Sabtu, 11 Juli 2020

Quality Time

Bismillaah...

Sebelum tidur itu sebenarnya waktu yang paling baik untuk memasukkan sesuatu ke pikiran anak-anak (dibawah 10 tahun). Bisa dibilang, quality time nya ya pada saat-saat sebelum tidur, 30-60 menit waktunya, tidak lebih. Dan usahakan, jauhkan HP/laptop/komputer dan segala sesuatu yang bisa menjadi "orang ketiga".

Kalau kita, orang tua betul-betul memanfaatkan waktu ini, maasyaallah sekali efeknya. Ada rasa bahagia buat kita (orang tua) saat anak2 bisa tertidur dengan pendampingan kita, begitupun (mungkin) dengan anak-anak. Itulah sebabnya, orang tua yang kerja mulai dari pagi hingga malam, hendaknya jangan sampai melewatkan waktu ini.

Akan kita temukan segala macam pertanyaan mereka yang begitu polos, rasa ingin tahu yang begitu besar, tanya ini tanya itu, disuruh mengulang hafalan pun mereka mau -InsyaAllah-.

Seperti hari ini, 60 menit menjelang tidur, ada banyak istilah dan kalimat-kalimat menghibur dari anak-anak yang saya dapatkan.
Ketika Hannan lagi mewarnai gambar tangan, saya mengatakan, "Cobaki gambar tangannya Hanin". Lalu Faqih bilang, "Cobaka juga gambar tangannya abi, siapa tau tangan bisa berubah jadi keNangan". Entah nyambung dimana. Lalu Ziyad dengan polosnya merajuk, "Ummi, mauka' juga jadi kenangan", dan dijawab sama Faqih, "Kalau mauki jadi kenangan toh, mati meki dulu."

😂😂😂

Kemudian, tidak lama setelah itu saya menegur Hannan, "Janganki suka pake **p**i* nah, karena nanti rusak *i***ta', itu keringmi. Liatki ini ummi, nda pernah pake **p**i* jadi bagus".
Hannan: "Ih, pernahki pake deh, waktu ta' menikah, ada foto ta', *a**** pake begitu."
"Mauki juga *a**** begitu? Menikahmeki'.. mauki kah dikasi menikah? Sama siapa?", lanjutku.
Hannan berpikir...
Saya melanjutkan, "Kalau mauki menikah sama orang yang baek, jadi baekki juga. Kalau suka ki marah-marah, nanti sama yang suka ki juga marah-marah".

Faqih dan Ziyad langsung ikut di pembicaraan. Dan berentetan lah pertanyaan seputar pernikahan, terutama seputar ummi dan abinya.
"Ummi, dimanaki' menikah?", tanya Faqih.
"Ummi, adami Faqih waktu menikahki?", tanya Ziyad, yang bikin saya tertawa 😂

Dan semua pertanyaan panjang kali lebar dan ke kepoan tingkat tinggi diakhiri dengan seruan dan perintah, "Faqih, matikan lampu. Ayo tidur smua, nanti terlambat sholat shubuh", kataku.

Setelah lampu padam, satu persatu mereka tertidur, kecuali Faqih dan saya tentunya. Saya bangun dan menuju ke rumah sebelah karena haus. Eh, ada Faqih yang ikut di belakangku.
Trus balik lagi ke kamar, Faqih nyalakan lampu yang tadinya sudah dipadamkan.
"Ummi, nda bisaka tidur kalau mati lampu, menderita mataku."

Astaghfirullaah, awalnya saya ngantuk berat akhirnya gak bisa tertidur gara2 memikirkan "mata menderita itu kayak gimana". 😂


#latepost

Samata, 3 Juli 2020

Tidak ada komentar:

Posting Komentar