Senin, 14 Desember 2020

Sepekan Penuh Makna

Bismillaah...


Sepekan terakhir, yang biasanya jadi full mom, berubah menjadi wanita karir. Terasa sekali perbedaannya.

Pertama kali dalam hidup, mengistirahatkan 3 karyawan sekaligus 😭. Bukan prestasi, namun ini bahan muhasabah. Saya sebagai pemimpin mereka yang tentunya kurang dan butuh banyak untuk belajar.

Setelah itu, mengambil alih pekerjaan mereka sangat-sangat menguras tenaga dan pikiran. Pergi pagi, pulang malam 😢 , sangat bukan kebiasaanku dulu. Akhirnya berdampak ke anak-anak yang hanya mendapatkan sisa-sisa waktu, pun dengan tubuh yang meminta untuk diberi hak nya. 😭😭😭

Namun, hari ini, sepekan berlalu, saya semakin tahu. Saya semakin mengerti mengapa Allah menyuruh para istri atau perempuan untuk tinggal di rumahnya (saja). Saya semakin paham mengapa para lelaki yang Allah perintahkan untuk mencari nafkah, bukan istri.

Ternyata, Allah tidak salah dalam perintahnya. Allah memilih sesuai kemampuan masing-masing.
Namun mungkin tidak untuk para single-parent yang tetap harus berjuang untuk hidupnya, anak-anak dan orang sekitarnya.

Hanya berpesan buat anak-anak, setiap hari, setiap pulang dari sana, setiap mereka bertanya kenapa ummi terlalu lama...
"Ini sementara saja, Nak. Akan ada ujungnya, akan ada akhirnya. Ummi lagi berbenah agar kelak bisa kembali membersamai kalian, tiap jam, tiap menit bahkan detik. Bersabar sebentar saja. Doakan ummi, semoga Allah senantiasa memberikan kekuatan dan kesabaran, selalu. Doakan juga, semoga Allah segera memberikan kita orang yang tepat untuk mengambil alih pekerjaan ini."


Samata, 7 Desember 2012

Rabu, 23 September 2020

Toilet Training nya Hanin

Bismillaah...


"Mi, kenc*ng ka'. Mi, b*la ka",
pernyataan dari Hanin yang jika terdengar oleh saya, apapun kegiatan saat itu, walau lagi tidur sangat nyenyak, langsung terhenti dan terbangun lalu bergegas membawa nya ke wc. Alhamdulillaah, di usianya kini yang hampir 27 bulan (2 tahun 3 bulan), sudah bisa buang hajat di tempat yang seharusnya.

Salah satu masa yang harus dilalui oleh seorang anak dan ibunya adalah masa toilet training. Selainnya ada masa penyapihan juga. Dan kedua masa ini adalah masa yang membutuhkan kesiapan antara anak dan ibu (yang paling utama) dan juga anggota keluarga lain.

Flashback ke awal-awal Hanin toilet training, sempat maju mundur untuk memulai. Sebelum usianya pas 2 tahun, sempat memulai, yang pada akhirnya saya kembali lagi ke popok. Waktu itu karena saya nya lebih sering keluar rumah, jadi mau tidak mau Hanin mesti pake popok.

Hingga kembali saya memikirkan, kira-kira kapan lagi saya bisa memulai. Akhirnya memutuskan, memulainya di saat saya lagi "cuti" sholat saja biar gak terlalu kepikiran sama najis, bersih-bersih dan kalau tiba-tiba mau pipis atau pup bisa langsung saja dibawa ke wc.

Bismillaah...
Dimulai akhir Juni. Di hari pertama, pas Hanin bangun langsung di sounding,
"Hanin, hari ini Hanin belajar lepas popok nah. Jadi kalau mau pipis atau pup, bilang sama ummi.
Ayo berdoa dulu sama Allah supaya Allah kasi Hanin dan Ummi kemudahan".

Entah mengerti atau tidak, saya tetap menuntun Hanin untuk berdoa.
"Laa Hawla wa Laa Quwwata Illaa Billaah. Ya Allah, bantu Hanin dan Ummi untuk bisa melalui proses ini dengan mudah."

Dan, maasyaallaah, ketika kita memang melibatkan Allah, maka segalanya terasa mudah. Tanpa pertolongan Allah, kita gak bisa apa-apa. Terbukti di Hanin, Alhamdulillaah tidak ada kendala yang berarti, semuanya bisa dilewati dengan mudah, atas izin Allah.

2 bulan lebih, Alhamdulillaah sudah gak pernah pake popok lagi. Walau keluar rumah, juga sudah gak pake lagi. Pun kalau tidur malam. *Padahal popoknya masih banyak karena sebelumnya terlanjur beli banyak, lupa kalau usianya sudah hampir 2 tahun*

Walau begitu, selama 2 bulan ini, gak selamanya juga Hanin kalau mau buang hajat itu di WC. Kadang kebelet yang akhirnya pipis di celana, kadang juga kalau lagi gak diperhatikan (jadwalnya) atau dia lagi sibuk main. Tapi alhamdulillaah sejauh ini, ia lebih sering bilang jika ada keinginan.
*Kadang-kadang juga walaupun gak mau, tetap bilang mau pipis, ataukah ia baru saja dari wc, trus bilang mau pipis lagi. Kalau kayak gini, kentara kalau mau main air 😂.*

Alhamdulillaah, terlewati lagi 1 momen penting dalam perkembangan Hanin. Waktu berlalu terasa cepat. Ada rasa haru ketika mengingat Allah masih mengizinkan saya untuk menyaksikan dan turut serta di momen ini. Sangat betul, "Masa anak-anak itu SEBENTAR saja". Maka nikmati setiap prosesnya, nikmati setiap riuhnya, nikmati repot dan capeknya, nikmati tangis-tawa-celotehnya. Karena kelak, masa-masa ini hanya akan menjadi kenangan dan menyisakan rindu.


Samata,
5 September 2020 / 18 Muharram 1442

Minggu, 13 September 2020

Kaidah 49 - 50

Bismillaah...

Kaidah 49 = Bertanya (An Nahl : 43)
Kaidah 50 = Jalan Lurus (Al Isra : 9)


~RESUME~

Hari ini kita belajar kaidah langit yang memberitahukan kepada kita bahwasanya kemuliaan manusia itu terletak pada ilmu akhirat yang dia pahami, dia mengerti dan dia realisasikan pada kehidupan. Sesungguhnya siapapun yang ingin diselamatkan ketika melewati beratnya perjalanan melewati shirath, maka hendaklah dia memperhatikan bagaimana keterikatan hidupnya dengan ilmu. Dan tidaklah disebut ilmu kecuali definisinya adalah perkataan Allah dan RasulNya.

Bukankah kita mengerti, ketika kita ingin kerja di sebuah kantor, ada perjalanan ilmu yang harus kita tempuh selama 16 tahun, dari SD sampai kuliah. Kalaulah hanya duduk di belakang meja pada sebuah instansi dan kantor harus mendapatkan proses pembelajaran hingga 16 tahun, sesungguhnya syurga pun identik dengan ilmu sebagaimana ikan identik dengan airnya.

Maka salah satu proses kita di dalam belajar untuk mendapatkan ilmu sesungguhnya adalah dengan bertanya. Karena obat dari getirnya kebodohan itu adalah dengan kita bertanya. Bertanyalah ketika engkau tidak tahu. Bertanyalah kepada mereka yang paham tentang agama ini dan paham tentang ilmu syariat ini. Karena keterperosokan itu dapat dihindari ketika kita mendatangi ilmu dan bertanya kepada mereka yang memiliki kepahaman terhadap agama ini.

Inilah pula yang menjadikan kita mengetahui, kemuliaan alquran adalah kemuliaan yang tidak terbantahkan. Siapapun dan apapun pemikiran yang mencoba untuk berhadapan dengan Quran, tidak ada yang dihadapi kecuali kebinasaan dan kebinasaan dalam kehidupan akhirnya. Dan selalu quran itu menjadi pemenang bagi mereka yang mengimani dan yakin kepada apa yang dikalamkan oleh Allah di dalam kitab sucinya.

Semoga kita senantiasa mengimani bahwasanya Quran itu adalah kenikmatan dan janganlah kita tukar kenikmatan itu dengan sesuatu yang rendah layaknya bani Israil yang telah diberikan daging burung dan telah diberikan buah tetapi mereka justru tega meminta supaya diganti dengan bawang merah, bawang putih yang sejatinya barang-barang itu mereka jumpai dengan mudah di pinggir pasar.

Quran itu adalah kenikmatan. Quran itu adalah mukjizat terbesar pada kehidupan kita. Tidaklah kemuliaan seorang manusia dan satu bangsa kecuali mereka berpulang kembali kepada pangkuan alquran. Karena hidup di bawah naungan alquran itu adalah nikmat yang tidak dirasakan kecuali orang-orang yang mereka merasakan nikmatnya beriman kepada alquran.


Rabu, 9 September 2020 / 21 Muharram 1442
(Hari ke 20 di "Journey with Quran" Classroom)

Kaidah 46 - 47 - 48

Bismillaah...

Kaidah 46 = Allah Maha Tahu (Al Baqarah : 197)
Kaidah 47 = Petunjuk (Ath Taghabun : 11)
Kaidah 48 = Memahami Diri Sendiri (Al Baqarah : 60)


~RESUME~

Hari ini kaidah langit mengarahkan kepada kita, kepada sebuah pelita ilmu, bagaimana seseorang itu dimuliakan oleh Allah ketika mereka yakin Allah lah yang mengetahui setiap perbuatan yang dilakukan oleh manusia. Manusia yang paling tenang hati dan batinnya adalah manusia yang menyandarkan setiap perbuatan amal yang dia lakukan hanyalah kepada Allah subhanahu wa ta'ala. Dia tidak pernah menyandarkan perbuatan itu kepada kerumitan kehidupan manusia, yang sejatinya pun tidak lepas dari problematika yang banyak.

Orang-orang yang mereka menyembunyikan amalnya maka semakin besar harga tawar di sisi Allah subhanahu wata'ala, karena Allah itu sangat mencintai amal yang bersifat limited edition. Semakin sedikit diketahui orang, semakin besar pahala yang akan didapatkan.

Itu pula yang menjadikan kita mengetahui, seiring dengan kita merahasiakan amal kita untuk memperbaiki urusan kita di hadapan Allah dengan menguatkan hati kita, maka ridhoilah terhadap setiap apapun yang Allah berikan dalam setiap musibah yang Allah tampakkan dalam kehidupan kita.

Ridho kepada takdir itu merupakan perkara yang paling besar setelah iman kita kepada Allah. Sebagaimana perkataan Abu Darda', Allah tidak pernah salah memberikan takdir pada kehidupan manusia. Dan orang yang dicintai oleh Allah adalah orang yang selalu melihat sisi baik pada setiap ketetapan takdir yang Allah berikan.

Kita juga mengetahui pula bahwasanya setiap manusia itu dimudahkan oleh Allah dalam setiap perbuatan-perbuatan yang Allah mudahkan untuknya. Ada orang yang dimudahkan untuk sedekah, ada orang yang dimudahkan untuk sholat, ada pula orang yang dimudahkan untuk berjihad dan ada pula orang yang dimudahkan untuk menuntut ilmu.

Apapun kemudahan yang Allah berikan kepada hidup kita, ketahuilah, apa kemudahan yang Allah berikan itu. Terus lakukan kemudahan itu supaya kita mendapatkan keridhaan dari Allah.

Jangan pernah memaksakan semua orang itu memiliki kemudahan sebagaimana kita, karena setiap orang itu diberikan kemudahan yang berbeda-beda antara kita dengan yang lainnya. Persis sebagaimana perkataan Imam Malik, Allah itu membagi amal sebagaimana Allah membagi rezeki.

Temukan kelebihan dan kemuliaan apa yang Allah berikan pada hidupmu. Tetapilah kemudahan itu sampai kita menutup mata.



Selasa, 8 September 2020 / 20 Muharram 1442
(Hari ke 19 di "Journey with Quran" Classroom)


Sabtu, 12 September 2020

Kaidah 44 - 45

Bismillaah...

