang besar ataupun yang kecil. Karena mereka tahu bisa jadi yang kecil justru memadamkan api neraka untuk mereka.

Semoga kita senantiasa tidak pernah berhenti untuk istiqomah. Senantiasa pula kita tidak pernah memandang remeh satu amalan yang ada di hadapan kita selama kita mampu melakukan. Bisa jadi amalan itu ringan, tapi bisa jadi, pintu syurga terbuka lebar dengan amalan itu tanpa kita sadari.


Jumat, 4 September 2020 / 16 Muharram 1442 H
(Hari ke 15 di "Journey with Quran" Classroom)

Jumat, 04 September 2020

Kaidah 35 - 36

Bismillaah...

Kaidah 35 = Proposal Doa (Al Baqarah : 186)
Kaidah 36 = Bertaqwa Semampunya (At Taghabun : 16)


~RESUME~

Tahukah kita bahwasanya manusia itu diciptakan oleh Allah memiliki keterbatasan. Mereka bodoh, lemah serta mereka memiliki segala macam kekurangan yang melekat. Disitulah kita akhirnya memahami kenapa di dalam Islam, ada sebuah senjata yang tidak berwujud dan tidak berfisik, yaitu adalah doa. Karena sesungguhnya, doa itu menutupi segala kelemahan kita ketika kita meminta kepada Allah dalam segala urusan kehidupan kita.

Allah itu ridho kepada kita bukan hanya ketika shalat, tapi Allah itu ridho kepada kita ketika kita banyak berdoa dan meminta kepadaNya dalam segala urusan. Karena doa itu merubah yang mustahil menjadi mustajab. Karena doa itu merubah yang jauh menjadi dekat dan doa itu pula merubah yang tidak mungkin menjadi mungkin, ketika kita senantiasa mengetuk pintu langit dengan kita berdoa.

Sesungguhnya doa itu pembeda antara makhluk dengan khalik. Makhluk semakin diminta semakin sempit dadanya, sang khalik itu semakin diminta semakin besar ridhoNya yang Ia turunkan kepada hamba yang senantiasa meminta kepada-Nya dalam segala urusan.

Kalau kita lelah, mintalah doa kepada Allah supaya dikuatkan. Kalau kita sedang terbatas materinya, mintalah kepada Allah supaya kita diberikan kecukupan. Bisa jadi segala kesulitan yang kita dapatkan, karena kita tidak yakin ketika kita meminta kepada Allah. Allah itu Dzat yang paling senang kepada mereka yang jujur di dalam doa dan sesungguhnya indikator kejujuran di dalam doa adalah mengulang-ulang permintaan tanpa bosan dan tanpa letih.

Di sisi yang lainnya, kita juga mengetahui betul bahwasanya Allah memerintahkan kepada kita untuk bertaqwa. Kaidah dalam taqwa itu sederhana; lakukan apa yang Allah perintahkan, tinggalkan apa yang Allah larang. Bertaqwalah kita kepada Allah dalam urusan harta kita. Bertaqwalah kita kepada Allah dalam urusan anak-anak dan urusan istri/suami kita. Karena sesungguhnya ketaqwaan itulah yang akan menjadikan Allah memiliki alasan untuk menyelesaikan seluruh persoalan dalam kehidupan kita, ketika kita selalu tidak pernah bosan untuk menaikkan grid ketaqwaan kita di hadapan Allah.

Sesungguhnya bertaqwa kepada Allah merupakan kunci dari semua solusi dalam kehidupan kita. Siapapun yang merapikan hidupnya di hadapan Allah dengan menaikkan ketaqwaannya, maka itu menjadi alasan bagi Allah untuk merapikan kualitas hidupnya dalam kehidupan dunia dan akhirat.

Bertaqwalah kepada Allah sesuai dengan kemampuan. Bukan berarti ayat ini memberikan kepada kita alibi untuk melonggarkan apa yang harusnya kita maksimalkan. Semaksimal mungkin bertaqwa sesuai dengan kemampuan, setelah itu biarkan Allah yang menilai dan biarkan pula orang-orang yang beriman menilai apa yang kita lakukan, supaya hasilnya kita petik manis dalam kehidupan kelak di kampung akhirat kita.

