Rabu, 20 Januari 2021

Sinjai Loo (gat)

Bismillaah

Logat dari sinjai yang khas dan tidak akan kamu temukan di daerah lain dimanapun itu adalah logat "Lo" di ujung kalimat. Tidak semua kalimat sih, tapi, sesama orang Sinjai akan tau.

Pernah, ada pembeli datang ke toko (di Makassar). Awal-awal, datar aja bicaranya. Tiba-tiba,
"Kecil bae ini looo, cobanya ada besarnya."
Langsung saja saya menanyakan, "Sinjai manaki'? πŸ˜€".

"Lo" nya Sinjai itu khas banget. Kalau orang yang tidak terbiasa mau mengikuti logatnya, kadang kedengarannya aneh. Seperti saudara-saudaraku yang kadang berbicara "Loo" di ujung kalimat karena berbicara dengan anak-anak. Aneh kedengarannya πŸ˜‚.

Dan, I like It. Sampai ke anak-anak pun, ketika mengetik chat ke umminya, "Lo" nya tetap ada ❤️

Maha Kuasa nya Allah, yang menciptakan berbagai bahasa dan dialek di muka bumi ini. Semoga makin menambah kesyukuran dan ketaqwaan kita dan tidak menjadikan bahasa sebagai pembeda di antara manusia. Karena sesungguhnya yang membedakan kita di hadapan Allah hanyalah ketaqwaan, bukan bahasa dan asal daerah.

Rabu, 13 Januari 2021

Bersyukur!

Bismillaah...

Semalam, ada chat dari Ziyad yang lagi di Sinjai.

"Ummi, kasi tauki Hannan, banyak kudapat uang."
#kirim foto lagi pegang uang#
Ceritanya, Ziyad lagi 'pamer' seakan mengatakan pada Hannan, "Siapa suruh nda ikut ke Sinjai".

Semalam memang ada "competition" bersepupu (dari abinya) yang disponsori oleh om nya disana. Biasanya, siapa yang menang akan banyak juga uang yang dia dapat. Entah Ziyad semalam menang atau bagaimana, yang jelas, di foto yang dia kirim, ada uang biru πŸ˜….

Chatnya hanya terhenti di saya, tidak disampaikan ke Hannan. Namun, dalam perjalanan dari toko balik ke rumah tadi, saya menyampaikan ke Hannan,
"Hannan, yang namanya rezki itu, Nak, bukan cuma uang. Kalau misalnya Ziyad di Sinjai dapat banyak uang, jangan ki' iri nah. Ziyad dapat uang tapi dia nda pergi jalan-jalan. Kita' kemarin enak toh pergi jalan-jalan? Naik bebek-bebek trus makan enak. Itumi rezki ta qt yang Ziyad nda dapatkan. Mengerti meki?"

Hannan: "Iya, tapi nanti mauka kasi tau Ziyad kalau darika' jalan-jalan sama Aafiyah (sepupunya)."

Saya : "Nda usah dikasi tau. Nda semua yang kita dapat itu harus diceritakan."

Hannan mengangguk.

***

Bersyukurlah atas setiap nikmat yang Allah karuniakan kepada kita. Allah membagi rezki nya sesuai dengan kebutuhan hambaNya. Apa yang sampai pada kita, itulah yang terbaik.

Jangan pernah membandingkan dengan kehidupan duniawi orang lain yang lebih di atas kita. Namun dalam hal duniawi, lihatlah ke bawah. Lihatlah orang-orang yang Allah tidak berikan mereka seperti apa yang Allah berikan pada kita.

Maka, bersyukurlah selalu!


Selasa, 12 Januari 2021

Kue Terenak di Makassar

Bismillaah...

Saya type orang yang bisa tidak makan (nasi) berhari-hari dengan syarat: harus ngemil πŸ˜‚. Nah, salah satu tempat atau penjual cemilan favorit saya adalah: Aafiyah Cakery.

Ownernya adalah adik sendiri 😍. Lokasinya di Antang, dekat dari toko (Mutiara Hijab Kids). Kue yang dijual ada banyak. Semuanya (kayaknya) sudah saya coba. Kue terfavorit adalah:
❤️ Avocado cake / fruit ice cake (saya biasanya menyebutnya kue es buah)
❤️ Lemon cake (yang atasnya jeruk)
❤️ Banana dessert (sanggara balanda zaman now πŸ˜‚)
❤️ Kue yang bentuknya pisang (lupa nama kue nya, dulu kue ini sempat viral).
❤️ dll.

