Senin, 29 Desember 2008

RENUNGAN

Detik-detik berlalu, meninggalkan dirimu
Dalam kesunyian di atas buaian

Wahai diri yang terlena
Dalam persinggahan yang fana
Umurmu terus berlalu
Menggiringmu menuju saat kematianmu



Tanganmu akan berkata
Kakimu akan berkata
Matamu akan berkata
Telingamu akan berkata
Terbukalah sudah tabir kebohonganmu

Dalam kegelapan, rintihan pilu menyayat kalbu
Tiada lentera, tiada keni’matan
Deraian air mata tiada berarti
Apalagi berjanji
Meniti jalan yang belum terlewati

Dalam kepedihan, kesedihan, kesendirian dan kegelapan
Kau berteriak : Ya Tuhanku, kembalikan aku!
Aku berjanji tak kan ku sia-siakan waktuku
Oh… diriku yang malang, tak satu katapun terdengar
Sebab sudah tiba waktuku menuai buah amalku

Wahai diri yang sedang bermimpi
Bangunlah, bangkit dan berjuanglah!
Ingatlah akan ikrarmu, saat hidup di rahim Ibu

Ingatlah janji wahai diri, agar kau tak lagi sendiri
Bila tiba waktunya nanti
Bumi digoncangkan, isinya ditumpahkan
Gunung-gunung diterbangkan
Bagaikan bulu beterbangan
Tertutuplah sudah lembaran amalmu
Tinggallah menunggu hari perhitunganmu.


(dari lembaran da’wah akhwat “An-Nisaa’”)

SEPUCUK SURAT UNTUK SAUDARAKU

Tanpa terasa, tahun 1429 Hijriah telah berakhir. Tak kita dengar tiupan terompet atau aneka acara seperti penyambutan tahun baru masehi. Dan itu menambah kesyukuran kita, karena budaya seperti itu bukanlah tradisi Islam.

Subhanallah, bagi umat Islam tahun baru ini merupakan moment paling tepat untuk menengok serta mengulas balik beragam peristiwa setahun lalu, sebagai salah satu langkah menata masa depan gemilang dalam ridha dan kasihNya.

Dan muhasabah atau introspeksi diri merupakan cara terbaik mendeteksi sejauh mana hasil yang telah kita tempuh tanpa melupakan kesalahan-kesalahan yang kita lakukan.

Karena itu, sepucuk surat terbuka nan sederhana ini semoga mampu menggugah perasaan kita… untuk selalu mendekatkan diri pada-Nya.

Saudaraku seiman…
Pernahkah kita merenungi di usia yang kian menanjak dan berkurang ini, bagaimana dan apa saja yang telah kita lakukan dalam menghabiskannya?

Atau apakah kita termasuk dalam kategori orang yang merugi yang mengisi hari demi hari penuh kesia-siaan? Masihkah di hari-hari yang sarat beban dan tuntutan ini kita tetap menyempatkan diri berfikir dan bertanya dalam hati, apakah kita telah memenuhi hak-hak Allah sebagai satu-satunya yang patut kita sembah, takuti, harapkan dan kita cintai?

Sudahkah kewajiban sebagai hamba kita taati sebaik mungkin dan penuh keikhlasan?
“Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidup dan matiku hanyalah untuk Allah, Rabb semesta alam” (Qs. Al-An’am : 162)

Wahai saudaraku…
Sholat yang kita jalankan, sudahkah semata-mata hanya untuk-Nya? Sudahkah kita mampu menghadirkan hati dan jiwa dalam setiap gerak dzikir sholat kita? Karena boleh jadi sholat itu hanya menjadi ibadah rutinitas yang hampa tanpa kesan membekas sehingga tidak mampu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar.