Sungguh, taqwa adalah sebuah proses yang berujung manis kepada mereka yang senantiasa ikhlas dalam setiap usaha dan ikhtiar yang mereka lakukan.


Kamis, 3 September 2020 / 15 Muharram 1442
(Hari ke 14 di "Journey with Quran" Classroom)

Kamis, 03 September 2020

Kaidah 33 - 34

Bismillaah...

Kaidah 33 = Melupakan Dunia (Al Qashash : 77)
Kaidah 34 = Mengikuti Mereka (Al Baqarah : 120)


~RESUME~

Allah memberikan wasiat yang terbaik pada kehidupan setiap orang yang beriman, supaya mereka senantiasa berkonsentrasi dan fokus kepada urusan akhiratnya. Tetapi jangan melupakan bagian dari dunia yang dia pijak hari ini.

Dunia itu sejatinya adalah jembatan, bukan tujuan. Siapapun yang telah menjadikan dunia hanyalah pijakan ataupun jembatan menuju kepada urusan akhiratnya, dia akan bersahaja ketika mencarinya. Dia tidak akan menghalalkan segala macam cara untuk mendapatkan dunia yang sejatinya pasti akan dia tinggalkan ketika mati ataupun akan rusak dengan ditiupkannya sangkakala oleh malaikat Israfil. Sesungguhnya akhirat jauh lebih baik daripada urusan dunia, tapi bukan berarti dunia diceraikan dalam kehidupan orang yang beriman.

Salah besar orang yang mengatakan bahwasanya Islam menceraikan dunia karena Allah tidak pernah mengharamkan apa yang sudah Ia halalkan dalam urusan dunia selama itu dalam batas kewajaran. Carilah dunia untuk mendukung akhirat kita karena sebaik-baik dunia adalah dunia yang dimiliki sama orang yang shalih yang mendermakan hartanya pada jalan Allah untuk kebaikan agama Allah.

Sesungguhnya siapapun hari ini yang mengungguli kamu dalam urusan dunia, katakan kepada jiwamu, "Saya akan mengungguli dia dalam urusan-urusan akhirat". Dan siapapun hari ini yang terkejut dan terpesona dalam urusan dunia, katakanlah pada benda yang membuat kita terpesona pada urusan dunia, "Sesungguhnya kehidupan kami adalah kehidupan akhirat. Innal 'aisya, 'aisyul akhirah."

Inilah yang menjadikan kita memahami betul bahwasanya urusan dunia hanyalah perkara yang sejatinya harus diletakkan pada porsinya dan tidak usah untuk berlebihan.

Disini pula kita akhirnya mendapatkan, kenapa Yahudi disisakan oleh Allah diantara bangsa-bangsa yang lainnya? Bangsa Tsamud sudah hancur, bangsa Luth sudah luluh lantak, kenapa bangsa Yahudi disisakan oleh Allah? Supaya Allah mengetahui siapa yang akan berjuang pada agama ini dan siapa yang enggan untuk berjuang. Allah akan mengetahui siapa yang bersungguh-sungguh dan siapa yang bermain-main pada agama ini.

Sesungguhnya Yahudi dan Nashara, sebagian dari mereka tidak akan pernah ridha dengan apa yang diperbuat oleh orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Jangan berusaha/berupaya sekuat mungkin hanya untuk menarik simpati orang Yahudi dan Nashara, karena sejatinya sebagian mereka tidak akan pernah memberikan simpatinya kepada kaum muslimin. Carilah ridho Allah karena itulah hakikat kita ketika kita berdakwah, yang akan menjadikan diri kita mulia di hadapanNya dan akan berbuah manis pada kehidupan kampung akhirat kita.

Rasulullaah shallallaahu 'alaihi wasallam ketika berdakwah, pernah beliau berniat bahwasanya Yahudi dan Nashara, beliau harapkan menjadi kaum yang akan beriman pertama kali karena kedekatan kultur agama mereka pada agama yang disampaikan oleh Rasulullaah, tapi justru Allah mengatakan kepada Rasulullaah, sesungguhnya sebagian mereka tidak akan pernah ridho kepadamu wahai Muhammad. 