Kaidah 44 = Mencintai Rasulullaah (Al Hasyr : 7)
Kaidah 45 = Menghapus Dosa (Huud : 114)


~RESUME~

Rasulullaah hadir dalam kehidupan umat manusia, sejatinya bukan hanya menjadi kisah klasik yang kita bacakan kepada anak kita menjelang tidur. Tetapi sejatinya Rasulullaah diutus pada kehidupan kita supaya kita mengetahui hakikat penduduk syurga dengan karakteristiknya, perkataan dan perbuatannya.

Inilah yang harus kita mengerti, kesempurnaan iman kita tidak akan pernah menjadi utuh sampai kita beriman kepada Allah dan beriman pula kepada Rasulullaah shallallaahu 'alihi wasallam. Karena sesungguhnya siapapun yang mereka setia menapak jalan sebagaimana jalan yang telah ditapak oleh Rasulullaah, dia akan menjadi orang yang mulia pada kehidupan akhirat dan menjadi mulia pada kehidupan di dunia. Dan menjadi orang yang terpimpin, karena dia telah mengikuti orang yang telah dibimbing langsung oleh Allah subhanahu wa ta'ala.

Perhatikanlah para sahabat, ketika mereka menjadi bangsa penggembala kambing lalu mengikuti Rasulullaah, Allah muliakan hidup mereka. Hidup mereka disegani oleh orang-orang dari timur ke barat dan ketika matinya, dimuliakan oleh Allah dalam kehidupan akhiratnya dengan syurga.

Simpel dan sederhana. Sesungguhnya ketika kita ingin mulia dalam kehidupan ini dan menjadi orang-orang yang dimuliakan oleh Allah dalam kehidupan nasib di akhirat, yaitu adalah berkomitmen untuk mengikuti Rasulullah dan menjadikan Rasulullah referensi tunggal pada kehidupan. Bukan pada referensi pluralisme, sekularisme dan liberalisme, serta isme isme yang lainnya, tapi hanya kepada nabi dan tidak ada pilihan yang lainnya.

Disini pula kita mengetahui, komitmen kita mengikuti sunnah selain mengikuti Rasulullah adalah bagaimana kita menjadi orang yang pandai untuk membersihkan diri kita dan mensucikan kita. Siapakah manusia? mereka pasti lengket dan pasti peka dengan kemaksiatan dan dosa. Tapi Allah begitu maha baiknya kepada kehidupan manusia sehingga Allah memberikan jalan pada setiap kehidupan manusia, bagaimana mereka itu diberikan oleh Allah kesempatan untuk membersihkan dosa.

Bukankah baju yang kotor bisa bersih dengan deterjen? Bukankah mobil yang kotor bisa bersih dengan semprotan air? Sama pula, sesungguhnya dosa dan kemaksiatan itu mampu untuk dibersihkan persis sebagaimana bayi yang baru lahir, kalau kita niatkan setiap kebaikan yang kita lakukan salah satunya adalah kita niatkan untuk menghapuskan dosa dan kemaksiatan kita.

Sungguh demi Allah, dosa itu tidak hanya dihapuskan dengan taubat. Sungguh demi Allah, dosa itu tidak hanya dihapuskan dengan istighfar kita ataupun ridhonya kita kepada takdir. Tapi salah satu diantara perangkat untuk membersihkan kita dari dosa supaya kita bersih dan meraih keberkahan dalam kehidupan kita, kalau kita rajin melakukan dosa, setidaknya kita harus rajin melakukan kebaikan untuk menghapuskan dosa dan kemaksiatan yang pernah kita lakukan.

Semoga Allah memberikan keteguhan atas komitmen kita untuk mengikuti Rasulullah dan semoga kita rajin mengikuti setiap keburukan dengan ketaatan supaya menghapuskan dosa yang pernah kita goreskan.


Senin, 7 September 2020 / 19 Muharram 1442
(Hari ke 18 di "Journey with Quran" Classroom)

Kaidah 42 - 43

Bismillaah...

Kaidah 42 = Menjaga Sumpah (Al Maidah : 89)
Kaidah 43 = Sifat Kikir (Al Hasyr : 9)


~RESUME~

Sesungguhnya kebaikan seorang mukmin, salah satunya ketika mereka tidak bersumpah kecuali dengan nama Allah. Janganlah kita bersumpah dengan nama selain Allah karena di dalam sumpah ada pengagungan. Dan pengakuan ketika diberikan kepada selain Allah bisa terjatuh pada kesyirikan.

Sesungguhnya sumpah haruslah dengan menyebut nama Allah dan berkomitmen untuk memenuhi sumpah tersebut. Jangan banyak kita bersumpah karena sesungguhnya orang yang banyak bersumpah akan hilang pengagungan kepada apa yang dia ucapkan di dalam sumpah tersebut.

Sesungguhnya siapapun yang telah menyertakan Allah dalam sumpahnya berarti dia telah terikat di hadapan Allah atas apa yang dia ikrarkan ketika bersumpah atas nama Allah. Inilah hakikat seorang mukmin.

Bersumpah atas nama Allah merupakan bagian yang diperbolehkan. Tapi ingat, siapapun yang telah melibatkan Allah dalam satu komitmen yang dia ucapkan di dalam sumpah, maka pada saat itu dia telah menjadikan Allah menjadi saksi langsung atas apa yang dia ucapkan. Penuhi sumpahmu ketika sudah menyebut nama Allah. Kalau tidak, akan berkonsekuensi besar pada kehidupan kita.

Sisi yang lainnya, kita mengetahui pula sesungguhnya kebaikan iman tergantung ketika kita mampu menafikan penyakit syuh. Syuh itu adalah bakhil tingkat yang paling tinggi, ketika seorang manusia begitu hasrat dan rakus terhadap perkara dunia yang dimiliki oleh orang lain. Sehingga dia tidak mau mengutamakan orang lain.

Penyakit syuh dikatakan oleh Rasulullaah shallallahu 'alaihi wasallam sebagai penyebab kehancuran kaum sebelum beliau, dengan berkembangnya penyakit syuh diantara mereka. Tidaklah orang yang memiliki penyakit syuh kecuali dia ingin mendapatkan apa yang dimiliki oleh orang.

Tidak ada orang yang memiliki penyakit syuh kecuali dia menginginkan supaya kebaikan yang dimiliki orang lain itu hilang. Dan tidaklah orang memiliki penyakit syuh kecuali dia akan menghalalkan segala macam cara untuk mendapatkan barang yang dia mau. Semakin besar penyakit syuh, semakin banyak keinginan yang akan dia tetapkan pada hidupnya. Dan itulah sumber dari malapetaka dalam kehidupan manusia.

Orang yang mampu menekan syuh-nya, akan timbul kebaikan itsarnya. Itsar itu mengutamakan orang lain. Sesungguhnya Allah paling senang dan paling cinta kepada seorang mukmin yang senantiasa mengutamakan orang lain.

Sungkan kepada orang yang beriman, mengorbankan zona nyaman dia kepada orang yang beriman. Siapapun yang mengorbankan zona nyamannya untuk Allah, untuk orang-orang yang beriman, maka disitulah Allah melipatgandakan pahala yang dia kerjakan dengan kelipatan yang tidak terhingga.

Semoga Allah menjaga kita dari syuh, tetapi Allah menumbuhkan kebaikan itsar pada kehidupan kita. Tidaklah orang anshor dicintai oleh Allah kecuali karena itsar yang mereka miliki pada hati dan jiwa mereka.



Ahad, 6 September 2020 / 18 Muharram 1442
(Hari ke 17 di "Journey with Quran" Classroom)

Rabu, 09 September 2020

Kaidah 39 - 40 - 41

Bismillah...

Kaidah 39 = Manajemen Waktu (Al Insyirah : 7-8)
Kaidah 40 = Berlaku Adil (An Nahl : 90)
Kaidah 41 = Kesalahan Makhluk (Asy Syura : 30)


~RESUME~

Waktu, tampaknya merupakan sesuatu yang biasa. Tapi, tahukah kita bahwasanya waktu merupakan bagian pembeda antara orang yang diridhoi oleh Allah dan tak diridhoi oleh Allah? Orang yang diridhoi oleh Allah selalu disibukkan waktunya di dalam ketaatan dan ibadah semenjak bangun tidur sampai dia menutup mata pada malam harinya. Orang yang tak diridhoi oleh Allah yaitu adalah ketika waktunya diberikan oleh Allah dalam perkara yang tidak bermanfaat pada urusan akhirat dan dunianya, semenjak dia membuka mata sampai menutup mata.

Sesungguhnya waktu merupakan bagian penting dalam kehidupan orang yang beriman. Makanya Allah berfirman, berlomba-lombalah dalam kebaikan. Bukankah makna berlomba-lomba adalah orang yang mampu untuk memaksimalkan waktu? Bukankah pemenang nomor satu pada perlombaan F1 itu adalah mereka yang paling hemat waktunya ketika menyelesaikan lap dan putaran?

Sesungguhnya orang yang beriman, mereka adalah orang-orang yang diberikan kemampuan untuk mengolah sebuah waktu menjadi sesuatu yang bermanfaat dalam kehidupan akhirat dan dunianya.

Berlomba-lombalah dengan waktu untuk segera melaksanakan sholat. Berlomba-lomba lah di dalam kita bertaubat kepada Allah, karena waktu yang kita miliki sangatlah terbatas. Berlomba-lomba lah kepada Allah supaya kita senantiasa segera meminta maaf, karena bisa jadi ketika kita selalu melambatkan meminta maaf, maka akan menjadi pengadilan panjang dalam kehidupan akhirat kita.

Berlomba-lombalah di dalam waktu, ketika kita harus mengembalikan barang, harus pula ketika menikahkan anak-anak kita dan menguburkan jenazah yang kita cintai. Karena sesungguhnya waktu merupakan bagian besar yang harusnya kita senantiasa memandangnya dengan keseriusan karena akunya masalah waktu di hadapan orang yang beriman.

Disini pula sesungguhnya seorang mukmin dibebankan oleh Allah untuk senantiasa berbuat adil, karena sesungguhnya spirit dalam agama ini adalah menegakkan keadilan. Adillah ketika ada diantara kita melakukan poligami. Adillah ketika kita membagi kasih sayang kita di antara anak-anak yang kita miliki. Adillah kita ketika kita melihat orang yang menyampaikan ilmu kepada kita, ketika mereka terjatuh pada kesalahan. Dibalik kesalahan itu ada banyak kebaikan yang dia miliki. Adillah ketika kita beribadah, ada hak untuk badan kita, ada hak untuk istri kita, ada pula hak untuk anak-anak kita. Karena sesungguhnya, keadilan itu memberikan kebaikan dalam kehidupan kita.

Inipula yang menjadikan kita memahami bahwasanya tidaklah kejadian dan peristiwa-peristiwa besar yang terjadi di atas muka bumi ini kecuali Allah gariskan peristiwa musibah yang ada pada kehidupan manusia kecuali memberikan peringatan manusia supaya kembali kepada-Nya.

Banjir bandang, gempa, tsunami, tidaklah terjadi dengan sendirinya dengan kata fenomena alam. Sesungguhnya musibah itu terjadi karena kehendaknya Allah dan kekuasaan Allah yang tidak terbatas.

Allah memberikan sentilan pada setiap peristiwa musibah yang terjadi di atas kehidupan kita bahwasanya Allah Maha Berkuasa atas apa yang terjadi pada kehidupan manusia. Semoga kita tidak sekuler, ketika kita melihat kejadian dan musibah alam tanpa kita kaitkan peristiwa itu kepada Allah. Padahal tidak ada peristiwa yang terjadi di atas muka bumi ini, sampai daun yang jatuh, kecuali adalah karena ketentuan Allah yang begitu besar pada kehidupan kita.

Orang yang cerdas adalah orang yang pandai untuk mengambil satu isyarat di balik satu peristiwa dan musibah alam ketika terjadi pada kehidupan kita, dan itu merupakan peringatan supaya kita kembali kepadaNya.



Sabtu, 5 September 2020 / 17 Muharram 1442
(Hari ke 16 di "Journey with Quran" Classroom)

Selasa, 08 September 2020

Kaidah 37 - 38

Bismillaah...