Eh, terfavorit kok banyak? Iya, karena enak semua, masyaAllah 😍.
Biasanya, ada kue yang kalau dimakan banyak, bikin eneg. Kalau di Aafiyah Cakery, tidak. Justru rasanya bikin rindu dan ketagihan πŸ˜·πŸ˜‚. Kalau gak ingat isi rekening atau dompet yang menipis, mungkin tiada hari tanpa kue dari Aafiyah.

Harganya memang menengah ke atas, tapi sebanding dengan kualitas kue nya. Bahannya bukan bahan yang asal-asalan atau pake pewarna makanan. Misal kayak avocado cake, bukan dari pewarna pandan tapi murni dari buah alpukat asli. Begitupun kue yang lain seperti mango atau lemon cake nya, memang pake buah asli. Ini yang bikin saya tidak khawatir order lagi dan lagi. Juga tidak khawatir jika dikonsumsi sama anak-anak. Di rumah, kalau sudah liat atau dengar "Itu kue dari Aafiyah", siap-siap saja ludes kurang dari setengah jam.

O iya, sebelum ada avocado cake, pernah coba durian cake juga. Ini enak sekali, sayangnya gak tahan lama dibanding kue yang lain. Kue nya dari durian asli yang kadang cepat berubah rasa kalau kelamaan di luar freezer. Kalau mau order, enaknya langsung dikonsumsi atau simpan di freezer dulu.

Dan hari ini, kue dari Aafiyah yang masih tersisa (disimpan-simpan) di kulkas adalah kue bentuk pisang. Dulu sempat cuek sama kue ini, tapi kemarin dan hari ini kok jadi ketagihan ya? 😷 Ternyata enak.

Yang mau kontaknya, bisa chat saya di 08114441073 πŸ˜…πŸ˜‚. Mau tampilkan nope nya disini tapi saya belum izin πŸ˜….

Ini testi/review jujur, bukan karena ownernya adik saya πŸ˜‚, tapi memang kuenya enak-enak. Ada rasa atau ciri khasnya, beda sama yang lain.
Kalau mau liat foto-foto kuenya, cuss ke instagram @aafiyahcakery.

Semoga bermanfaat dan ditunggu orderannya 😍

Surga Dibawah Telapak Kaki Ibu (?)

Bismillah...

"Ummi, syurga bede' ada di bawah telapak kaki ibu?", tanya Ziyad suatu malam, saat saya menyuruh nya memijat kaki.

"Iye."

Dia lalu mengecek telapak kaki ku, mengamati dan menerawang πŸ˜‚.

"Kenapa pale nda ada kuliat syurga di (telapak) kaki ta', Ummi?"

Ya Allah, Nak πŸ˜‚πŸ˜‚πŸ˜‚ #auto pijit kepala yang nda sakit πŸ˜‚

***

Kalau lagi capek trus dapat celotehan kayak gini tuh, maasyaAllah, capeknya jadi hilang. 
Anak-anak itu polos banget ya. Kadang, kata yang keluar dari mulut mungilnya itu sesuatu yang di luar perkiraan. Apalagi pertanyaannya yang jawabannya itu susah susah gampang. Banyakan susahnya sih, mesti cari kata-kata yang pas buat seusia nya. Kalau salah jawab, pembahasannya akan panjaaaaang.

Kalau pertanyaannya tentang hal duniawi trus salah jawab, masih mending. Kalau masalah akhirat/agama dan salah jawab, subhanallah 😷. Jadi... walau sudah berumur, walau sudah berekor dan agak sulit menangkap pelajaran, ibu-ibu tetap HARUS belajar. Karena menuntut ilmu itu adalah sepanjang usia kita. Jangan banyak "tapi", jangan banyak "alasan". #reminderforme

Semoga Allah senantiasa memberikan kekuatan dan keistiqomahan kepada ummahat semuanya, aamiin.

"Raidah Computer"

Bismillaah...

Masa kecil saya, terutama di waktu SD, alhamdulillah sudah terbiasa membiayai diri sendiri. Lebih tepatnya membantu orang tua untuk tambah biaya pendidikan. Punya saudara yang banyak dan saya anak sulung adalah salah satu sebab.

Jasa pengetikan "Raidah Computer", itu nama usaha kami dulu. Waktu itu, komputer belum sebanyak sekarang, masih langka. Laptop juga kayaknya belum ada. Sementara tugas sekolah, kampus dan karyawan kantor kebanyakan mesti diketik. Selain saya, ada om dan tante yang juga bekerja di tempat kami.