Padahal “sholat” itu adalah miniature bahwa beginilah seharusnya kehidupan seorang hamba. Setia, taat dan ikhlas serta menyerahkan diri dan jiwa pada keagungan-Nya dalam setiap aspek hidup dan kehidupan yang semuanya mesti bernilai ibadah dan dzikir. Maka, mengapakah ketika sholat kita menutup seluruh aurat rapat-rapat, namun ketika berhadapan dengan manusia kita memamerkannya? Apakah manusia tidak bernafsu? Berfikirlah, saudaraku…

Betapa banyak ni’mat yang dicurahkan oleh Allah Yang Maha Penyayang pada kita, pada makhluk dan hamba-Nya. Begitu banyak yang bisa kita rasakan, kita lihat, kita dengar, atau kita lakukan dengan kelengkapan instrumen yang diberikan oleh-Nya. Apakah semua itu telah dan selalu kita syukuri? Ataukah luput sama sekali dari perhatian kita? … Karena kita tidak menggunakan pada jalan-Nya, atau bahkan melalaikannya!

Saudaraku seaqidah…
Adakah kenikmatan dunia terlalu melenakan sehingga kita merasa enggan memenuhi perintah dan menjauhi larangan Allah Yang Maha Penguasa secara sungguh-sungguh?

Ingatlah! Kita hidup di dunia ibarat pelayar yang mengarungi lautan menuju suatu pulau abadi. Bila telah sampai di tempat yang dituju, lautan, kapal dan isinya akan kita tinggalkan.

Begitupun saat perjanjian kita dengan Allah berakhir, maka tak ada yang bisa menghalangi atau menundanya. Dunia akan ditinggalkan, dan kita hanya membawa amalan-amalan selama hidup di dunia.

Nah, jikalau amalan kita hanya sedikit, lalu yang mendominasi adalah dosa-dosa, bagaimanakah kita menghadap pada-Nya dengan tenang? Apa yang akan kita jawab manakala pertanyaan demi pertanyaan diajukan pada kita? Lalu siapkah kita menanggung balasan adzan akibat menyimpang dari perintah Allah? Karena sesungguhnya adzab itu amat pedih… amat sakit… dan amat keras! Itulah janji Allah subhanahu wata’ala pada hamba-hambaNya yang ingkar dan membangkang!

Bila demikian, apakah kita ingin termasuk dalam kategori hamba yang tidak patuh? Tentunya tidak!

Karena itu, sekarang marilah kita tengok hati kita. Jauhkan segala macam penyakit kotor, dengki, iri, sombong, riya’, lalai, rakus, serakah, putus asa dan cinta dunia berlebihan. Kita hiasi dengan mutiara suci, ikhlas, jujur, tawadhu’, penyayang, zuhud, optimis dan tawakkal terhadap rahmat Allah. Mari kita tundukkan diri dan jiwa sepenuhnya di hadapan-Nya. Kita mulai memperbaiki niat dan langkah dalam mencapai ridha Allah… menggapai cinta dan kasih-Nya serta ampunan yang Mahaluas.

Sebelum datangnya huru-hara, hari kiamat yang pasti datang. Dimana, tiada seorang pun yang mampu menolong orang lain, bahkan dirinya sendiri sekalipun.

Semua manusia akan dikumpulkan, saat-saat mendebarkan berikutnya segera menyusul. Allah memanggil nama kita satu persatu dan menyerahkan raport selama masa hidup di dunia. Kita tidak tahu, apakah kita menerimanya dengan tangan kanan ataukah tangan kiri. Lalu kita akan dihisab, kita juga tidak tahu, timbangan amal kebaikan atau keburukankah yang lebih berat. Pun kita juga tidak tahu bagaimana menyeberangi titian Shirathal Mustaqim, apakah kita bisa selamat tiba di tujuan atau terlempar ke neraka?

Ukhtifillah… bergegaslah segera menginvestasi amalan sholeh, karena hanya itu yang akan menolong kita, saat semua orang tak mampu memberi pertolongan sekecil apapun.
“Dan ikutilah sebaik-baiknya apa yang telah diturunkan kepadamu dari Tuhanmu sebelum diturunkan adzab kepadamu dengan tiba-tiba, sedang kamu tiada menyadarinya. Supaya jangan ada orang yang mengatakan amat besar penyesalanku atas kelalaianku (menunaikan kewajiban) terhadap Allah, sedang aku sesungguhnya termasuk orang yang memperolok-olok (agama Allah). Atau supaya jangan ada yang berkata, sekiranya Allah memberi petunjuk kepadaku, tentulah aku termasuk orang-orang yang bertaqwa.” (QS. Az-Zumar : 55-57).

