Senin, 29 Juni 2009

Menuju Hari yang Lebih Bermakna

Bismillah...

Seperti biasa, matahari terbit di waktu pagi lalu terbenam di senja hari, dan sehari pun berlalu, namun ada pertanyaan baru yang patut untuk kita renungi, “Apa yang kita kerjakan untuk mengisi hari itu?” Berapa banyak hari yang berlalu, berapa banyak umur telah kita lewati, namun sedikit di antara kita yang menghitung diri, menjinakkan nafsu dengan cambuk muhasabah. Bahkan kebanyakan manusia membiarkan hari-harinya lewat, sedangkan dia tenggelam di dalam lautan kelalaian dan gelombang panjang angan-angan.

Ketika fajar menyingsing, banyak manusia yang menyambut hari mereka dengan niat yang tidak lurus. Setelah sehari terlewatkan, ketika malam menjelang, mereka kembali menuju kasur-kasur mereka dengan niat yang tiada beda pula. Seorang bijak ditanya, "Dengan niat apakah seseorang bangun dari tempat tidurnya? Maka dia menjawab, "Jangan kau tanya tentang bangunnya dulu, sehingga diketahui bagaimana dia itu tidur. Barangsiapa yang tidak tahu bagaimana dia tidur, maka tidak tahu bagaimana dia bangun."

Wahai saudaraku, perhatikan matahari yang terbit dan tenggelam. Sudahkah kau renungkan harimu yang kau lalui? Tanyakan! Apa yang sudah kupersembahkan untuk kebaikan, apa kah yang kuperbuat ini untuk menyambut hari-hariku? Amat banyak manusia yang tidak memiliki perhatian terhadap berlalunya waktu, padahal nafasmu wahai anak Adam, adalah sesuatu yang dihitung dan tertulis.

“Dan diletakkanlah kitab, lalu kamu akan melihat orang-orang yang bersalah ketakutan terhadap apa yang (tertulis) di dalamnya, dan mereka berkata, "Aduhai celaka kami, kitab apakah ini yang tidak meninggalkan yang kecil dan tidak (pula) yang besar, melainkan ia mencatat semuanya; dan mereka dapati apa yang telah mereka kerjakan ada tertulis. Dan Rabbmu tidak menganiaya seorang jua pun". (al-Kahfi : 49)

Dan juga firman-Nya, artinya,

“Padahal sesungguhnya bagi kamu ada (malaikat-malaikat) yang mengawasi (pekerjaanmu), yang mulia (di sisi Allah) dan yang mencatat (pekerjaan-peker-jaanmu itu), mereka mengetahui apa yang kamu kerjakan” (al-Infithar:10-12)

Nafas-nafas terhitung, amal-amal tertulis! Andaikan orang-orang yang lalai mau memikirkan ini semua, tentu mereka akan hati-hati terhadap diri mereka dan akan manahan diri dari jalan yang menyimpang. Namun amat sedikit manusia yang mandapat taufik, dan amat sedikit di antara mereka yang mau mengetahui jalan yang lurus.

Seorang bijak berkata, "Ketika pagi hari, maka selayaknya seseorang berniat untuk empat hal: Pertama melaksanakan apa yang diwajibkan Allah atasnya; Kedua, menjauhi apa saja yang Dia larang; Ketiga berlaku adil antara dirinya dengan orang lain yang ada hubungan muamalah; Keempat memperbaiki hubungan (ishlah) dengan orang yang memusuhinya. Jika dia menyongsong pagi dengan niat-niat ini, maka aku berharap dia termasuk orang shalih yang beruntung."

Wahai Saudaraku! Untaian kalimat di atas memuat berbagai macam pintu kebaikan, maka orang yang melakukan- nya berarti telah mendapatkan taufiq dan bimbingan untuk meniti jalan yang benar. Marilah kita renungkan, mari kita pikirkan, apakah diri kita termasuk orang-yang demikian? Jika jawabannya "iya" maka banyak-banyaklah memuji Allah Ta'ala dan mohonlah tambahan dari keutamaan-Nya dan ketetapan hati untuk menetapi hal itu. Jika jawabannya "tidak" atau "belum", maka lihat dan koreksi kembali diri kita sebelum hilang seluruh kesempatan. Bersegera lah memperbaiki segala urusan, mohon kepada Allah taufiq untuk dapat menempuh jalan kesuksesan.

Janganlah anda keluar dari rumah di pagi hari, kecuali untuk sesuatu kebaikan yang diridhai oleh Tuhanmu. Sungguh merugi, sungguh celaka mereka yang melewati hari-harinya dengan sia-sia, bukan dengan melakukan ketaatan kepada Allah Azza wa Jalla. Ketika matahari bersinar di siang hari, mereka melewati dengan kemak-siatan dan ketika dia terbenam, mereka mengakhiri hari itu dengan kemaksiatan pula. Hari kita adalah umur kita, jika telah lewat sehari, maka semakin dekat jalan kematian yang akan kita tuju. Dan bila maut benar-benar telah datang, maka habis sudah-harimu itu...

Wallahu'alamBishowab...


(copas dari sini)

4 komentar:

  1. copas dari kakak ipar ine...
    hehehe
    barakallahu fiik

    tinggal beberapa hari lagi menuju hari yang bermakna di kak...^_^
    insya alloh

    BalasHapus
  2. Maksudnya kk ipar?? ih.... sembarangnya ine, eh, hati2 lho, nanti dikira betulan kk iparku'.....
    hehehe
    wa fiiki barakillah ^_^

    iya, tinggal beberapa hari lagi, hehehe.....

    BalasHapus
  3. Wanita diciptakan dari tulang rusuk pria
    Bukan dari kepalanya utk mjd atasannya,
    Bukan pula dari kakinya utk mjd alasnya,
    Melainkan dari sisinya untuk mjd teman hidupnya,dekat pada lengannya utk dilindungi dan dekat pada hatinya utk dicintai

    BalasHapus
  4. Seperti bunga,
    Cinta sejati takkan mampu menyembunyikan semerbak wanginya
    Eksistensi cinta mengejawantah
    Dalam kelembutan, kecerdasan, perbaikan diri, keshalihan
    Dan tentu juga keikhlasan.
    Tanpa keikhlasan yang digantungkan
    Pada Pemilik ‘Arsy Yang Maha Tinggi, ia akan mati.
    Ia mati, persis seperti setangkai mawar yang dipotong
    Hanya untuk dipersembahkan pada kekasih

    Semoga keikhlasan, selalu mengiringi perjuangan adikku tersayang, uhibbuki fillah...

    BARAKALLAHU LAKA WA BARAKA'ALAIKA WA JAMA'A BAINAKUMAA FII KHOIR..

    BalasHapus