Kaidah 37 = Istiqomah (Hud : 112)
Kaidah 38 = Pengadilan Allah (Az Zalzalah : 7-8)


~RESUME~

Tidak ada yang paling berat ketika kita menghambakan diri kepada Allah kecuali menjaga konsistensi iman kita kepada Allah. Beriman kepada Allah itu bukan satu musim, tapi beriman kepada Allah itu melewati puluhan musim dan puluhan purnama.

Kalaulah kita beribadah kepadanya hanya di musim Ramadhan, tentunya itu mudah. Kalaulah kita taat kepadaNya ketika kita tawaf dan ketika haji dan umrah, tentunya itu ringan. Tapi bukankah ketakwaan itu bukan hanya bertahan pada satu musim Ramadhan dan bukan hanya bertahan dalam putaran tawaf. Sesungguhnya beribadah kepada Allah itu sepanjang hayat dikandung badan.

Itulah yang menjadikan kita mengerti, tidak ada perkara yang paling berat dirasakan Nabi kecuali perintah ketika Beliau diarahkan untuk istiqamah pada hidupnya. Bukankah Nabi sampai beruban ketika ayat yang memerintahkan Beliau untuk istiqomah turun kepada Beliau? Menunjukkan kepada kita, sesungguhnya iman itu yang paling berat adalah istiqomah.

Hijrah itu terkadang mudah. Banyak orang yang hijrah itu datang dari berbagai macam alasan yang ringan, tetapi yang paling berat adalah istiqomah di dalam perjalanan kita hijrah. Disitulah kita memahami, tidak ada perkara doa yang paling sering diminta Nabi kepada Rabbnya kecuali adalah meminta supaya diberikan istiqomah.

Tapi walaupun istiqomah itu berat, selalu ada ujung yang manis bagi mereka yang tetap bertahan, apapun kondisi getirnya dihadapi. Selama dia istiqomah, disitu akan ia jumpai kabar gembira yang diberitakan oleh Allah yaitu surga yang mengalir dibawahnya sungai-sungai dengan gemericik air yang menenangkan.

Inilah yang menjadikan kita mengetahui, kenapa kita diperintahkan untuk dzikir, kenapa kita diperintahkan untuk membaca alQur'an, kenapa kita diperintahkan untuk terus menuntut ilmu, supaya menjaga hangatnya iman. Karena menjaga ketakwaan dan keimanan lebih berat dari seorang penjaga gawang ketika menjaga mistar gawangnya. 

Di sisi yang lainnya, kita juga harus mengetahui, pemburu surga itu sejatinya adalah pemulung amal. Dia tidak pernah picky dan tidak pernah pilih-pilih ketika mereka itu beramal dengan apa yang harusnya mereka lakukan. Bisa jadi ada amal yang kita pandang sebelah mata tapi justru sejatinya amal itu yang akan memasukkan kita ke syurga.

Sungguh, visi dan misi pemburu syurga adalah mereka yang menjadi pemulung amal. Mereka lakukan apa yang mereka mampu, tanpa mereka memilih dan memilah yang besar ataupun yang kecil. Karena mereka tahu bisa jadi yang kecil justru memadamkan api neraka untuk mereka.

Semoga kita senantiasa tidak pernah berhenti untuk istiqomah. Senantiasa pula kita tidak pernah memandang remeh satu amalan yang ada di hadapan kita selama kita mampu melakukan. Bisa jadi amalan itu ringan, tapi bisa jadi, pintu syurga terbuka lebar dengan amalan itu tanpa kita sadari.


Jumat, 4 September 2020 / 16 Muharram 1442 H
(Hari ke 15 di "Journey with Quran" Classroom)

Jumat, 04 September 2020

Kaidah 35 - 36

Bismillaah...

Kaidah 35 = Proposal Doa (Al Baqarah : 186)
Kaidah 36 = Bertaqwa Semampunya (At Taghabun : 16)


~RESUME~

Tahukah kita bahwasanya manusia itu diciptakan oleh Allah memiliki keterbatasan. Mereka bodoh, lemah serta mereka memiliki segala macam kekurangan yang melekat. Disitulah kita akhirnya memahami kenapa di dalam Islam, ada sebuah senjata yang tidak berwujud dan tidak berfisik, yaitu adalah doa. Karena sesungguhnya, doa itu menutupi segala kelemahan kita ketika kita meminta kepada Allah dalam segala urusan kehidupan kita.

Allah itu ridho kepada kita bukan hanya ketika shalat, tapi Allah itu ridho kepada kita ketika kita banyak berdoa dan meminta kepadaNya dalam segala urusan. Karena doa itu merubah yang mustahil menjadi mustajab. Karena doa itu merubah yang jauh menjadi dekat dan doa itu pula merubah yang tidak mungkin menjadi mungkin, ketika kita senantiasa mengetuk pintu langit dengan kita berdoa.

Sesungguhnya doa itu pembeda antara makhluk dengan khalik. Makhluk semakin diminta semakin sempit dadanya, sang khalik itu semakin diminta semakin besar ridhoNya yang Ia turunkan kepada hamba yang senantiasa meminta kepada-Nya dalam segala urusan.

Kalau kita lelah, mintalah doa kepada Allah supaya dikuatkan. Kalau kita sedang terbatas materinya, mintalah kepada Allah supaya kita diberikan kecukupan. Bisa jadi segala kesulitan yang kita dapatkan, karena kita tidak yakin ketika kita meminta kepada Allah. Allah itu Dzat yang paling senang kepada mereka yang jujur di dalam doa dan sesungguhnya indikator kejujuran di dalam doa adalah mengulang-ulang permintaan tanpa bosan dan tanpa letih.

Di sisi yang lainnya, kita juga mengetahui betul bahwasanya Allah memerintahkan kepada kita untuk bertaqwa. Kaidah dalam taqwa itu sederhana; lakukan apa yang Allah perintahkan, tinggalkan apa yang Allah larang. Bertaqwalah kita kepada Allah dalam urusan harta kita. Bertaqwalah kita kepada Allah dalam urusan anak-anak dan urusan istri/suami kita. Karena sesungguhnya ketaqwaan itulah yang akan menjadikan Allah memiliki alasan untuk menyelesaikan seluruh persoalan dalam kehidupan kita, ketika kita selalu tidak pernah bosan untuk menaikkan grid ketaqwaan kita di hadapan Allah.

Sesungguhnya bertaqwa kepada Allah merupakan kunci dari semua solusi dalam kehidupan kita. Siapapun yang merapikan hidupnya di hadapan Allah dengan menaikkan ketaqwaannya, maka itu menjadi alasan bagi Allah untuk merapikan kualitas hidupnya dalam kehidupan dunia dan akhirat.

Bertaqwalah kepada Allah sesuai dengan kemampuan. Bukan berarti ayat ini memberikan kepada kita alibi untuk melonggarkan apa yang harusnya kita maksimalkan. Semaksimal mungkin bertaqwa sesuai dengan kemampuan, setelah itu biarkan Allah yang menilai dan biarkan pula orang-orang yang beriman menilai apa yang kita lakukan, supaya hasilnya kita petik manis dalam kehidupan kelak di kampung akhirat kita.

Sungguh, taqwa adalah sebuah proses yang berujung manis kepada mereka yang senantiasa ikhlas dalam setiap usaha dan ikhtiar yang mereka lakukan.


Kamis, 3 September 2020 / 15 Muharram 1442
(Hari ke 14 di "Journey with Quran" Classroom)

Kamis, 03 September 2020

Kaidah 33 - 34

Bismillaah...

Kaidah 33 = Melupakan Dunia (Al Qashash : 77)
Kaidah 34 = Mengikuti Mereka (Al Baqarah : 120)


~RESUME~

Allah memberikan wasiat yang terbaik pada kehidupan setiap orang yang beriman, supaya mereka senantiasa berkonsentrasi dan fokus kepada urusan akhiratnya. Tetapi jangan melupakan bagian dari dunia yang dia pijak hari ini.

Dunia itu sejatinya adalah jembatan, bukan tujuan. Siapapun yang telah menjadikan dunia hanyalah pijakan ataupun jembatan menuju kepada urusan akhiratnya, dia akan bersahaja ketika mencarinya. Dia tidak akan menghalalkan segala macam cara untuk mendapatkan dunia yang sejatinya pasti akan dia tinggalkan ketika mati ataupun akan rusak dengan ditiupkannya sangkakala oleh malaikat Israfil. Sesungguhnya akhirat jauh lebih baik daripada urusan dunia, tapi bukan berarti dunia diceraikan dalam kehidupan orang yang beriman.

Salah besar orang yang mengatakan bahwasanya Islam menceraikan dunia karena Allah tidak pernah mengharamkan apa yang sudah Ia halalkan dalam urusan dunia selama itu dalam batas kewajaran. Carilah dunia untuk mendukung akhirat kita karena sebaik-baik dunia adalah dunia yang dimiliki sama orang yang shalih yang mendermakan hartanya pada jalan Allah untuk kebaikan agama Allah.

Sesungguhnya siapapun hari ini yang mengungguli kamu dalam urusan dunia, katakan kepada jiwamu, "Saya akan mengungguli dia dalam urusan-urusan akhirat". Dan siapapun hari ini yang terkejut dan terpesona dalam urusan dunia, katakanlah pada benda yang membuat kita terpesona pada urusan dunia, "Sesungguhnya kehidupan kami adalah kehidupan akhirat. Innal 'aisya, 'aisyul akhirah."

Inilah yang menjadikan kita memahami betul bahwasanya urusan dunia hanyalah perkara yang sejatinya harus diletakkan pada porsinya dan tidak usah untuk berlebihan.

Disini pula kita akhirnya mendapatkan, kenapa Yahudi disisakan oleh Allah diantara bangsa-bangsa yang lainnya? Bangsa Tsamud sudah hancur, bangsa Luth sudah luluh lantak, kenapa bangsa Yahudi disisakan oleh Allah? Supaya Allah mengetahui siapa yang akan berjuang pada agama ini dan siapa yang enggan untuk berjuang. Allah akan mengetahui siapa yang bersungguh-sungguh dan siapa yang bermain-main pada agama ini.

Sesungguhnya Yahudi dan Nashara, sebagian dari mereka tidak akan pernah ridha dengan apa yang diperbuat oleh orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Jangan berusaha/berupaya sekuat mungkin hanya untuk menarik simpati orang Yahudi dan Nashara, karena sejatinya sebagian mereka tidak akan pernah memberikan simpatinya kepada kaum muslimin. Carilah ridho Allah karena itulah hakikat kita ketika kita berdakwah, yang akan menjadikan diri kita mulia di hadapanNya dan akan berbuah manis pada kehidupan kampung akhirat kita.

Rasulullaah shallallaahu 'alaihi wasallam ketika berdakwah, pernah beliau berniat bahwasanya Yahudi dan Nashara, beliau harapkan menjadi kaum yang akan beriman pertama kali karena kedekatan kultur agama mereka pada agama yang disampaikan oleh Rasulullaah, tapi justru Allah mengatakan kepada Rasulullaah, sesungguhnya sebagian mereka tidak akan pernah ridho kepadamu wahai Muhammad. 

Dan itulah yang menjadikan kita memahami, Yahudi dan Nashara sebagian dari mereka tidak ridho kepada kaum muslimin. Sehingga kita harus mengetahui ini, supaya tidak perlu mengorbankan hal prinsip dalam kehidupan kita hanya untuk menyenangkan mereka yang sudah di nash oleh Allah tidak ridho kepada kaum muslimin.


Rabu, 2 September 2020 / 14 Muharram 1442
(Hari ke 13 di "Journey with Quran" Classroom)

Karena Kesabaranmu...

Bismillaah...

Kelak, para malaikat akan menyambut orang-orang yang akan masuk ke dalam syurga dengan ucapan,

سَÙ„َÙ€ٰÙ…ٌ عَÙ„َÛŒۡÙƒُÙ… بِÙ…َا صَبَرۡتُÙ…ۡ

"Salam sejahtera atasmu karena kesabaranmu."
(Surat Ar-Ra'd 24)

Seakan-akan syurga itu tidak dimasuki kecuali bagi orang-orang yang bersabar semasa hidupnya.