Nah, tunggu apa lagi Ukhti?...
Segeralah bertaubat dan mohon petunjuk-Nya. Semoga Allah melindungi kita semua. Amin…
Wallahu a’lam bishowab.

(dari lembaran da’wah akhwat An-Nisaa’)

Jumat, 19 Desember 2008

Generasi 554

Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mu'min, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.
(Qs. Al Maidah : 54)

Siapakah kaum yang mencintai Allah? Subhanallah, banyaaak. Mereka mencinta dengan caranya sendiri-sendiri. Tapi, bagaimana dengan kaum yang kecintaannya berbalas? Allah mencintai mereka. Ayat yang mulia dari kitab yang mulia ini memaparkan ciri-ciri kaum yang berbahagia ini:
1) bersikap lemah lembut terhadap orang yang mu'min
2) bersikap keras terhadap orang-orang kafir
3) berjihad di jalan Allah
4) tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela

Itulah generasi 554 atau ada yang menyebut generasi Qurani. Generasi yang diturunkan Allah untuk menyongsong satu kemenangan gemilang. Generasi yang begitu kuat tali ukhuwahnya terhadap sesama Muslim dan bersikap tegas terhadap kekufuran. Nilai-nilai Islam lah yang menjadi basis persaudaraan antar sesama umat manusia dan semangat jihad di jalan Allah menggelora dalam dada mereka.

The last...
Siapa yg ingin menjadi generasi 554? Sayaaaaa......
Klo Anda?

SEMANGATT!
ALLAHU AKBAR!!!


(dari berbagai sumber)

Selasa, 16 Desember 2008

7 Keajaiban Dunia

Sekelompok siswa kelas geografi sedang mempelajari ‘Tujuh Keajaiban Dunia’.
Pada awal dari pelajaran, mereka diminta untuk membuat daftar apa yang mereka pikir merupakan ‘Tujuh Keajaiban Dunia’ saat ini. Walaupun ada beberapa ketidak sesuaian, sebagian besar daftar berisi sbb :

1] Piramida
2] Taj Mahal
3] Tembok Besar Cina
4] Menara Pisa
5] Kuil Angkor
6] Menara Eiffel
7] Kuil Parthenon

Ketika mengumpulkan daftar pilihan, sang guru memperhatikan seorang pelajar, seorang gadis yang pendiam, yang belum mengumpulkan kertas kerjanya. Jadi, sang guru bertanya kepadanya apakah dia mempunyai kesulitan dengan daftarnya.
Gadis pendiam itu menjawab, ‘Ya, sedikit. Saya tidak bisa memilih karena sangat banyaknya ‘keajaiban itu’. Sang guru berkata,’Baik, katakan pada kami apa yang kamu miliki, dan mungkin kami bisa membantu memilihnya’.
Gadis itu ragu sejenak, kemudian membaca, ‘Saya pikir, ‘Tujuh Keajaiban Dunia’ itu adalah :

1] Bisa melihat,
2] Bisa mendengar,
3] Bisa menyentuh,
4] Bisa menyayangi,
5] Bisa merasakan,
6] Bisa tertawa, dan
7] Bisa mencintai

Ruang kelas tersebut sunyi seketika. Alangkah mudahnya bagi kita untuk melihat pada eksploitasi manusia dan menyebutnya ‘keajaiban’. Sementara kita lihat lagi semua yang telah Tuhan karuniakan untuk kita, kita menyebutnya sebagai ‘biasa’.

Sumber : http://ukhuwah.or.id/

Senin, 15 Desember 2008

Menghitung-hitung Luas Surga dan Neraka

Berapakah kira-kira luas surga?