Saya memulainya di kelas 4 SD. Kalau gak salah ingat, ditugaskan untuk mengetik selembar dua lembar perhari lalu selanjutnya 1 makalah dan selanjutnya 1 skripsi bahkan buku. Walau ditugaskan, tapi ia adalah hiburan tersendiri buat saya di masa kecil. Ketika tugas ngetik selesai, dapat upah yang lumayan buat jajan permen atau coklat πŸ˜‚.

Begitu seterusnya sampai masa kuliah. Namun, makin hari, karena laptop dan komputer semakin banyak yang punya, qaddarullah kami juga pindah rumah, akhirnya "Raidah Computer" hanya tinggal kenangan πŸ˜…. Banyak kenangan, kenalan dan pelanggan dari sana. Banyak pelajaran juga yang Alhamdulillah hingga kini masih kami pakai.

Kadang anak-anak bergumam, "Ummi, kenapa kita' cepat sekali mengetik, nda kita' liat keyboard".
Sudah tentu, sesuatu yang dibiasakan dan dirutinkan, tentu akan menjadi lancar dan menjadi kebiasaan. Begitupun kebaikan, jika rutin dan istiqomah dikerjakan, maka kelak akan menjadi kebiasaan dan semoga ia bisa menjadi amalan andalan kita kelak ketika kita menghadap kepada Rabb Pencipta kita.

Sabtu, 09 Januari 2021

Homeschooling

Bismillaah...

Niat lama kembali muncul setelah membaca kisah tentang anak-anak homeschooling yang diceritakan oleh saksi "kesuksesan" mereka. Bukan hanya datang dari 1-2 keluarga, tapi seringkali saya mendengar, anak-anak yang homeschooling itu lebih sukses dan bermanfaat serta ber-akhlaqul karimah. Menjadikan anak-anak kita anak yang shaleh, berakhlak yang baik serta bermanfaat buat agama dan sesama serta sukses dalam hal duniawi tentu adalah tujuan semua orang tua untuk anak-anaknya.

Dulu, sewaktu anak baru 3 dan usia sekolah sudah menghampiri mereka, muncullah kekhawatiran demi kekhawatiran di diri saya sebagai ummi dari mereka. Kekhawatiran itu hanya tentang akhlak dan keadaan anak-anak dengan arus zaman yang makin hari makin aneh, tidak seperti dulu. Maka wajar, jika di zaman sekarang, bermunculan lah para pelaku HS (Homeschooling).

Begitupun dengan saya. Sempat waktu itu, saya mengutarakan maksud/niat saya kepada suami untuk meng-HS-kan anak-anak. Diizinkan. Namun, seiring berjalannya waktu, pada akhirnya kami tetap memasukkan anak-anak ke sekolah formal.

Itu dulu. Ketika niat muncul tenggelam dan akhirnya karam. Namun sekarang, niat itu kembali menyeruak. Rasa-rasanya, ingin meng HS kan saja semua anak-anak. Bukan tanpa sebab. Hampir setahun terlibat langsung menjadi "guru" buat mereka, saya semakin merasa bahwa pelajaran hari demi hari, rasanya hanya berputar di itu-itu saja. Bertele-tele dan terlalu lama. Ada banyak hal yang mestinya harus dipelajari namun tidak diajarkan secara formal di sekolah. Pelajaran dan tugas-tugas yang diberikan, rasanya hanya menjadi beban dan sesuatu yang menghantui buat anak, terlebih orang tuanya.

Walau niat itu ada, namun jika tidak ada dukungan dari lingkungan sekitar, mungkin niat ini tidak akan pernah terwujud. Namun, saya sangat berharap, jika misalnya HomeSchooling ini tidak bisa saya terapkan di ketiga anak saya, minimal di Hanin, si bungsu lah yang akan mendapatkannya.

Semoga kelak Allah izinkan, Allah mudahkan dan Allah panjangkan umur saya agar bisa mendidik anak-anak menjadi manusia bertaqwa, berakhlak dan bermanfaat.

Tentang Kebaikan

Bismillaah...

Kebaikan itu sesuatu yang mestinya tidak boleh dilupakan jika orang lain lakukan pada kita. Sebaliknya, kebaikan yang kita lakukan pada orang lain, lupakan sesegera mungkin.