~Bersabar menjalankan perintah dan bersabar menjauhi larangan Allah~ 

Maka bersabarlah,
Atas segala kepahitan yang menimpamu
Atas segala ujian yang menghampiri hidupmu
Atas segala nikmat yang (mungkin) Allah sedang tunda
Atas kebersamaan dengan orang terkasih yang hanya "sebentar saja"
Atas segala keinginan yang Allah belum kabulkan

Maka bersabarlah...
Selalu lah mengingat janji Allah berupa syurga
Karena mengingat syurga adalah kekuatan terbesar bagi seorang mukmin sementara mengingat dunia adalah keletihan yang tidak berujung

Kaidah 30 - 31 - 32

Bismillaah...

Kaidah 30 = Jalan Keluar (Ath Thalaq : 3)
Kaidah 31 = Bergaul dengan Istri (An Nisa : 19)
Kaidah 32 = Janji Allah (Al Hajj : 47)


~RESUME~

Siapapun orang dalam kehidupan ini, ketika mereka senantiasa bertaqwa, ketika mereka memperbaiki serta meningkatkan kualitas hidupnya dengan Allah, maka Allah akan meningkatkan kualitas hidupnya dan akan memperbaiki seluruh kehidupannya di dunia. Karena kunci memperbaiki kehidupan kita adalah memperbaiki bagaimana hubungan kita dengan Allah subhanahu wata'ala.

Inilah yang menjadikan kita mengerti, ketaqwaan itu merupakan solusi dari seluruh permasalahan yang hadir di dalam kehidupan kita. Kalau tiba-tiba hari ini kita dihadapkan kepada suatu masalah yang berat, yang kita lakukan bukan hanya mencari solusi dalam diri selaku manusia, tapi penting juga untuk menaikkan ketaqwaan kita, karena dengan ketaqwaan itulah Allah akan memiliki sebab dan alasan untuk menyelesaikan masalah-masalah yang kita hadapi. 

Orang-orang yang bertaqwa, Allah akan memberikan kepadanya rezeki, bukan semata-mata dunia, karena rezeki itu cakupannya lebih luas daripada dunia. Dunia itu hanyalah angka deret, adapun rezeki adalah sesuatu yang jauh lebih dahsyat daripada ukuran dunia yang sering dipandang agung oleh kalangan materialisme. Sesungguhnya rezeki bergandengan erat dengan proses ketaqwaan manusia, karena orang-orang yang bertaqwa sejatinya tidak pernah kehabisan rezeki, yang selalu Allah cucurkan setiap waktu dan setiap saatnya.

Inilah pula yang menjadikan kita, setiap laki-laki tidak ada yang paling baik di dalam kehidupan ini kecuali laki-laki yang paling baik terhadap istri dan keluarganya. Siapapun yang mampu memenuhi haknya seorang wanita didalam apa yang dia butuhkan pada kehidupan ini, dalam urusan kebaikan akhiratnya, maka wanita akan memberikan lebih dari apa yang dia peroleh. Dia akan mendidik anaknya dengan cara yang terbaik, dia akan memuliakan suaminya selama dia mendapatkan haknya sebagai seorang istri.

Berbuat baiklah yang terbaik kepada istrimu, karena itu bukan merupakan anjuran, tapi itu merupakan ibadah yang dibebankan kepada setiap laki-laki. Siapapun yang telah memberikan haknya yang terbaik kepada istri, maka istri akan memberikan musim panen kepada laki-laki dengan hal yang terbaik pula.

Inilah yang menjadikan kita memahami, sesungguhnya sebaik-baik diantara umatnya Rasulullaah adalah orang yang paling baik kepada istrinya selama istrinya tidak melakukan nusus dan menyimpang dari apa yang diperintahkan oleh Allah. Sesungguhnya kebaikan istri berakibat kepada kebaikan anak dan berakibat pula kepada kelapangan dan kebahagiaan urusan keluarga.


Selasa, 1 September 2020 / 13 Muharram 1442
(Hari ke 12 di "Journey with Quran" Classroom)

Selasa, 01 September 2020

Kaidah 27 - 28 - 29

Bismillaah...

Kaidah 27 = Dosa Orang Lain (Fathir : 18)
Kaidah 28 = Timbangan (Al A'raf : 85)
Kaidah 29 = Musuh-musuhmu (An Nisa : 45)


~RESUME~

Hari ini kita belajar bahwasanya komitmen kita untuk mengikuti sunnah bukan hanya dalam perkara shalat, puasa ataupun haji, tapi komitmen kita ketika mengikuti sunnah yaitu adalah bagaimana mengkondisikan hati dan jiwa kita sesuai dengan apa yang Allah ridhoi. Semakin bersih hati kita, semakin bening jiwa kita, semakin tinggi posisi kita kelak dalam kehidupan syurga. Karena tidak ada perhatian yang paling besar yang Allah berikan kepada hati manusia kecuali perhatian Allah kepada hati dan kebeningan jiwa seorang mukmin.

Hari ini pula kita belajar bahwasanya kebaikan iman kita terletak pada komitmen kita untuk menjaga takaran dan timbangan dalam setiap perniagaan dan perdagangan kita. Siapapun yang culas di dalam mengurangi timbangan saudaranya, tidaklah apa yang diambil tidak sebanding dengan apa yang dia rasakan dari hukuman dan kerusakan. Maka hargailah setiap timbangan yang kita lakukan dalam setiap transaksi yang telah kita berikan. Seorang mukmin senantiasa mereka menyepakati syarat yang telah dia sanggupi.

Hari ini kita juga belajar bahwasanya setiap orang yang beriman pasti memiliki musuh. Allah memberikan kepada kita musuh, sejatinya Allah ingin melihat  siapa yang bersungguh-sungguh di dalam agama ini dan siapa yang bermain-main. Siapa yang sepenuh hati di dalam agama ini dan orang yang setengah hati di dalam agama ini. Karena musuh itu memicu kesungguhan kita di dalam memperjuangkan agama Allah. Sekuat apapun musuh-musuh Allah, sekuat apapun musuh-musuh Rasulullaah, sesungguhnya orang yang beriman lebih kuat daripada seluruh daya dan kekuatan orang-orang yang memusuhi agama Allah. Karena orang yang beriman, merekalah yang sejatinya bersandar kepada Allah dan orang yang bersandar kepada Allah tidak akan pernah kalah di dunia. Hidupnya mulia ketika hidup di dunia dan akan menjadi mulia dengan mendapatkan kemuliaan dalam kehidupan di akhiratnya.

Semoga kita mampu menjaga hati kita sekaligus pula menjaga komitmen kita untuk menjaga takaran serta bagaimana kita senantiasa yakin jalan perjuangan ini tidak akan pernah kalah ketika kita bersandar kepada Rabb yang sempurna dalam kekuatan dan keinginan serta kehendaknya.



Senin, 31 Agustus 2020 / 12 Muharram 1442
(Hari ke 11 di "Journey with Quran" Classroom)

Senin, 31 Agustus 2020

Kaidah 24 - 25 - 26

Bismillaah...

Kaidah 24 = Mencari Keridhoan (Al Ankabut : 69)
Kaidah 25 = Menakuti (Al Isro' : 59)
Kaidah 26 = Teliti Berita (Al Hujurat : 6)


~RESUME~

Hari ini kita belajar, siapapun yang bersungguh-sungguh dalam perjalanan kebaikan, maka dia akan mendapatkan garansi petunjuk yang Allah berikan kepada mereka yang bersungguh-sungguh. Siapapun hari ini yang sedang hijrah, bersungguh-sungguhlah sampai Allah memberikan kepadamu petunjuk. Siapapun yang sedang berbakti kepada orangtuanya, bersungguh-sungguhlah sampai Allah akan memberikan petunjuk. Karena siapapun yang istiqomah serta bersungguh-sungguh pada jalan ini, sesungguhnya Allah tidak akan pernah melewatkan kecuali Allah mengiringi mereka dengan petunjuk-petunjuk yang Allah turunkan dari langit.

Disinilah kita juga mengerti bahwasanya semua yang terjadi di alam semesta ini bukan terjadi karena kebetulan dan settingan, tapi semua yang terjadi di alam ini merupakan bagian dari hikmah yang Allah tetapkan supaya kita kembali kepada Allah. Janganlah kita melihat banjir, tsunami hanyalah data dan angka yang tidak kita kaitkan kepada Allah. Terjadinya gesekan lempeng bumi, terjadinya tsunami, tidaklah itu terjadi kecuali menakuti kita supaya kita kembali kepada Allah.

Inipula yang menjadikan kita memahami bahwasanya apapun yang kita dengarkan, maka pastikan kita bertabayyun. Dan tabayyun itu sejatinya dengan dua langkah: pastikan apa yang kita dengar dan apa yang kita lihat betul-betul terjadi dan pastikan bahwasanya yang terjadi adalah sesuai dengan konteks kejadian yang sebenarnya sehingga kita tidak sampai salah mengambil kesimpulan di dalam menyikapi saudara kita.

Semoga Allah merahmati kita.



Sabtu, 29 Agustus 2020 / 10 Muharram 1442
(Hari ke 10 di "Journey with Qur'an" Classroom)

Kaidah 21 - 22 - 23

Bismillaah...

Kaidah 21 = Orang-orang Benar (At-Taubah : 119)
Kaidah 22 = Pahala (Yusuf : 88-90)
Kaidsh 23 = Pintu yang Benar (Al Baqarah : 189)


~RESUME~

Hari ini kaidah Quran memberitahukan kepada kita bahwasanya kejujuran itu ibarat kapal yang menghantarkan kita kepada dermaga keselamatan. Karena kejujuran berbanding lurus dengan fitrohnya kehidupan manusia.

Imam syafi'i, diterangkan oleh ibnu Ma'in, muridnya, "Kalaulah kedustaan itu diperbolehkan, pastilah kewibawaan Imam Syafi'i yang menjadikan dia tidak berbohong".

Imam Auza'i pun berkata, "Kalaulah ada seruan di langit yang mengatakan diperbolehkan untuk berdusta, maka saya pun enggan untuk berdusta, karena kehinaan yang terletak pada kedustaan."

Kejujuran di dalam bisnis: mendapatkan kepercayaan dari customer dan bisa merumuskan kesuksesan di dalam kita berbisnis. Kalaulah di dalam urusan bisnis ternyata bisa sukses dengan apa yang kita lakukan ketika kita melakukan kejujuran, terlebih lagi dalam urusan akhirat kita tergantung kepada kejujuran kita. 

Kejujuran dalam perkataan, kejujuran dalam keyakinan dan kejujuran di dalam perbuatan.

Inilah pula yang menjadikan kita memahami bahwasanya bukan hanya kejujuran yang kita perlukan, tapi kesabaran dan ketaqwaan pun juga kita perlukan. Banyak orang yang menyangka sabar itu cukup, SALAH. Sabar itu sejatinya belum cukup sampai mereka bertaqwa. Bukankah maling banyak yang bersabar? Bukankah koruptor banyak yang bersabar? Tetapi orang yang beriman adalah mereka yang sabar dan bertaqwa, karena sejatinya kesabaran dan ketaqwaan saling memanggil dan bergandengan mesra.

Inipula yang menjadikan kita mendapatkan sebuah kaidah agung, datangilah sesuatu sesuai dengan pintunya. Temukan apa yang kita harapkan ketika kita menempuh seluruh prosesnya. Datangilah Allah dengan ilmunya karena Allah itu diibadahi dengn ilmu. Pastikan pula pasangan-pasangan hidup kita baik, ketika kita selalu tidak pernah berhenti berproses untuk menjadi baik. Karena segala sesuatu tergantung  pada proses yang kita tempuh sampai kita mendapatkan apa yang kita inginkan.


Jumat, 28 Agustus 2020 / 9 Muharram 1442
(Hari ke 9 di "Journey with Quran" Classroom)

Kaidah 18 - 19 - 20

Bismillaah...

Kaidah 18 = Rencana Jahat (Fatir : 43)
Kaidah 19 = Hukum Qishaash (Al Baqarah : 179)
Kaidah 20 = Dihinakan Allah (Al Hajj : 18)


~RESUME~

Hari ini Allah mengajari kita melalui kalam-Nya. Siapapun yang berjalan di atas kebenaran, sesungguhnya kebenaran tidak pernah mendekatkan ajal, sebagaimana kebenaran tidak pernah menjauhkan rezeki. Orang yang berjalan di atas kebenaranpun harus memaklumi ketika satu-persatu banyak orang yang menjadi musuhnya ketika ingin untuk memadamkan kebenaran yang dia usung. Ada di antara mereka yang membuat makar, tapi Allah menjamin dan menggaransi, siapapun yang membuat makar kepada mereka yang beriman kepada Allah tidaklah makar itu kecuali kembali kepada diri mereka sendiri.