Dan itulah yang menjadikan kita memahami, Yahudi dan Nashara sebagian dari mereka tidak ridho kepada kaum muslimin. Sehingga kita harus mengetahui ini, supaya tidak perlu mengorbankan hal prinsip dalam kehidupan kita hanya untuk menyenangkan mereka yang sudah di nash oleh Allah tidak ridho kepada kaum muslimin.


Rabu, 2 September 2020 / 14 Muharram 1442
(Hari ke 13 di "Journey with Quran" Classroom)

Karena Kesabaranmu...

Bismillaah...

Kelak, para malaikat akan menyambut orang-orang yang akan masuk ke dalam syurga dengan ucapan,

سَÙ„َÙ€ٰÙ…ٌ عَÙ„َÛŒۡÙƒُÙ… بِÙ…َا صَبَرۡتُÙ…ۡ

"Salam sejahtera atasmu karena kesabaranmu."
(Surat Ar-Ra'd 24)

Seakan-akan syurga itu tidak dimasuki kecuali bagi orang-orang yang bersabar semasa hidupnya.

~Bersabar menjalankan perintah dan bersabar menjauhi larangan Allah~ 

Maka bersabarlah,
Atas segala kepahitan yang menimpamu
Atas segala ujian yang menghampiri hidupmu
Atas segala nikmat yang (mungkin) Allah sedang tunda
Atas kebersamaan dengan orang terkasih yang hanya "sebentar saja"
Atas segala keinginan yang Allah belum kabulkan

Maka bersabarlah...
Selalu lah mengingat janji Allah berupa syurga
Karena mengingat syurga adalah kekuatan terbesar bagi seorang mukmin sementara mengingat dunia adalah keletihan yang tidak berujung

Kaidah 30 - 31 - 32

Bismillaah...

Kaidah 30 = Jalan Keluar (Ath Thalaq : 3)
Kaidah 31 = Bergaul dengan Istri (An Nisa : 19)
Kaidah 32 = Janji Allah (Al Hajj : 47)


~RESUME~

Siapapun orang dalam kehidupan ini, ketika mereka senantiasa bertaqwa, ketika mereka memperbaiki serta meningkatkan kualitas hidupnya dengan Allah, maka Allah akan meningkatkan kualitas hidupnya dan akan memperbaiki seluruh kehidupannya di dunia. Karena kunci memperbaiki kehidupan kita adalah memperbaiki bagaimana hubungan kita dengan Allah subhanahu wata'ala.

Inilah yang menjadikan kita mengerti, ketaqwaan itu merupakan solusi dari seluruh permasalahan yang hadir di dalam kehidupan kita. Kalau tiba-tiba hari ini kita dihadapkan kepada suatu masalah yang berat, yang kita lakukan bukan hanya mencari solusi dalam diri selaku manusia, tapi penting juga untuk menaikkan ketaqwaan kita, karena dengan ketaqwaan itulah Allah akan memiliki sebab dan alasan untuk menyelesaikan masalah-masalah yang kita hadapi. 

Orang-orang yang bertaqwa, Allah akan memberikan kepadanya rezeki, bukan semata-mata dunia, karena rezeki itu cakupannya lebih luas daripada dunia. Dunia itu hanyalah angka deret, adapun rezeki adalah sesuatu yang jauh lebih dahsyat daripada ukuran dunia yang sering dipandang agung oleh kalangan materialisme. Sesungguhnya rezeki bergandengan erat dengan proses ketaqwaan manusia, karena orang-orang yang bertaqwa sejatinya tidak pernah kehabisan rezeki, yang selalu Allah cucurkan setiap waktu dan setiap saatnya.

Inilah pula yang menjadikan kita, setiap laki-laki tidak ada yang paling baik di dalam kehidupan ini kecuali laki-laki yang paling baik terhadap istri dan keluarganya. Siapapun yang mampu memenuhi haknya seorang wanita didalam apa yang dia butuhkan pada kehidupan ini, dalam urusan kebaikan akhiratnya, maka wanita akan memberikan lebih dari apa yang dia peroleh. Dia akan mendidik anaknya dengan cara yang terbaik, dia akan memuliakan suaminya selama dia mendapatkan haknya sebagai seorang istri.