Tentang kebaikan orang lain...
Dulu, sewaktu saya masih SD kelas 3, waktu itu kami pindah rumah yang jarak antara sekolah dan rumah itu agak jauh, mesti pake kendaraan. Kalau gak diantar, mau tidak mau saya harus naik angkot (pete-pete). Karena waktu itu masih SD, kebanyakan supir pete-pete tidak mau atau acuh mengambil penumpang seusia kami. Jadinya, kadang kami terlambat walau sudah cepat untuk menunggu pete-pete di tempat pemberhentian. Saya ingat sekali, kode pete-pete waktu itu adalah 07 dengan rute unhas-abdesir-telkom pettarani.

Diantara kebanyakan supir pete-pete yang acuh, ada 1 supir pete-pete "andalan". Walau angkotnya agak tua, supirnya juga sudah tua 😷, namun ia baik hati dan masih terkenang hingga kini. Sering sekali mengangkut kami walau penumpangnya sudah full. Disuruhnya kami menyelip di antara penumpang dewasa (untung bisa terselip πŸ˜‚) jika hal itu terjadi, walau kadang-kadang juga penumpangnya sepi sih. Yang istimewa adalah, setiap kali kami menjadi penumpangnya, kami dikasi GRATIS. Bukan karena kami tidak mau bayar, namun seringkali mobilnya tancap gas saat kami baru saja menginjakkan kedua kaki kami di tanah tujuan.

Seringsekali seperti itu sampai saya tamat SD. Bahkan seingat saya, di waktu kuliah, pak supir angkot itu masih baik hati menggratiskan saya. Padahal mahasiswa itu sudah bukan anak-anak lagi.

Peristiwa nya sudah jauh berlalu berpuluh tahun yang lalu, namun kebaikan bapak supir pete-pete itu masih selalu terkenang jika kata "pete-pete" disebut.

Walau hari ini saya tidak mengetahui keberadaannya, semoga Allah membalas kebaikannya dengan balasan terbaik di sisi Allah. Semoga Allah senantiasa menjaganya.

Begitulah kebaikan, akan membekas di hati orang yang menerimanya. Maka lakukan kebaikan sekecil apapun dan berharaplah Allah yang membalasnya. Setelah itu, lupakan dan lakukan lagi kebaikan yang lain.

❤️ "Dan tidaklah kebaikan itu akan dibalas kecuali dengan kebaikan pula" (Ar Rahman : 60) ❤️

Jumat, 08 Januari 2021

Karyawan & Rizqi

Bismillaah

Punya 2 admin/asisten toko, saya mengira tugas pribadi semakin berkurang. Ternyata tidak, malah makin banyak, subhanallah.

Mungkin karena masih baru, jadi butuh diajar dan dikontrol. Tapi setidaknya, waktu untuk mengerjakan hal-hal teknis sudah bisa dialihkan ke karyawan. Inilah keuntungannya jika kita punya karyawan.

Diantara kita mungkin ada yang beranggapan, kalau saya rekrut karyawan, cara gaji mereka bagaimana?

Dulu saya pun pernah berpikiran seperti ini. Saya malah berpikir, mending saya saja yang mengerjakan, saya saja yang digaji, gajinya lari ke saya saja. Ternyata persepsi dan anggapan ini salah. Justru ketika kita merekrut karyawan, waktu yang kita pake kerja (sendirian) yang biasanya 8 jam dengan hanya 2 tangan 1 otak/pikiran, bisa bertambah lagi. Otomatis orderan juga In syaa Allah akan bertambah. Tentunya semuanya punya dan butuh ilmu untuk mengelolanya.

Akhir bulan Desember 2020, saya ikut kelasnya Mak Muri Handayani di Sekolah Bisnis Online tentang Mengelola Tim/Karyawan. Maasyaallah, ilmunya "daging" semua. Langsung bisa diterapkan di bisnis masing-masing, In syaa Allah.

Mengenai gaji karyawan, sebenarnya ini adalah sesuatu yang tidak perlu dikhawatirkan. Tiap orang punya rizqi sendiri dari Allah. Menurut pengalaman, orderan saat kita punya karyawan berbeda jika kita tidak punya karyawan. Penyebabnya karena apa? Salah satunya dan yang utama adalah, karena Allah menitipkan rizqi karyawan itu melalui orderan-orderan kita yang In syaa Allah mengalir deras.

Allah Maha Pemberi Rizqi, yakin saja, In syaa Allah khawatirmu akan pergi jauh ❤️❤️❤️

Ziyarah Kubur

Bismillaah...