Allah juga mengajari kita bahwasanya qishash itu terdapat kehidupan. Sesungguhnya efektifitas hukum Allah itu selalu jauh lebih tinggi daripada efektifitas hukum yang dibuat oleh manusia. Persentase negara yang menerapkan hukum qishash, jauh lebih mampu menekan angka pembunuhan dibandingkan negara-negara yang tidak menjalankan hukum qishash. Bukankah logika dan akal kita menerima, mata dibalas dengan mata, hidung dibalas dengan hidung, nyawa dibalas dengan nyawa, untuk menunjukkan kepada kita, hukum Allah itu sejatinya mewakili semua kebaikan pada kehidupan manusia.

Ditambah lagi, Allah juga mengajari kita, bahwasanya kehinaan itu bukanlah mereka yang miskin lagi papa, tapi kehinaan adalah mereka yang melampaui batas ketika melanggar larangan-larangan yang telah dibuat oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Inilah yang menjadikan kita harus senantiasa mengukur posisi kita, supaya posisi kita tidak semakin jauh dari Allah, ketika kita mudah bermaksiat kepadanya dalam kehidupan kita. Semoga Allah membimbing kita dan memuliakan kita dengan ketaatan yang kita lakukan.

Kamis, 27 Agustus 2020 / 8 Muharram 1442
(Hari ke 8 di "Journey with Quran" Classroom)

Kaidah 15 - 16 - 17

Bismillaah...

Kaidah 15 = Kesudahan yang Baik (Al A'raf : 128)
Kaidah 16 = Buruk & Baik (Al Maidah : 100)
Kaidah 17 = Kuat Terpercaya (Al Qashash : 26)


~RESUME~

Allah memberikan kepada kita angin segar di tengah panjangnya pengorbanan dan perjuangan yang harus dilakukan. Perjuangan untuk mencari harta yang halal, perjuangan untuk mendidik anak-anak kita, perjuangan untuk membela kebenaran serta menghadapi orang-orang yang benci kepada kebenaran, ketika mereka berjejer kepada kebathilan. Ayat yang memberikan kesegaran layaknya angin segar di tengah cuaca yang begitu terik, yaitu adalah ketika kita menjumpai Allah mengatakan, "Wal aqibatu lil muttaqin ”, “Sesungguhnya kesudahan yang baik itu hanyalah bagi mereka yang bertaqwa kepada Allah”.

Inilah yang menjadikan kita, hari ini siapapun yang sedang berjalan menuju kepada pengorbanan yang dia berikan kepada Allah, ada yang sedang berjuang meninggalkan harta yang haram, ada yang sedang berjuang untuk mendidik istrinya, ada yang berjuang untuk mendidik anaknya, ada yang berjuang untuk berbakti kepada orang tua. Perhatikanlah, Allah memberikan kabar gembira, sesungguhnya kesudahan yang baik itu hanyalah milik orang-orang yang bertaqwa.

Disinilah pula kita menjumpai bahwasanya tidak ada orang yang paling layak untuk memimpin kita di dalam kebaikan dan tidak ada orang yang layak untuk mengarahkan kita kepada ketaatan, dari orang yang kita jadikan pemimpin dan imam dalam setiap kegiatan kebaikan kita kecuali mereka memiliki sifat dua, yaitu adalah mereka yang kuat dan mereka yang amanah. Bukankah Nabi Sulaiman adalah kuat dan amanah, bukankah Umar bin Khattab kuat dan amanah, bukankah Abu Bakar itu adalah kuat dan amanah. Jangan menyerahkan urusan agama ini, yang kita daulat menjadi orang yang akan kita ikuti dalam kebaikan kecuali mereka memiliki sifat kekuatan dan keamanahan.
Semoga anak-anak kita akan menjadi kader-kader Islam yang mereka memiliki karakter kekuatan dan rasa amanah dalam diri mereka, supaya memberikan kontribusi kepada agama Allah.



Rabu, 26 Agustus 2020 / 7 Muharram 1442
(Hari ke 7 di "Journey of Quran" Classroom)

Kaidah 12 - 13 - 14

Bismillaah...

Kaidah 12 = Indikator Mulia (Al Hujurat : 13)
Kaidah 13 = Orangtua & Anak (An Nisa' : 11)
Kaidah 14 = Hawa Nafsu (Al Qashash : 48 - 50)


~RESUME~

Islam itu merupakan ajaran langit yang menyamakan seluruh kehidupan manusia. Antara yang putih ataupun hitam, apapun jabatannya, dan apapun finansial yang mereka miliki, kaya ataupun miskin, semuanya memiliki kedudukan yang sama. Yang membedakan cuma satu: bagaimana nilai ketaqwaan mereka di hadapan Allah. Itupun hanya Allah yang mengetahui dan bukan manusia yang mengetahuinya.

Perhatikan Bilal, kenapa Bilal begitu teguh mengucapkan kata ”Ahadun Ahad”, walapun ditindih batu oleh Umayah Bin Kholaf? Karena dia tahu bahwasanya di dalam keislaman, dia dimuliakan. Makanya ketika Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam memasuki kota Mekkah dengan kemenangan besar, siapa yang diberikan amanah untuk mengumandangkan adzan? Yang diberikan amanah adalah Bilal, padahal itu merupakan peristiwa besar. Proklamasi kemerdekaan Rasulullah ketika memasuki kota Mekkah, mengajarkan kepada kita bahwasanya sebelum orang dan manusia hari ini berbicara tentang kemanusiaan dan persamaan hak di antara seluruh manusia, Islam menjadi terdepan ketika selalu menempatkan setiap manusia sesuai dengan keadaannya dan tidak membedakan mereka kecuali dengan ketaqwaan-ketaqwaan yang ada.

Ini pula yang kita akhirnya dapati, bahwasanya kalaulah kita menjumpai ada manusia yang tidak menerima kebenaran, sejatinya bukan karena mereka tidak memahami kebenaran. Karena sejatinya kebenaran telah disampaikan oleh Allah, Dzat Yang Maha Ilmu dengan begitu gampang dan sederhana, yang mana setiap orang sejatinya begitu mudah memahami kebenaran. Kalaulah kita hari ini melihat ada orang di luar panggung kebenaran dan mereka tidak merespon kebenaran, pastikan bukan karena mereka tidak mengerti kebenaran dan jalannya, tapi sejatinya karena mereka mengikuti hawa nafsu.

Semoga kita termasuk orang-orang yang senantiasa diberikan oleh Allah kekuatan untuk mengendalikan nafsu, supaya nafsu ini mengarah kepada ketaatan.



Selasa, 25 Agustus 2020 / 6 Muharram 1442
(Hari ke 6 di "Journey of Quran" Classroom)

Minggu, 30 Agustus 2020

Kaidah 10 - 11

Bismillaah...


Kaidah 10 = Menolong Agama (Al Hajj : 40)
Kaidah 11 = Fenomena Sihir (Thaha : 69)


~RESUME~

Allah mengarahkan kita pada dua kaidah yang kita kaji pada hari ini, bahwasanya orang yang besar itu adalah mereka yang memikirkan sesuatu yang besar, bukan sesuatu yang remeh-temeh dan recehan. Sesuatu yang besar itu adalah agama Allah. Sesuatu yang remeh-temeh itu adalah dunia dan seisinya serta pernik-perniknya.

Siapapun yang memikirkan sesuatu yang besar yang sejatinya akan membantu karir dia nanti di akhirat, itulah sejatinya orang-orang yang akan diberikan pertolongan oleh Allah. Tidak mungkin Allah akan menolong kehidupan kita di akhirat ketika kita tidak pandai untuk menolong agama Allah di atas muka bumi. Bukan karena Allah itu membutuhkan kita, bukan karena Allah itu lemah, sejatinya Allah Maha Kuat, tetapi Allah jadikan berbagai macam perkara untuk menjadi perjuangan bagi kita supaya Allah tahu siapa yang mencintai agama ini dan siapa yang membenci agama ini ketika tidak mau membela dan menegakkan agama Allah. Semoga kita hidup di antara visi dan misi besar kehidupan seorang mukmin, yaitu adalah menjadi besar dengan membantu agama Allah. Inilah yang menjadikan kita memahami betapa pentingnya membantu agama Allah dalam kehidupan kita.

Ini pula kita mendapatkan bahwasanya tukang sihir sehebat apapun mantra yang dia ucapkan, sehebat apapun ilmu hitam yang dia kuasai, sesungguhnya Allah mengabarkan kepada kita sebuah keimanan yang tidak perlu kita ragukan. Sesungguhnya tidak akan pernah beruntung tukang sihir. Siapapun yang bersandar kepada Allah, siapapun yang

mereka beriman kepada Allah dan siapapun yang membentengi dirinya dengan ayat-ayat Allah dan dzikir-dzikir yang diajarkan oleh Nabi, seluruh mudharat yang disampaikan dan dilakukan oleh tukang sihir sejatinya akan patah sebelum sampai kepada kita. Kalaupun kemudharatan kita dapatkan bukan karena kuatnya tukang sihir, tapi sejatinya karena itu merupakan bagian takdir yang Allah berikan kepada kehidupan kita.

Semoga kita selalu merasa kuat dengan ayat-ayat yang Allah berikan kepada kita, karena tongkatnya tukang sihir tidak akan pernah berkutik dihadapan ayat-ayat Allah.


Senin, 24 Agustus 2020 / 5 Muharram 1442 

(Hari ke 5 di "Journey with Quran" ClassRoom)

Kaidah 08 - 09

Bismillaah...

Kaidah 8 = Memikul Dosa (Az-Zumar : 7)
Kaidah 9 = Laki-laki & Perempuan (Ali Imran : 37)

~RESUME~

Hari ini kita belajar, bahwasanya siapapun yang terlibat suatu masalah maka bijaklah menyikapi satu masalah yang timbul. Jangan melebar dan jangan memberikan hukuman kepada seseorang yang sejatinya tidak terlibat dengan masalah yang kita hadapi.

Belajarlah kepada Rasulullah, Rasulullah bermusuhan dengan Abu Jahal, tapi Rasulullah tidak memusuhi putranya yaitu adalah Ikrimah, dan justru Ikrimah menjadi pembela Rasulullah. Rasulullah diusir oleh penduduk Thaif tapi Rasulullah tidak dendam kepada keturunan-keturunan Thaif yang sejatinya mereka di masa mendatang, beriman dan membantu serta membela Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam.

Inilah yang menjadikan seorang mukmin, siapapun yang sedang terlibat masalah dengan kita, fokuslah kepada mereka yang membuat masalah dengan kita, tidak perlu kita membawa masalah itu kepada seseorang yang sejatinya tidak terlibat pada pusaran masalah tersebut. Kadang-kadang kita punya masalah di kantor, tetapi kita membawa masalah itu, kita limpahkan dan kita lampiaskan kepada anak dan istri kita yang sejatinya tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi. Kita bermusuhan dengan teman kita, tetapi yang kita musuhi anaknya, istrinya, keluarga besarnyapun ikut-ikutan kita musuhi, padahal mereka tidak tahu apa yang sedang terjadi di antara kita dengan teman kita. Inilah yang menjadikan kita mendapatkan, belajarlah menyikapi masalah sesuai dengan konteksnya.


Di sini pula kita mempelajari bahwasanya laki-laki dan perempuan sejatinya memang berbeda. Allah menjadikan laki-laki dan perempuan berbeda bukan untuk saling membedakan, tetapi justru saling mengisi. Bukankah matahari indah ketika digantikan rembulan sebagaimana laki-laki itu akan dipahami keagungannya ketika ada seorang wanita.

Jangan membuat sesuatu yang sama yang sejatinya tidak pernah sama. Ketika kita paham bahwasanya laki-laki dan perempuan itu tidak sama, kita akan tahu bagaimana cara memperlakukan anak kita yang perempuan, tentunya tidak sama memperlakukan anak kita yang laki-laki. Semuanya sudah disampaikan secara tuntas di dalam Al-Qur’an supaya kita bijak menyikapi apapun yang ada di sekitar kita.