“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan Tuhanmu, dan kepada Syurga yang luasnya SELUAS LANGIT dan BUMI, yang disediakan untuk orang-orang yang bertaqwa”. (QS. Ali Imran: 133)

“Berlomba-lombalah kamu sekalian untuk mendapatkan ampunan Tuhanmu dan syurga yang luasnya SELUAS LANGIT dan BUMI yang disediakan bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan rasulNya” (QS. Al-Hadiid : 21)

Subhaanallah, Surga itu luasnya seluas langit dan bumi? Berapakah luasnya langit dan bumi itu? Bisakah ilmu pengetahuan mengukurnya? Surga begitu luasnya, sementara penduduk bumi kita yang berisi sekitar lima milyar orang saja masih menyisakan demikian luas tempat yang belum dihuni.

Baiklah, sekedar untuk berhitung dan yang penting adalah untuk menambah keimanan kita akan kebesaran Allah Swt, mari kita mencoba mengukurnya. Berdasarkan informasi dari Al-qur'an. Bahwa langit ini dicipta oleh Allah Swt sebanyak TUJUH lapis.

Pernyataan ini didukung paling tidak oleh delapan buah ayat al-qur'an yaitu Al-Isra' : 44, Al-Mukminuun : 17, Al-Mukminuun : 86, Al-Mulk : 3, Al-Baqarah : 29, At-Thalaq : 12, Nuh : 15 dan An-Naba' : 12

“Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun.” (QS. Al-Isra' : 44)

Langit diciptakan oleh Sang Pencipta sebanyak tujuh lapis, sementara untuk langit terdekat saja yang masih mampu dipandang teropong manusia yang tercanggih sekalipun sudah membuat manusia 'takluk' tidak dapat membayangkan. Maka bumi sungguh ibarat debu jika dibandingkan dengan luasnya surga. Demikian pula keindahan bumi beserta isinya, sungguh amat sangat tidak sepadan jika dibandingkan dengan keindahan Surga.

Benarlah kata sebuah hadits Qudsi yang menyatakan bahwa, keindahan surga yang diberikan Allah kepada para hambaNya, belum pernah didengar telinga, belum pernah dilihat oleh mata, belum pernah terlintas di dalam hati.

Sekedar sebagai ilustrasi matematis, mari kita bayangkan berapa luasnya jagad raya langit pertama itu. Garis tengah untuk langit pertama atau jagad raya ini diperkirakan sebesar 30 milyar tahun cahaya. Berarti garis tengah jagad raya kita ini sepanjang : 30.000.000.000 X 360 X 24 X 60 X 60 X 300.000 km = 279.936.000.000.000.000.000.000 km. Ini bukan luasnya langit, tetapi baru garis tengahnya saja.

Yang sedang kita hitung inipun masih luas langit terdekat saja. Belum lagi langit lapis ke dua, ke tiga, ke empat, ke lima, ke enam, dan yang ke tujuh. Yang kesemuanya itu jauh lebih besar dibanding langit pertama.

Lalu bisakah kita membayangkan luas surga? Bagaimana dengan keindahannya? Subhaanallah. Logika ilmu pengetahuan mungkin bakal terhenti, tinggal logika iman yang bisa mengukurnya.

Rasulullah pernah bersabda bahwa di surga sebuah pohon akan bisa kita lalui dari ujung ranting timur ke ujung ranting barat sejauh 100 tahun perjalanan.

Satu lagi, bahwa menurut ilmu pengetahuan, ternyata jagad raya ini tidak tetap, tetapi terus mengembang bertambah lama bertambah besar dan tentu juga bertambah luas. Menurut penelitian Stephen Hawking setiap satu milyar tahun jagad raya mengembang sekitar sepuluh sampai dengan lima belas persen.