Berbuat baiklah yang terbaik kepada istrimu, karena itu bukan merupakan anjuran, tapi itu merupakan ibadah yang dibebankan kepada setiap laki-laki. Siapapun yang telah memberikan haknya yang terbaik kepada istri, maka istri akan memberikan musim panen kepada laki-laki dengan hal yang terbaik pula.

Inilah yang menjadikan kita memahami, sesungguhnya sebaik-baik diantara umatnya Rasulullaah adalah orang yang paling baik kepada istrinya selama istrinya tidak melakukan nusus dan menyimpang dari apa yang diperintahkan oleh Allah. Sesungguhnya kebaikan istri berakibat kepada kebaikan anak dan berakibat pula kepada kelapangan dan kebahagiaan urusan keluarga.


Selasa, 1 September 2020 / 13 Muharram 1442
(Hari ke 12 di "Journey with Quran" Classroom)

Selasa, 01 September 2020

Kaidah 27 - 28 - 29

Bismillaah...

Kaidah 27 = Dosa Orang Lain (Fathir : 18)
Kaidah 28 = Timbangan (Al A'raf : 85)
Kaidah 29 = Musuh-musuhmu (An Nisa : 45)


~RESUME~

Hari ini kita belajar bahwasanya komitmen kita untuk mengikuti sunnah bukan hanya dalam perkara shalat, puasa ataupun haji, tapi komitmen kita ketika mengikuti sunnah yaitu adalah bagaimana mengkondisikan hati dan jiwa kita sesuai dengan apa yang Allah ridhoi. Semakin bersih hati kita, semakin bening jiwa kita, semakin tinggi posisi kita kelak dalam kehidupan syurga. Karena tidak ada perhatian yang paling besar yang Allah berikan kepada hati manusia kecuali perhatian Allah kepada hati dan kebeningan jiwa seorang mukmin.

Hari ini pula kita belajar bahwasanya kebaikan iman kita terletak pada komitmen kita untuk menjaga takaran dan timbangan dalam setiap perniagaan dan perdagangan kita. Siapapun yang culas di dalam mengurangi timbangan saudaranya, tidaklah apa yang diambil tidak sebanding dengan apa yang dia rasakan dari hukuman dan kerusakan. Maka hargailah setiap timbangan yang kita lakukan dalam setiap transaksi yang telah kita berikan. Seorang mukmin senantiasa mereka menyepakati syarat yang telah dia sanggupi.

Hari ini kita juga belajar bahwasanya setiap orang yang beriman pasti memiliki musuh. Allah memberikan kepada kita musuh, sejatinya Allah ingin melihat  siapa yang bersungguh-sungguh di dalam agama ini dan siapa yang bermain-main. Siapa yang sepenuh hati di dalam agama ini dan orang yang setengah hati di dalam agama ini. Karena musuh itu memicu kesungguhan kita di dalam memperjuangkan agama Allah. Sekuat apapun musuh-musuh Allah, sekuat apapun musuh-musuh Rasulullaah, sesungguhnya orang yang beriman lebih kuat daripada seluruh daya dan kekuatan orang-orang yang memusuhi agama Allah. Karena orang yang beriman, merekalah yang sejatinya bersandar kepada Allah dan orang yang bersandar kepada Allah tidak akan pernah kalah di dunia. Hidupnya mulia ketika hidup di dunia dan akan menjadi mulia dengan mendapatkan kemuliaan dalam kehidupan di akhiratnya.

Semoga kita mampu menjaga hati kita sekaligus pula menjaga komitmen kita untuk menjaga takaran serta bagaimana kita senantiasa yakin jalan perjuangan ini tidak akan pernah kalah ketika kita bersandar kepada Rabb yang sempurna dalam kekuatan dan keinginan serta kehendaknya.



Senin, 31 Agustus 2020 / 12 Muharram 1442
(Hari ke 11 di "Journey with Quran" Classroom)