Ahad, 23 Agustus 2020 / 4 Muharram 1442
(hari ke 4 di "Journey with Quran" Classroom)

Sabtu, 29 Agustus 2020

Kaidah 05 - 06 - 07

Bismillaah...


Kaidah 5 = Kerusakan Dusta (Thaha : 61)

Kaidah 6 = Perdamaian (An-Nisa : 128)

Kaidah 7 = Menyalahkan Orang Lain (At-Taubah : 91)


~Resume~

Hari ini kita belajar bahwasanya Islam menempatkan perdamaian pada posisi yang agung. Semangatnya Islam adalah mempersaudarakan dan persaudaraan tidak akan pernah terbentuk kecuali adalah menumbuhkan perdamaian diantara manusia.

Dusta itu tercela, kecuali dusta ketika ingin mendamaikan hati yang bertikai. Siapapun yang hari ini melihat keluarganya, ayah dan ibunya bertengkar, melihat teman-teman circle-nya bertengkar dan berselisih, melihat teman-teman kajiannya saling bersalah paham antara satu dengan yang lainnya, pastikan bahwasanya kita mendamaikan di antara mereka, karena mendamaikan hati di antara manusia itu lebih besar dari pahala sholat, pahala shodaqoh dan pahala puasa.

Jadilah kita sebagaimana air yang mengademkan, jadilah sebagaimana jarum yang merekatkan. Jangan menjadi api yang sifatnya membakar, jangan pula menjadi gunting yang sifatnya mengoyak.

Hari ini kita juga belajar bahwasanya dalam kehidupan kita, di dalam kehidupan berinteraksi, janganlah menuntut kesempurnaan. Allah terkadang hadirkan orang-orang yang telah berbuat baik tapi terkadang mereka memiliki kekurangan-kekurangan. Miliki sifat empati pada kekurangan-kekurangan saudara kita, karena sesungguhnya Allah akan kirimkan orang-orang yang empati pada kekuranganmu, ketika kita juga melangkah di dalam kekurangan dan kesalahan. Sesungguhnya menuntut kesempurnaan itu wajar, tetapi memiliki sifat empati atas kekurangan dan kesalahan setelah mereka berbuat baik dalam interaksi sosial bersama dengan kita itu adalah hukumnya wajib. Allah memaklumi keterbatasan yang dimiliki para sahabat ketika mereka tidak bisa mengikuti perang tabuk disebabkan Allah tahu siapa yang memiliki keterbatasan dan Allah memaklumi itu.

Semoga kita senantiasa memiliki sifat memaklumi, seni memaklumi di antara manusia ketika kita berinteraksi dan semoga kita senantiasa memaklumi atas segala kekurangan orang lain supaya Allah kirimkan orang-orang yang juga memaklumi kekurangan kita.


Sabtu, 22 Agustus 2020 / 3 Muharram 1442 H

Jumat, 28 Agustus 2020

Kaidah 03 - 04

Bismillaah...

Kaidah 3 = Keutamaan Dia (Al Baqarah : 237)

Kaidah 4 = Nilai Kejujuran (Al Qiyamah : 14-15)


~Resume~

Sadarkah kita, orang yang hadir dalam semesta mungil kehidupan keluarga kita, dari pasangan hidup kita, mereka pasti memiliki kekurangan dan kesalahan sebagaimana kita memiliki kekurangan dan kesalahan. Tapi, walaupun ada kesalahan dan kekurangan, mereka adalah orang-orang yang sejatinya pernah menggoreskan kebaikan dalam kehidupan kita. Mungkin kita pernah merasakan gelombang-gelombang kekecewaan, tapi bukankah pasangan hidup kita, pernah membawa bunga yang membuat kita tersenyum?!

Perhatikanlah, orang yang telah berusaha untuk mencarikan rezeki untuk kita, walaupun mereka pernah salah, tapi bukankah dia telah memberikan rezeki yang terbaik untuk keluarganya?!

Perhatikanlah istri kita, walaupun mungkin mereka melakukan kesalahan, bukankah mereka yang telah melahirkan anak-anak kita dan bertaruh dengan nyawanya?!

Orang yang terbaik adalah mereka yang senantiasa menggores kebaikan selayak memahat gambar di atas batu. Siapapun yang baik adalah mereka yang senantiasa mengingat kesalahan sebagaimana dia menulis di atas air yang cepat akan sirna.

Itulah sejatinya orang yang senantiasa berada dalam pusaran kebaikan, adalah mereka yang mengingat kebaikan dari orang-orang di sekitarnya.

Tahukah kita pula, bahwasanya, kehidupan kita akan berbanding lurus dengan kemuliaan, ketika kita jujur kepada diri kita sendiri. Mungkin CCTV luput untuk merekam kita, mungkin orang lain tidak tahu bagaimana hinanya dan tercelanya diri kita. Tapi jujur, setiap orang adalah mengerti tentang kekurangan dan kesalahan yang dia lakukan.

Orang yang senantiasa memperhatikan dirinya, maka dia akan merasa hina dengan amal yang telah dia perbuat.

Siapapun yang jujur dengan dirinya, akan menjadikan dia gampang untuk beristighfar dan bertaubat kepada Allah. Dan siapapun yang jujur kepada dirinya, akan meraih tawadhu' dan terhindar dari sifat ujub pada ibadah dan amal yang dia kerjakan.

Inilah yang menjadikan kita memahami, kaidah yang ketiga dan yang keempat, janganlah engkau lupa kebaikan orang di sekitarmu, dari pasangan hidupmu dan yang lainnya, dan janganlah engkau lupa untuk mengawasi dirimu sendiri bahwasanya engkaulah saksi atas seluruh kesalahan yang kamu lakukan, ketika manusia luput untuk melihat kesalahanmu.


Jum'at, 21 Agustus 2020 / 2 Muharram 1442 H

Kamis, 27 Agustus 2020

Kaidah 01 - 02

Bismillaah

Kaidah 1 = Berkata yang Baik (Al Baqarah : 83)

Kaidah 2 = Pola Pikir (Al Baqarah : 216)


~ RESUME~

Disinilah kita harus memahami bahwasanya kaidah langit meletakkan sebuah petunjuk yang pertama yang penting untuk kita. Bahwasanya setiap insan tidak akan pernah mencapai kualitas dirinya dan kualitas hidupnya sampai memperhatikan apa yang dia ucapkan dan apa yang dia sampaikan.

Siapapun yang mereka senantiasa memperhatikan ucapannya, sejatinya dia sedang memperhatikan bagaimana kedudukan dia di syurga. Siapapun yang mereka tidak pernah memperhatikan dan justru melalaikan apa yang dia ucapkan, apa yang dia tulis pada jempolnya, maka sebenarnya dia sedang mengatur kedudukan bangkunya di neraka.

Rasulullaah shallallaahu 'alaihi wasallam memberikan jaminan, siapapun yang menjaga dari apa yang keluar dari mulutnya dan apa yang keluar dari kemaluannya, siapapun yang menjaga pada kedua lubang itu, maka tidak ada tempat baginya kecuali adalah syurga dan ridhonya Allah.

Inilah yang menjadikan kita mengetahui, berkatalah yang baik, karena alam di sekitar kita bereaksi dengan ucapan kita, baik yang baik ataupun yang buruk. Ucapkanlah yang baik, karena sesungguhnya penduduk langit itu selalu mengaminkan apapun yang kita ucapkan, baik itu sesuatu yang sifatnya mulia ataupun sesuatu yang sifatnya tercela.

Ucapkanlah yang baik karena engkau akan dijauhkan dari api neraka bukan hanya semata-mata karena sholat dan bukan karena semata-mata sedekah. Dijauhkannya kita dari neraka ketika kita senantiasa menjaga ucapan kita, ketika kita memiliki sifat layyin dan layyin itu adalah kelembutan dalam bertutur kata.

Inilah yang menjadikan setiap mukmin, mukmin itu identitasnya banyak, tapi salah satu identitas orang yang beriman adalah mereka yang senantiasa berkata yang baik. Kepada Allah berkata yang baik, kepada orang yang beriman berkata yang baik, kepada orang-orang fakir, dan berkata yang baik pula kepada pelaku maksiat ketika mereka harapkan supaya mereka tetap mendapatkan hidayah walaupun mereka sedang tenggelam dengan dosa dan kemaksiatannya.

Ditambah lagi, selalu berprasangkalah yang baik kepada Allah. Kelapangan hati kita ditentukan bukan dengan banyaknya harta, tapi kelapangan hati kita ditentukan ketika kita berprasangka yang baik. Bisa jadi ada sesuatu yang pahit, tetapi sejatinya akan manis di masa mendatang. Bukankah banyak makanan pahit, bukankah banyak minuman yang pahit, jamu dan sebagainya, tapi ujung dari semua makanan pahit dan tidak gurih, terkadang justru berujung manis pada kesehatan kita yang prima di masa tua. Tapi sebaliknya, berapa banyak makanan lezat, gurih, yang selalu kita nikmati di masa muda, tapi ternyata ujungnya itu adalah tidak baik dalam kehidupan tua kita kelak.

Inilah yang menjadikan pula kita memahami, bisa jadi ada takdir yang sejatinya buruk, bisa jadi ada takdir yang sejatinya tidak kita sukai, tapi justru ada kebaikan yang Allah berikan. Bisa jadi ada sebuah takdir yang sebenarnya kita sukai tapi justru sejatinya itu adalah buruk untuk kita. Bukankah Rasulullaah terusir dari kota Madinah itu tampaknya buruk, tapi justru di kota Madinah Allah memenangkan agama ini dan Allah menjadikan Rasulullaah kembali ke kota Mekkah selama 10 tahun di Madinah dengan cara yang luar biasa.

Tunggulah di ruang tunggu kehidupan, karena sesungguhnya setiap goresan takdir yang Allah berikan kepada kita sejatinya tidak pernah salah dan sejatinya tidak pernah dzolim kepada setiap manusia.

Baarokallaahu fiikum. Semoga kita hidup pada kaidah ini, yang pertama dan yang kedua, menghiasi setiap langkah kehidupan kita.


Kamis, 20 Agustus 2020 / 1 Muharram 1442 H

Minggu, 23 Agustus 2020

Muqaddimah Journey With Quran

Bismillah...

Sesungguhnya tidak ada yang mempertemukan kita pada kajian ilmu secara virtual ini kecuali semata-mata karena Allah. Semoga Allah selalu memperjumpakan kita di dalam kebaikan. Semoga kita senantiasa menjadi orang yang dipersaudarakan oleh Allah subhanahu wata’ala. 

Berbicara tentang program yang akan kita selami, bagaimana sensasi menghabiskan satu kitab “50 Kaidah Penting dalam alQuran”, tentunya saya ingin menyampaikan prolog. Prolog ini penting karena akan membantu dan memotivasi kita supaya memudahkan kita untuk memahami setiap kaidah-kaidah yang akan kita kaji dan pelajari. Prolog dan muqaddimah itu dalam segala sesuatu selalu diperlukan.

Saya akan menyampaikan prolog pada kajian Journey with Quran dengan sebuah kisah nyata yang semoga kisah ini related dengan apa yang kita pelajari. Saya pernah mendapati dalam teras kehidupan dakwah, saya pernah bertemu dengan seseorang yang menceritakan tentang salah satu circle sahabatnya. Sahabatnya ini menempuh pendidikan di luar negeri, di daerah Eropa, Amerika. Dan ketika dia pulang dari perjalanan studinya setelah menyelesaikan pendidikannya, maka beliau kembali ke tanah air tercinta, Indonesia. Suatu waktu, orang ini ditakdirkan untuk mengikuti kajian keluarga besarnya. Walaupun sebenarnya ia merupakan orang yang tidak terbiasa dengan kultur kajian. Tapi karena ini diadakan dan diselenggarakan oleh keluarganya, maka beliau ikut. Ketika beliau ikut pada kajian tersebut, diantara berbagai macam uraian yang disampaikan oleh sang ustadz, ada beberapa narasi yang sangat menyentuh hatinya.