"Orang-orang salaf telah menyepakati hal ini dan banyak atsar yang diriwayatkan dari mereka, bahwa ahli kubur dapat mengetahui peziarah yang mengunjungi makamnya, dan merasa gembira karena kedatangannya itu." (Kutipan kitab al-RΓ»h karya Imam Ibnu al-Qayyim al-Jauziyyah).

Saya baru tau hal ini. Anggapan saya selama ini adalah, cukup mendoakan orang-orang yang telah mendahului kita tanpa ziarah ke kubur mereka. Ternyata tidak. Ziyarah kubur termasuk salah satu yang dianjurkan dalam syariat. Dan ternyata, mengunjungi kubur orang-orang yang kita kenal adalah salah satu kebahagiaan tersendiri buat para ahli kubur.

Dulu, waktu kecil saya pernah bertanya ke Aba, "Ba, kuburan nya nenek dimana?". Mungkin karena beliau gak bisa menjelaskan letaknya, pun jika menjelaskan pun saya tak akan tau (karena kurang mengenal letak/alamat pasti di Makassar), Aba cuma menjawab, "Nda usah (tau) kuburnya, Nak. Doakan saja, itu lebih dibutuhkan."
Dan itulah yang tertanam di benak saya hingga saat ini.

Dan sejak saat saya mengetahui ini, rasanya ingin terbang langsung ke kubur suami ~rahimahullah rahmatan wasi'ah~ bersama anak-anak. Karena jujur, rindu itu berat, apalagi rindu pada orang terkasih. Dan mengetahui hal ini, seperti angin segar buat kami yang selalu tak henti rindu πŸ˜₯.

***

Tidak ada yang salah dengan pemahaman "cukup mendoakan". Pun ternyata pemahaman "ziyarah kubur" juga tidak ada salahnya. Yang salah adalah jika kita memaksakan kehendak atau pemahaman kita kepada orang dan menganggap selainnya itu salah. Padahal, ilmunya Allah itu luas. Kitanya saja yang mungkin kurang baca atau kurang ilmu dalam memahami satu persoalan.

Selasa, 05 Januari 2021

Hanin & Air

Bismillaah...

Kemarin, lagi temani Ziyad kerja tugas, Hanin minta sesuatu. Tapi, karena tidak diperhatikan, dia nangis-nangis. Air matanya berjatuhan di lantai. Karena mau mengalihkan perhatiannya (biar nda nangis), saya nanya,

"Hanin, liatki ini (tunjuk 2 tetes air matanya di lantai). Siapa ini yang tumpah-tumpah?"

Hanin: *diam, tapi kayak berpikir, itu tetesan air darimana ya πŸ€”*

Trus, dia lanjut nangis. Air matanya tumpah lagi di lantai.

"Hanin, nih liatki', darimana ini air, siapa yang tumpah-tumpah?"

Hanin diam sejenak lalu setengah berteriak, dia bilang, "Bebe nya Ziyad itu".

Ziyad yang lagi kerja tugas kaget, saya juga.

Ya Allah, menghibur sekali πŸ˜‚πŸ˜‚πŸ˜‚nda disangkanya jawaban ta', Nak πŸ˜‚

***

Lagi...

Umminya sibuk ikut kelas di hape, Hanin juga sibuk memperlihatkan tetesan air di atas kertas. Saya nanya itu apa, tapi gak dijawab, malah sibuk berceloteh. Lalu itu air di oles di kaki umminyaa seakan-akan mengobati sesuatu yang sakit.

Setelah kelas selesai, umminya agak lowong dan Hanin masih saja bermain karton yang di atasnya ada tetesan air.

"Hanin, ini air apa?"
Tidak dijawab tapi berceloteh panjang lebar.

Um = "Hanin, air apa ini? Dari mana ini air?"
Nin = "Dari Allah", jawabnya cuek

Ya Allah πŸ˜‚πŸ˜‚πŸ˜‚ bukan itu jawaban yang kuharapkan, Nak.

Kemudian dia bertanya, "Ummi, putihma' toh?"

Belum sempat saya jawab, Hannan datang membawa info,
"Ummi, lem itu na tumpah (di atas kartonnya)"

Ya Allah...

Seketika, lem2 yang dioles di kaki ku dan muka nya tadi, mengering

Terjawab sudah πŸ˜‚


Samata, 7 November 2020

Out of Home

Bismillaah...

