Minggu, 01 Maret 2009

Mimpi tentang Al-Albany

KISAH SEORANG UKHTI ALJAZAIR YANG BERMIMPI TENTANG SYEKH AL-ALBANY

Percakapan ini terjadi beberapa waktu sebelum wafatnya Asy Syaikh.
Sebuah percakapan tentang mimpi baik tentang Syaikh Al Albany bahwa beliau telah mengikuti jalannya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Bernilai hikmah tentang keistiqamahan seorang ulama diatas jalan sunnah dan betapa baiknya akhir hidup seseorang yang benar-benar menapaki jalan sunnah. Di sisi lain, kita juga belajar tentang bagaimana sikap seorang salafy dalam mendengarkan pujian terhadap mereka.

Seorang muslimah di aljazair bermimpi tentang Syaikh Al Albany. Mimpi tersebut lalu diceritakan kepada Syaikh Al Albany melalui telepon,ketika beliau sedang mengisi ta'lim di hadapan murid-murid beliau.
Dalam Islam, mimpi yang baik, terutama bila bermimpi tentang Rasul, adalah mimpi yang dapat dipercaya dan merupakan kabar gembira.

Muslimah tersebut mengabarkan kepada beliau sebagai kabar gembira. Namun ternyata beliau menyambutnya dengan tangisan karena haru karena merasa terlalu rendah untuk itu.

Berikut transkrip dan terjemaahan percakapan tersebut :

Ukhti: Syekh, seorang akhwat di Aljazair pernah bermimpi…mudah-mudahan ini adalah sebuah kabar gembira…



Syekh: Khairan Rayti…(Semoga kebaikan yang ukhti saksikan)!



Ukhti: Insya Allah…Syekh, apakah ada dalil yang menegaskan bahwa jika ada orang yang menceritakan mimpinya kepada kita, lalu kita mengatakan: Khairan rayta (semoga kebaikan yang engkau saksikan)??



Syekh: Tidak…ucapan ini tidak tsabit, tapi tidak mengapa untuk sesekali digunakan…



Ukhti: Semoga Allah memberkahi Anda…



Syekh: Semoga ukhti juga demikian…



Ukhti: Baik,

sang ukhti tersebut bermimpi melihat dirinya berada di sebuah balkon yang menghadap ke sebuah jalan…

maka tiba-tiba di jalan itu, sang ukhti melihat Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam…

ukhti itu melihat saya berdiri di dekat Rasulullah dan saya tersenyum kepada beliau, lalu beliau pun tersenyum kepada saya..

kemudian beliau berlalu meninggalkan jalan itu…

Tidak lama kemudian, kami melihat seorang Syekh yang juga berjalan di jalan itu

…kamipun mengucapkan salam kepadanya: “Assalamu ‘alaikum…”

kemudian syekh itu menjawabnya: “wa ‘alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh…”

Syekh itu bertanya: “Apakah kalian melihat Rasulullah?

Kami pun menjawab: Iya, kami melihat beliau..

Maka kami pun menunjukkan jalan yang dilalui (Rasulullah). Maka Syekh itu pun menapaki jalan tepat di jejak kaki rasulullah dan mengikuti beliau SAW.

Lalu ukhti tersebut bertanya kepada saya: Siapakah gerangan syekh itu?

Maka saya pun menjawab: (Dan ini mudah-mudahan kabar gembira untuk Anda, wahai Syekh…) Itu adalah Syekh al-Albany…Syekh Al-Albany…

dan saya katakan bahwa mudah-mudahan ini adalah kabar gembira untuk Syekh bahwa beliau telah berjalan di atas jalan al-Sunnah…insya Allah…



(TERDENGAR SYEKH AL-ALBANI MULAI SESENGGUKAN MENANGIS)



Ukhti: Bagaimana menurut Anda, wahai Syekh.....?



(SYEKH HANYA DIAM, MENANGIS….LALU MENUTUP TELPON…BELIAU DIAM DAN MENANGIS DALAM WAKTU YANG CUKUP LAMA…KEMUDIAN BELIAU MEMINTA MURID-MURIDNYA YANG HADIR DI MAJLIS ITU UNTUK PULANG…)

Syekh: Pulanglah kalian, wahai ikhwan…



(al-abidaat menanggapi : subhanallah... beginilah seharusnya sikap qt sbg seseorang yang mengaku salafi (orang2 yang senantiasa mengikut pada rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan 3 generasi setelahnya -shahabat, tabi'in, dan tabi'ut tabi'in-). Tidak terlena ataupun tidak meminta dan berharap untuk dipuji. Justru mestinya qt sedih jika ada yg memuji qt, karena pada hakikatnya, mereka tidak sedang memuji qt. Mari qt beramal karena Allah, jangan karena ingin dipuji atau ingin dikatakan salafi.
Ketawadhuan dari salah seorang ulama salaf juga menjadi hikmah dari kisah ini. Ilmu yang qt miliki, itu belum seberapa dibanding ilmu yang Allah miliki. Tak perlu sombong, ujub dan takabbur. Qt lihatlah syekh al-albany. Beliau hafidzahullah, seorang ulama salaf, ulama besar yang tentunya ilmunya tak sebanding dgn qt, menangis ketika diberitakan bahwa beliau adalah salafy.
Subhanallah...
bisakah qt seperti beliau?
bisakah qt tawadhu' dgn ilmu yang tak seberapa ini?
bisakah qt bersikap seperti itu saat dipuji?
(semoga saja bisa, insya Allah....)
Wallahu A'lam.)

sumber : wahdahsalafi

1 komentar:

  1. syukron atas nasehatnya, ana mendapat kritikan dari ust ridwan juga, afwan, ana sangat tidk tau, karena kebodohan ana, semoga alloh mengampuniku sola syeikh nashiruddin al albani...

    BalasHapus