Sang ustadz berkata, “Sesungguhnya Quran, ketika menyentuh apapun dalam lini kehidupan kita, maka Quran itu akan membentuk sesuatu yang istimewa.” Karena beliau kulturnya adalah dari studi di luar negeri yang mana sangat kuat rasionalitas dan logikanya, maka sesungguhnya dia sempat menolak apa yang disampaikan oleh sang ustadz. Dia berpegang kepada logikanya.

Tapi, entah bagaimana, ketika dia ditakdirkan untuk hamil, maka dia teringat bahwa diantara salah satu penjelasan sang ustadz, orang-orang yang hamil itu ketika membaca qur’an, akan diberikan kualitas anak yang berbeda dibanding kehamilannya yang tidak banyak berinteraksi dengan alquran. Maka ketika dia hamil, antara percaya dan tidak, antara menolak apa yang pernah ia dengarkan, dengan membandingkan semua teori yang pernah dia pelajari di dalam studinya, saling beradu.

Sampai akhirnya dia mencoba untuk membaca alquran selama kehamilannya. Tapi karena dia belum terlalu yakin, dia membacanya hanya satu kali dalam sembilan bulan. Dan ketika anak itu dilahirkan, setelah melewati beberapa bulan dan waktu, beliau mendapati bahwasanya anaknya memiliki kelebihan yang tidak ia dapatkan dari anak-anak yang seusianya. Dia sempat mengambil kesimpulan, apakah keistimewaan anak saya karena saya membacakan Quran? Karena sekali lagi, background dia sebagaimana orang yang selalu mengedepankan rasionalitas, mencoba untuk menolak itu. Tetapi tetap, bergelayut pertanyaan di dalam hatinya, apakah istimewanya anak saya ini disebabkan karena saya membacakan quran? 

Sampai beberapa waktu lamanya, akhirnya beliau ditakdirkan untuk hamil yang kedua. Beliau membaca alquran kembali dan beliau mengkhatamkan alquran selama masa kehamilannya sebanyak 3 kali (setiap 3 bulan kehamilan, ia khatam sekali). Dan ketika lahir anak yang kedua, ternyata kualitas anaknya bertambah lebih baik dan lebih maju daripada anak yang pertama (baik dan maju sesuai dengan pengetahuan yang pernah ia kaji tentang masalah anak). Dari sugesti menjadi keyakinan, apakah ini disebabkan karena interaksi saya ketika hamil bersama alquran? Pertanyaan itu tetap muncul dan belum membuahkan keyakinan penuh.

Sampai akhirnya ia beliau ditakdirkan untuk hamil yang ketiga. Dalam kehamilannya yang ketiga ini, maka beliau mencoba untuk mengkhatamkan quran setiap bulan, selama masa kehamilannya, sembilan bulan sembilan kali khatam. Ketika lahir anak yang ketiga, melewati beberapa bulan, ia mendapati anak yang ketiga memiliki keistimewaan lebih dari pada kedua kakaknya. Dan hari ini, anak yang ketiga, di usia belia sudah hafal alquran.

Disitulah akhirnya beliau menyampaikan, ternyata betul, interaksi manusia, interaksi alam semesta dengan alquran itu akan membuat suatu keistimewaan yang luar biasa. Ketika janin berinteraksi dengan alquran, maka janin pun mendapatkan keistimewaan.

Karena memang sejatinya, alquran itu bukan hanya kitab yang mana kita mendapatkan manivestasi pahala ketika kita membacanya.  Tetapi dalam kehidupan kita, hakikat dan sejatinya alquran yang Allah turunkan melalui lisan nabi dan apa yang diturunkan kepada Rasulullah merupakan kekuatan yang besar. Karena kekuatan besar dalam kehidupan manusia adalah ketika mereka bersama dengan alquran. Alquran itu tak hanya diibadahi ketika dibaca, tapi ia sejatinya kekuatan tanpa perisai yang merubah apapun.

Maka betul apa yang disabdakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di dalam hadits yang shohih,

Dari Umar RA, “Allah mengangkat derajat beberapa kaum melalui kitab ini (Alquran) dan Dia merendahkan beberapa kaum lainnya melalui kitab ini pula.” (HR. Muslim).

Maka pantas, Alquran itu adalah mu’jizat terbesar pada kehidupan manusia. Kenapa? Tahukah kita, seluruh mu’jizat para nabi dan rasul hilang bersama dengan wafatnya satu persatu para nabi dan rasul ketika mereka meninggal dunia, hilang pula mu’jizat-mu’jizat yang pernah Allah turunkan kepada para nabi dan rasul. Tapi itu tidak berlaku pada alquran. Mu’jizat yang Allah turunkan kepada nabi Muhammad itu adalah alquran, dan dashyat serta spektakulernya alQur’an itu adalah ia tidak hilang walaupun Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam meninggal dunia. Dan kita menjumpai efektivitas dari mu’jizat alquran terus berlangsung pada kehidupan manusia sampai nanti ketika matahari terbit dari arah barat.

Kita perhatikan beberapa hal, untuk menambah keimanan kita bahwasanya alquran itu mu’jizat terbesar pada kehidupan manusia (perhatikan video). Video ini menceritakan tentang sosial experiment: orang-orang yang diperdengarkan alquran di negeri Eropa, dimana negeri itu negeri yang subur dengan Islam phobia, banyak diantara masyarakatnya sama sekali tidak pernah mengenal Islam dengan pemahaman yang benar dan mereka tidak pernah mendengarkan quran. Perhatikan, ketika mereka mendengarkan alquran dari orang yang memperdengarkan alquran di telinga mereka pertama kali. Ada yang duduk, ada yang nangis, ada yang termenung, bahkan ada yang berkomentar “Ini instrumen terindah yang pernah saya dapatkan dalam hidup”. Inilah mukjizat alquran, sampai mereka yang tidak beriman yang notabene mereka tidak pernah mendengarkan alquran, tetapi justru mereka merasakan dahsyatnya alquran itu menyentuh pada dinding hati mereka. Dan bukankah kita juga merasakan langsung mukjizat alquran? Berapa kali kita sering menangis ketika kita berdiri di belakang imam yang begitu merdu, hafal quran ketika membacakan quran dalam sholat-sholat panjang yang kita pernah lalui, lalu meneteskan air mata walaupun kita tidak paham maknanya secara detail. Karena quran spektakuler menjadi kekuatan yang besar, bukan hanya mengubah kejayaan, tetapi sesungguhnya quran pun menyentuh dinding hati paling terdalam pada diri manusia.

Kita lihat lagi, ada sebuah contoh yang bisa menambah keyakinan kita kepada Allah. Perhatikan video ini. Ini video lautan, terpisah dengan dua lautan dari sisi kanan dan sisi kiri, kita melihat warna yang berbeda. Tetapi ternyata mereka tidak saling melampaui diantara dua lautan itu. Sebelum kita menemukan video ini, tahukah kita? Di dalam surah Arrahman ayat 19-20, Allah sudah berfirman:

“Allah mencampurkan antara dua lautan, yang asin dan yang tawar saling bertemu yang tampak dilihat dengan mata. Antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui masing-masing.”

Ada dua lautan yang ketika bertemu, mereka tidak saling melampaui. Dan itu ada di dalam alquran, 1400 tahun yang lalu, dibawa oleh Rasul dari padang pasir, jauh dari lautan. Dan Rasul tidak pernah menyeberangi samudra tapi ternyata Rasul sudah mengabarkan bahwasanya lautan ada dua sisi yang mereka datang dengan warna yang berbeda dan tidak saling memasuki, dan itu disampaikan di dalam alquran 1400 tahun yang lalu sebelum kita melihat video ini. Disitulah kita paham, siapapun yang bersama alquran, sejatinya mereka selalu terdepan dalam setiap peradaban.

Perhatikan video kembali, kita melihat ini adalah foto sebuah gunung warna-warni di dataran China. Kita dulu tidak tahu kalau ternyata gunung itu warna warni. Tapi ternyata pada surah Fathir ayat 27, Allah menyampaikan, “Dan diantara gunung-gunung itu ada garis-garis putih dan merah yang beraneka macam warnanya dan ada pula yang hitam pekat.”

Dan ternyata itu sudah disampaikan oleh Allah, 1400 tahun yang lalu. Dan kita baru menyadarinya ketika melihat video ini, dan itu tambahan kembali bagi kita. Ternyata Quran selalu mengajak kita terdepan dalam pemikiran, bagaimana kita mengimani quran yang datang dari dzat yang maha ilmu yang tidak ada batas akhirnya dalam setiap kalam yang Allah sampaikan dalam alquran. Maka betul kata Rasulullah, Quran itu mengangkat satu kaum.

Perhatikan bangsa Arab, bangsa penggembala kambing. Anak-anak perempuan dikubur hidup-hidup, umatnya meminum khamr, perempuan-perempuannya bisa dicicipi setiap lelaki pada zaman itu. Bahkan kalau kita mengenal kultur masyarakat jahiliyah, setiap perempuan yang mau dizinahi, tinggal memasang bendera di depan rumahnya, yang dipahami setiap lelaki bahwasanya dia memasuki rumah tersebut dalam kondisi bisa untuk menikmati perempuannya. Dari bangsa dengan kultur yang semacam itu, quran menyentuh mereka. Dan ternyata, peradaban mereka berubah pesat. Tidak sampai 20 tahun, Persia rontok. Tidak sampai 50 atau 100 tahun, Romawi pun rontok, disebabkan komitmen komunitas ring pertama Rasulullah yaitu para sahabat, komitmen kepada AlQuran. Inilah saatnya, ketika kita ingin membangun puzzle-puzzle peradaban dan kemuliaan kita dihadapan sang khalik, kemuliaan kita adalah ketika kita memahami kalam Allah dalam kehidupan kita dan itulah kewajiban kita kepada alquran.

Syeikh Utsaimin berkata, “Kewajiban manusia kepada Quran itu sejatinya ada 4:

1. Membacanya (karena itu adalah bagian dari ibadah, setiap hurufnya), 2. Memahami artinya, 3. Memahami tafsir, ta’wil dan interpretasinya (persis dengan apa yang disampaikan oleh Rasulullah), 4. Tata prilaku dan sikap (persis sebagaimana petunjuk wahyu dan ilahi)”.

Dan Inilah kewajiban kita dalam kehidupan kita berinteraksi dengan alQuran supaya meningkatkan kemuliaan kita di hadapan sang khalik dan sesungguhnya alam semesta merendahkan dirinya kepada mereka yang telah menyerahkan dirinya kepada alquran.

Makanya, saya pernah kagum pada salah satu acara yang membuat saya tidak akan pernah lupa. Dulu ketika saya masih kuliah di Fakultas Syariah, saya pernah menghadiri debat antara kaum muslimin dan umat kristiani dalam sebuah debat yang ramah dan baik. Yang menarik bukan ketika masing-masing pihak menyampaikan apa yang ingin mereka sampaikan dari konsep kebenaran, tetapi yang menarik adalah ketika dibuka sesi pertanyaan, ada salah satu yang menanggapi. Pada saat itu, dia mengatakan testimoni, “Saya ini muallaf. Alasan saya masuk Islam itu sederhana. Saya mencari semua agama diantara perbedaan dan keistimewaan masing-masing agama. Lalu saya menjumpai, tidak ada agama yang mampu menjadikan setiap pemeluknya hafal kitab sucinya, dari huruf pertama sampai terakhir kecuali itu hanya saya dapatkan di dalam Islam. Dan yang hafal alquran di dalam Islam bukan satu dan dua, ratusan ribu yang tersebar dari ujung timur sampai ujung barat. Dan tidak ada kitab yang sampai dijadikan mudah oleh penciptanya untuk dihafalkan oleh pemeluknya kecuali itu hanyalah alquran.” Lalu beliau menantang dengan lembut. Tantangan itu adalah ketika beliau berkata, “Apapun agama yang bisa memberikan bukti kepada saya bahwasanya kitab suci mereka dihafalkan oleh pemeluknya sebagaimana kami menghafalkan alquran dari huruf pertama sampai huruf yang terakhir, maka saya siap untuk murtad dari agama ini dan memindahkan agama saya kepada agama itu.” Dan tantangan itu, senyap, tidak terjawab. Karena memang sejatinya tidak ada kitab suci yang paling benar, yang asli, kecuali alquran yang Allah mudahkan bagi setiap hamba dan mahkluknya untuk menghafalkannya, karena disitulah kunci peradaban kita.