Semalam, sudah siap-siap balik ke rumah (dari toko) karena katanya mau dijemput, ternyata yang katanya mau jemput gak datang-datang. Gara-garanya, ke toko itu awalnya cuma minta dikasi singgah dan berharap akan dijemput malam, ternyata, hujan deras. Qaddarullaah, akhirnya nginap di toko, sendirian πŸ˜…. 

Kalau gak bawa kendaraan, kata orang "pendek langkahmu". Betul sekali. Mau kemana-mana gak bisa. Jangankan kemana-mana, mau pulang ke rumah saja nda bisa. Qaddarullaah, lagi hujan juga. Kalau gak hujan, alhamdulillaah tinggal call adik suruh jemput.

Sejak bisa bawa kendaraan, alhamdulillaah, mau pergi dan pulang jam berapa saja sudah gak kesulitan. Alhamdulillaah-nya lagi kalau kendaraan yang dipake itu bisa untuk segala cuaca/musim. 

Sangat bersyukur pada Allah lalu kepada suami rahimahullah, semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmatNya dan menjadikan ini amal jariah buatnya. Melalui beliau, saya bisa. Walau semasa hidupnya saya tak pernah membawa kendaraan seperti sekarang. Semasa hidup suami, saya gak bisa kemana-mana tanpa beliau. Begitupun beberapa bulan setelah beliau meninggal.

Terpaksa.
Iya, saya dipaksa keadaan dan akhirnya memberanikan diri. Walau ada beberapa pelajaran yang belum sempat saya pelajari dari suami, namun ada adik yang bisa saya tempati untuk belajar dan bertanya.

Sebagaimana yang lain, saya pun pernah mengalami insiden-insiden sebagai pelengkap dalam pembelajaran πŸ˜…. Saya pernah menabrak pagar hingga membuat goresan panjang di body kendaraan. Juga pernah membuat macet di penanjakan karena kendaraan mundur sendiri πŸ˜‚. Dan insiden-insiden lain pelengkap suka dan duka dalam berkendara.

Walau bisa, namun karena dibatasi oleh syariat, saya tetap tidak memudahkan diri untuk bepergian jauh tanpa mahram. Dalam kota saja, kalau masih ada adik yang bisa antar, sebisa mungkin untuk diantar, apalagi kalau malam dan baru mau keluar dari rumah saat malam.

Harus diakui, sekuat apapun ia, perempuan tetaplah makhluk yang lemah. Hingga Allah membuat aturan bepergian bagi seorang perempuan, tentu bukan karena ingin mengekang kita. Semua syariat yang ada dan khusus buat kaum wanita, adalah bukti sayangnya Allah kepada para muslimah. Allah lebih tau diri kita jauh dari pengetahuan kita tentang diri kita sendiri. Maasyaallah.

Jika seperti itu, mengapa kita masih saja sering melanggar? Apakah nanti ada akibat baru kita mau tersadar?
Naudzubillah... semoga Allah senantiasa menjauhkan kita dari bahaya dan senantiasa mengistiqomahkan kita agar tetap berada di atas koridor syariat ini. Aamiin Allahumma Aamiin.


Ilma, 4 Januari 2021

Senin, 04 Januari 2021

Buka Loker

Bismillaah...

2 pekan terakhir ini, saya bikin status tentang lowongan pekerjaan di story whatsapp. Awal buat, keterangannya gak lengkap, hanya mensyaratkan usia maksimal 30 tahun, muslimah, dll. Lalu berentetanlah chat yang masuk menanyakan lowongan kerja itu. Dan... rata-rata, diantara mereka adalah ibu-ibu muda atau istri yang baru saja menikah atau belum punya anak πŸ˜….

Saya paling nda bisa mempekerjakan ibu-ibu, ntah muda ataupun tidak muda πŸ˜…. Kenapa? Karena saya mengembalikan ke diriku sendiri. Kenapa saya cari karyawan? Karena saya mau fokus urus anak. Urusan bisnis, biarlah diserahkan ke anak-anak muda. Lalu, jika kembali menyerahkan ke orang seperti saya (ibu-ibu beranak/bersuami), sama saja saya mendzolimi orang. Maunya saya, kalau ibu-ibu, cukuplah bekerja dari rumah (jangan jadi karyawan [ku]).

Tapi mungkin beda owner, beda prinsip juga. Pekerjaan di bisnis yang saya jalani, walaupun targetnya ibu-ibu, tetap saja saya tidak tega jika yang menjadi karyawan adalah ibu-ibu. Selain tidak tega karena takut durhaka, juga tidak tega membuat mereka jadi tergoda dengan barang-barang jualan yang lucu buat anak-anak mereka πŸ˜‚. Cukup saya yang mengalaminya, haha.