Inilah yang membuat kami ingin membahas sisi-sisi yang ada dalam alquran, yang related dan berkaitan langsung dengan kehidupan kita, supaya betul-betul kehidupan kita, referensinya bukan referensi abal-abal dari manusia. Referensinya bukan abal-abal dari mereka yang tidak beriman dan bukan bersumber kepada dzat yang maha ilmu. Kita ingin kembali berinteraksi dengan alquran dalam kehidupan kita, karena kebahagiaan kita terletak pada kebahagiaan kita bersama alquran. Siapapun yang bersama alQuran, maka akan mulia. Bukankah quran ketika malaikat Jibril menurunkan, ia menjadi malaikat yang paling mulia. Bukankah malam ketika Allah menurunkan alquran menjadi malam yang paling mulia, yaitu malam lailatul Qadr. Bukankah bulan ketika Allah menurunkan alquran menjadi bulan yang paling mulia, yaitu bulan Ramadhan. Dan bukankah lelaki yang paling mulia adalah lelaki yang padanya diturunkan alQuran, yaitu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

Inilah sebab kami membahas sisi kecil diantara samudera kebenaran dalam alquran supaya kita paham, kemajuan dan kualitas hidup kita tidak terletak pada teori-teori yang disandarkan kepada manusia, tetapi kemuliaan kita yaitu ketika hidup kita bersandar pada kalam ilahi, Rabb yang menguasai alam semesta. 

Selamat datang di program Journey of Quran, semoga kita mendapatkan keberkahan dalam setiap lembaran-lembaran yang akan kita kaji dan menumbuhkan keberkahan dengan perbuatan nyata sesuai dengan apa yang Allah cintai dan ridhoi.


Journey With Quran

oleh: Abu Bassam Oemar Mita, LC. -Hafidzahullah-

Kamis, 20 Agustus 2020 / 1 Muharram 1442 Hijriyah


#catatanraidahmuharrikah #catatanjourneywithquran #journeywithquran #syameelaseriesclassroom

Sabtu, 22 Agustus 2020

School From Home (SFH)

 Bismillaah...

Kalau lagi hari sekolah, waktu ku terbagi 4, sesuai jumlah anak 😷.

Pagi, siang, sore, malam. Anak-anak bergantian diajar, tergantung siapa yang duluan siap atau materi siapa yang lebih duluan ada di grup masing-masing.

1 anak biasanya 2-3 pelajaran. 1 pelajaran butuh waktu paling cepat setengah jam. Setengah jam itu full diajar atau kerja tugas, gak ada adegan bujuk membujuk, ngambek, marah, istirahat, guling-guling, tantrum, bertengkar sama (saudaranya) yang mengganggu, izin urus Hanin yang lagi di WC, atau izin mau minum sebentar padahal lamaaaa dan setelahnya ntah hilangnya kemanaaaaa gitu.

Kalau berjalan mulus di ketiga anak, paling cepat biasanya selesai di jam 3 menjelang sore. Kalau tidak, siap2 berdagang 😂 eh begadang.

Trus malamnya, akan berefek di suara yang serak, tenggorokan sakit, lelah (pake banget) yang ujung-ujungnya kepala juga ikutan sakit. Mau ngeluh? Iyaaa... dan itu normal kan?!

Tapi, ingat, ini ladang pahala yang Allah bentangkan, tinggal kita yang harus berjuang melewatinya.

Susah? Iya. Tapi, kita mau salahkan siapa? Mau salahkan gurunya/sekolahnya? Memangnya yang punya anak siapa?

Mau salahkan keadaan? Tidak mungkin juga karena semuanya adalah takdir Allah yang harus kita jalani, suka ataupun tidak. Menyalahkan keadaan sama dengan menyalahkan Allah.

Lalu bagaimana?

Jalani dengan sabar dan ikhlas, niatkan sebagai pahala buat kita dalam mendidik anak. Berat? Sudah tentu. Apalagi yang "sendirian". Kalau ada pasangan, mungkin semua rasa bisa kita bagi biar gak berat sendiri, gak stress sendiri. Tapi kalau sendiri? Jangan lupa ada Allah, sebaik-baik tempat curhat dan penolong dalam setiap urusan.

Juga selalu ingat tanggung jawab kita sebagai orang tua. Kelak kita akan ditanyai tentang anak kita, tentang apa yang kita tanamkan pada diri mereka.

Ingat saja SYURGA, maka hatimu akan selalu lapang menerima setiap kepayahan dalam hidup. Karena,

Ù„ِّÛŒُدۡØ®ِÙ„َ ٱلۡÙ…ُؤۡÙ…ِÙ†ِینَ ÙˆَٱلۡÙ…ُؤۡÙ…ِÙ†َÙ€ٰتِ جَÙ†َّÙ€ٰتࣲ... 

Allah masukkan "Syurga" ke dalam hati orang beriman (laki-laki dan perempuan),

yang dengannya hati orang beriman akan menjadi tenang.

Lalu kebaikan apalagi yang kita cari setelah Allah menjanjikan syurga?


Samata, 20 Agustus 2020

Jumat, 07 Agustus 2020

Tak Ingin Berlalu

Bismillaah...

Belum kelihatan kapan pandemi ini berakhir. Kapan Allah akan cabut ujian ini dari kita semua. Tapi satu yang perlu diingat, anak anak di rumahmu, tidak akan selamanya. Pandemi atau tidak, berangsur-angsur kita akan menyesuaikan. Perlahan tapi pasti, pondok-pondok pesantren mulai dibuka. Sekolah dgn protapnya sdh mulai masuk. Mau tidak mau. Semua dengan caranya masing-masing.               

Tidak sadar kita, bahwa 4 bulan terakhir ini, kita telah ‘dihadiahi’ Allah anak-anak kita kembali. Semua kumpul di rumah. Lengkap dengan riuh rendahnya, berantem dan belajarnya. Iseng dan bercandanya. Makan yang tiada hentinya. Kelihatannya ruame puol nggak habis habis. 

Stock makanan harus ditambah terus, belum cemilan. Rumah rapi hanya semenit dua, tenang jika semua sudah terlelap saja. Rasanya lelah. Kita ingin semua segera berakhir, kembali normal seperti sediakala.

Benarkah?

Mau kembali lagi seperti sediakala?

Tidak akan kehilangan semua keriuh rendahan ini? Persis seperti ketika mereka masih kecil dulu.

Sebagaimana pandemi ini menyergap kita tanpa peringatan dan tiba-tiba. Semua keseruan ini juga perlahan akan tiada. Rumah kembali sepi dan bersih. Seterusnya.. hingga kita tua.

Well, mungkin pada kumpul setahun dua kali saja.

Benarkah? 

Kita mau menggantikan kehangatan ini dengan segera?

Seperti lagu kemesraan yang pernah kondang, untuk saya “kemesraan ini.. janganlah cepat berlalu. Kemesraan ini, ingin kukenang selalu.”

Saya tahu ini nggak akan lama, cepat atau lambat, mereka akan kembali mengepakkan sayapnya, meninggalkan sarangnya.

Saya ingin menggunakan hadiah dari Allah ini untuk menikmati mereka, tertawa atas lelucon-lelucon dan perbuatan lucunya. Menikmati memeluk mereka kapan saja, sambil berbisik ke telinganya “Mama sayang kamu selamanya ya.. kamu akan jadi anak hebat ya nak. Allah akan sayang senantiasa. Doa mama selalu. Jaga mama kalau sudah tua ya, I 💗 you nak.” 😢

Sungguh Allah, terima kasih akan hadiah ini. I will enjoy it while it last. Yes, this wont last forever. Enjoy your children peeps. 💗 ya’.

-Wina Risman

***

Sangat sepemikiran dengan tulisan ini. Walaupun lelah, walau tak punya waktu senggang, walau terkadang tak tidur malam karena melewati batas tidur hingga mata tak bisa terpejam, walau keriuhannya terkadang bikin sakit kepala, walau beberapa urusan lain ada yang terbengkalai, saya sangat menikmati masa pandemi ini. Inginnya masa ini tak akan berlalu, terus seperti ini, anak-anak belajar di rumah.

Di saat ibu lain ingin sekolah segera dibuka, saya tidak. Karena mungkin inilah cara Allah memberi waktu buat saya untuk mengajar anak-anak melalui tangan saya sendiri. Sangat berat apalagi hanya sendiri menghadapi 3 anak yang berbeda tingkatan. Belum lagi 1 balita yang juga suka cari perhatian jika kakak-kakaknya diajar, entah mau minta diajar juga, atau minta makan dan disuap, ataukah masuk ke WC berulang kali jika luput dari pengawasan.

Tapi, bukankah pahala sesuai dengan beratnya tantangan?

Maka, nikmatilah, karena waktu seperti ini hanya SEBENTAR SAJA.


Samata, 17 Dzulhijjah 1441 H / 7 Agustus 2020 M

Sabtu, 11 Juli 2020

Sang Guru Pergi...

Bismillaah...

Hari ini, saya kaget dan sediiiih sekali
Salah satu guru diwafatkan ~mendadak, tiba-tiba~, semoga beliau husnul khatimah.

Ilmu yang telah diajarkan pada kami semoga menjadi amal jariyah dan bisa mengantarkan kami pula untuk husnul khatimah. Seperti dalam setiap pelatihan, beliau mengatakan "PAZ itu bukan untuk memperpanjang usia, tetapi untuk memperbaiki kualitas hidup menuju husnul khatimah."

Melalui beliau, pikiran saya terbuka dan keindahan Islam sebagai satu-satunya ajaran sempurna yang tidak butuh tambahan (dari segi kesehatan), saya dapatkan.
"No way, back to Quran dan Sunnah, Only That", kesimpulan dari pelatihan beliau yang saya ikuti. Itulah sebab, metode ini berkesan sekali buat saya pribadi. Bukan hanya sekedar metode, tapi ia ibarat hidayah buat diri. Selama ini memang berprinsip Quran dan Sunnah adalah utama, namun kenyataannya, dalam satu sisi kita (baca: saya) malah mengabaikan. Kita hanya mengambil sebagian namun mengabaikan sebagian yang lain.

Saya merasa beruntung bisa mengikuti pelatihannya tahun lalu (2019) walau hanya sekali. Pelatihan basic yang betul-betul mengubah persepsi (awam) saya tentang kesehatan. Dan saya menyesal tidak mengikuti pelatihan lainnya. Sebenarnya ada niat untuk mengikuti lagi, qaddarullaah, pandemi datang. Hingga akhirnya sang guru pun pergi, lalu terbayanglah saat-saat beliau memberikan materi pelatihan yang tak jarang beliau seakan menahan tangis (bagian ini tuh kalau diingat bikin 😭). Beliau bersemangat sekali untuk menyebarkan ilmu ini karena beliau sangat yakin bahwa apa yang bersumber dari Quran dan Sunnah adalah yang paling benar.

Sepeninggal beliau, bermunculan-lah kisah-kisah tersembunyi dari keseharian beliau. Maasyaallah, semakin menambah kekaguman dan merasa iri. Beliau yang senantiasa mempersiapkan kematiannya, selalu bersungguh-sungguh berdoa agar ia syahid akhir kehidupannya, hingga di detik-detik kepergian beliau yang tak ingin menyentuh perkara-perkara syubhat, membuat diri ini merasa tertampar, "Kamu sudah mempersiapkan bekal apa untuk kematian dan hari abadi mu?". 😢

Apalah guna, jika semuanya tersadarkan setelah mereka pergi, selama-lamanya. Tak ada lagi tempat menimba ilmu. Dan betullah hadits Rasulullaah, "Sebaik-baik nasehat adalah KEMATIAN" dan diwafatkannya orang-orang berilmu adalah salah satu cara Allah mengangkat/menghilangkan ilmu dari manusia.

Semoga tulisan ini pun bukan bentuk ke fanatik an kami terhadap beliau, namun "katakanlah yang baik-baik saja tentang saudaramu yang telah mendahului mu", itu saja.

Semoga syurga tempat kembali kita semua.
Tempat istirahat yang abadi dengan segala kenikmatan di dalamnya.

Aamiin


#latepost
#uhmwafat

Samata...
Senin, 6 Juli 2020