Dan akhirnya, saya memutuskan pilihan ke seseorang yang keinginannya kuat. Sebenarnya di luar target, tapi, melihat keinginan dan kesungguhannya, saya luluh πŸ˜‚πŸ™ƒ.

Suka duka mencari karyawan memang seperti ini. Mungkin mirip-mirip lah ketika kita (?) mencari pasangan hidup, tapi taraf dibawahnya. Bedanya, kalau karyawan, gak suka kita bisa end, tapi kalau pasangan hidup, gak bisa kayak gitu πŸ˜‚. Tapi untuk mencari karakter yang cocok dan sesuai keinginan kita, mirip-miriplah. Banyak yang daftar, tapi yang sreg di hati dan sesuai kriteria, sangatlah susah.

Hanya pada Allah kita meminta agar selalu didekatkan dengan orang-orang baik, namun tentunya, kita dulu yang berikhtiar menjadi orang baik itu. Setelahnya, serahkan pada Allah.

Semoga setiap rencana dan keputusan-keputusan yang kita buat, Allah ridhoi dan berkahi, aamiin.

Sabtu, 02 Januari 2021

Sinjai, Di Penghujung 2020 (2)

(Lanjutan)

Hanin, terakhir ke Sinjai di bulan Oktober, pas lagi pemulihan dari sakitnya, cuma sehari juga dan lumayan menguras energi di perjalanan yang lalu. Mabuk perjalanan tiada henti membuat saya akhirnya kelelahan dan tidak menikmati perjalanan. Lalu ketika tiba di Sinjai, lagi-lagi mendapat legitimasi "Kasiannya Hanin, kurus sekali bla..bla..bla..." yang semakin menambah beban pikiran yang belum pulih betul akibat perjalanan.
Hingga di bulan berikutnya, ia (Hanin) tidak diikutkan lagi di perjalanan agak jauh. Saya cuek saja mendengar cecaran pertanyaan, "Kenapa Hanin nda diikutkan? Kasian...", masih lebih mending dibanding saya harus mendengar lagi perkataan "Kecil dan Kurus" untuk seorang Hanin.

Barulah di penghujung 2020 ini, maasyallah, semuanya kooperatif. Hanin happy, Ziyad dan Hannan nyaris tak ada 'cekcok' dalam mobil πŸ˜‚.


***

Dalam perjalanan jauh seperti itu, memang butuh kesabaran. Sebagaimana manusia yang menempuh perjalanan dunia nya, melewati tahap demi tahap ujian yang membutuhkan kesabaran.

Safar, kata Rasulullaah, adalah bagian dari adzab. Mau tidur yang nyenyak dalam perjalanan? Tidak akan bisa. Mau makan atau minum dengan khusyuk? Pun tak bisa sebagaimana khusyuknya makan di meja makan. Maka bersabarlah dalam setiap perjalanan. Toh, perjalanan tidak akan panjang, akan ada ujungnya, akan ada tempat tujuannya.

Dalam safar, sifat dan karakter orang yang sesungguhnya juga akan terlihat. Kalau mau lihat karakter nya orang, bersafarlah dengannya.

***

Dalam perjalanan kali ini, kami juga menyempatkan untuk singgah di pinggir pantai, perbatasan Jeneponto dan Bantaeng. Tempatnya masyaAllaah, sejuk, dengan gazebo yang nyaman (walau pinggir pantai nya kotor πŸ™ƒ, lumayanlah bisa meluruskan badan sejenak di tempatnya). Alhamdulillaah cuaca juga mendukung, tidak hujan dan tidak panas.

Esok hari nya, kami balik ke Makassar jam 12 siang. Lagi-lagi, menyempatkan diri refreshing di Hutan Bakau Tongke-Tongke, 15-20 menit dari kota Sinjai. Tempat yang terakhir kali ku injak dua atau tiga tahun yang lalu. Dulu, cabang-cabang jalanan disana masih sedikit, sekarang masyaAllaah, semakin luas dan panjang jalannya, bahkan ada yang sudah bertingkat.
Disini, yang suka foto-foto, akan sangat puas mengambil gambar. Indah sekali, masyaAllah.

Jam 13.00, kami berangkat balik ke Makassar dengan ditemani hujan yang sangat deras. Sampai tiba di rumah, hujan masih saja menemani.

Di perjalanan pulang, kami sempat singgah di sebuah rumah makan di Bantaeng, depan pantai Bantaeng dan tidak jauh dari tempat wisata Pantai Marina. Sebenarnya, dari daerah Bulukumba kami mencari warung, tapi tidak dapat karena kebanyakan tutup. Sempat tersesat juga karena cari warung πŸ˜‚. Eh, banyak warung sih, tapi waktu itu, ummi maunya warung yang jual ikan bakar. Akhirnya, sampai di Bantaeng, baru dapat. Awalnya ragu masuk ke tempat itu karena seperti tak ada kehidupan (sepi). Aba turun menanyakan dan Alhamdulillaah, ada (ayam, tanpa ikan yang awalnya kami singgah karena itu πŸ™ƒ). Karena sudah lapar dan takut gak dapat warung lagi, kami turun.

Kami menunggu agak lama, 15 menit mungkin. Barulah makanan terhidang.

Sepulang dari situ, muncullah banyak pelajaran dan hikmah πŸ˜‚.

Aba: "Bagaimana makanannya? Berapa nilainya? πŸ˜‚πŸ˜‚"

Saya: "Kalau saya, * πŸ˜‚"

Ummi: *nyerocos sepanjang jalan karena jauh dari harapan dan harganya πŸ˜‚*

Aba: "Sudahmi, bersyukurki karena mauji turun (masuk dalam perut πŸ˜‚). Ada hikmahnya juga itu kita ditunjukkan kesitu. Mungkin kalau kita di warung sebelahnya (yang ramai), kita kena penyakit. Syukuri saja dan ambil hikmahnya. Minimal, kita sudah tau bagaimana masakan dan rasanya di warung itu. Pelajaran juga, kalau mau singgah, cek pengunjungnya. Jangan menghindar karena ramai, karena biasanya ramai itu menandakan tempat itu recommended."

MasyaAllah... setiap kejadian memang ada hikmah yang bisa kita ambil, bagi yang mau mengambilnya. Tidak perlu mengeluh apalagi menyesal. Bukankah pengalaman adalah guru terbaik?

***

Alhamdulillaah tiba di rumah pukul 20.00, beres-beres dan bersih-bersih sebentar lalu tidur dan terbangun di 2021 😍

Alhamdulillaah bini'matihi tatimmush shoolihaat...

Jumat, 01 Januari 2021

Sinjai, di Penghujung 2020

Bismillaah...


Rabu, 30 Desember 2020, tiba-tiba diajak ke Sinjai sama Ummi. Sebenarnya, sudah 2 hari yang lalu mereka berencana pergi, tapi diundur karena cuaca dan kondisi kesehatan. 2 hari yang lalu juga, mereka cuma menyampaikan dan tidak memanggil/mengajak, sehingga saya juga tidak bersiap-siap atau setidaknya, merencanakan keberangkatan.

Sampai Rabu itu, pagi-pagi sekali, diminta untuk ikut.
"Tutupmi dulu toko mu, sehari ji, besok balikmi".

Saya paling anti menolak suatu ajakan atau panggilan (jika tidak melanggar syariat #alasan πŸ˜‚). Trus, sudah agak lama juga nda balik ke Sinjai membawa Hanin ke nenek kakek dari abinya.

"Hanya sehari", pikirku.

Bismillaah, saya iyakan dan meminta izin untuk ke toko sebentar saja, karena pesanan hari itu agak lumayan, mesti packing-packing dulu lalu dititip ke adek buat dibawa ke ekspedisi.

Selesai di 10.30, sampai ada panggilan untuk pulang ke rumah karena sudah mau berangkat, akhirnya baliklah saya ke rumah.

Berangkat jam 11.30 dengan santai. Saking santainya, tiba di Sinjai jam 19.00 malam. Perjalanan Makassar-Sinjai kurang lebih 8 jam termasuk lama. Tapi wajar, karena kami lewat jalur Bulukumba, yang biasanya hanya 4-5 jam lewat jalur Camba.

Santai, karena memang tujuannya hanya untuk refreshing. Tidak buru-buru dan mengejar waktu untuk segera tiba. Betul-betul menikmati perjalanan. Tempat-tempat yang dilewati di"kupas" dengan cerita dan kenangan aba/ummi di dalamnya.

Perjalanan ini juga sangat kunikmati. Biasanya, saya tidak nyaman karena Hanin mabuk perjalanan. Hari itu, Alhamdulillaah semua anak happy ❤️, minim tangisan di tiga bocah dan tidak ada adegan "muntah" nya Hanin karena mabuk.


Bersambung...