Surga memang luar biasa hebatnya. Luar biasa indahnya. Bahkan kita tidak bisa membayangkannya. Tetapi yang lebih menarik adalah ‘pernyatan sikap’ para sufi dan para wali Allah, yang mengatakan bahwa mereka tidak terpesona dengan surga yang tidak terbayangkan keindahannya itu. Sebab mereka lebih terpesona dan lebih cinta kepada Pencipta dan Pemilik Surga, yaitu Allah Swt.

Artinya keindahan Allah Swt, Kebesaran, dan kehebatannya, sungguh melebihi surga itu sendiri. Subhaanallah. Cuma kadang-kadang manusia 'terperangkap' dengan keindahan hadiahnya dan lupa kepada Dzat Yang Maha Pemberi hadiah.


Berapakah kira-kira luas neraka ?

Suatu saat Abu Hurairah ra, mengatakan, ketika kami bersama rasulullah, tiba-tiba terdengar suara yang sangat keras, seperti benda yang jatuh menggelegar. Nabi yang mulia mengatakan:
“Tahukah kamu sekalian, suara apa itu? Kami menjawab: hanya Allah dan rasulNya sajalah yang lebih mengetahuinya. Nabi menjawab, itu tadi adalah suara dari sebuah batu yang dijatuhkan ke dalam jurang neraka, sejak tujuh puluh tahun yang lalu, baru sampai ke dasarnya ini tadi...” (HR. Muslim)

Benda yang jatuh, secara ilmu fisika bisa dihitung jaraknya. Berdasarkan gravitasi yang berlaku. Jika gravitasi bumi kita ini adalah 9,8 m / detik, maka dengan mudah kita bisa menghitung jarak tempuh batu yang jatuh mengikuti rums 1/2 gt2. Jika jatuhnya ke bumi kita sbb:
Jarak tempuh batu selama 70 tahun adalah, 0,5 x [70X360X24X60X60] x [70X360X24X60X60] x 9,8 m = 23.228.686.172.160.000 m = 23.228.686.172.160 km,
Bandingkan garis tengah bumi kita hanya: 12.756 km. Ini berarti, bahwa neraka memiliki kedalaman: 23.228.686.172.160 km /12.756 km = 1.821.000.797.441,2 X diameter bumi ini jika dipakai gravitasi 'bumi kita'.

Artinya bahwa, jika jurang neraka itu diukur berdasarkan gravitasi bumi kita, maka neraka memiliki kedalaman = 1.821.000.797.441,2 kali garis tengahnya bumi. Atau jika kita menggali sebuah sumur, maka sumur itu akan mencapai kedalaman seperti yang kita hitung di atas. Apabila sumur itu menembus bumi berulang kali, sampai sebanyak 1.821.000.797.441,2 kali.

Dari sini saja kita sudah sulit membayangkan betapa dalamnya jurang neraka seperti yang diinformasikan oleh rasulullah saw tadi. Jadi jurang neraka itu sedalam: 1.821.000.797.441,2 kali 'tebal'nya bumi. Ah, betapa menggiriskan! Yang baru kita illustrasikan tadi kedalaman vertikal neraka, bagaimana pula lebar horizontalnya. Semestinya lebar horizontal lebih luas dari vertikalnya, ibarat bumi yang memiliki permukaan lebih luas dibanding ketinggian atmosfir bumi.

Tetapi kedalaman itu, 'belum seberapa, sebab nanti di yaumil akhir, bumi kita ini akan diganti oleh bumi yang lain. Sehingga gravitasi yang dimaksud tentu bukan gaya gravitasi bumi kita ini. Tetapi gravitasi bumi baru, yang jauh lebih hebat dan lebih dahsyat kekuatan daya tariknya.
“Ketika bumi ini diganti dengan bumi yang lain, begitu pula dengan langitnya, Mereka bermunculan dari kuburnya masing-masing menghadap kepada Allah Yang Maha Esa dan Maha Perkasa”. (QS. Ibrahim 14 : 48)

Jangankan dipakai ukuran bumi baru yang kita belum tahu gravitasinya. Andaikata dipakai ukuran gaya tariknya Black Hole saja, yg mempunyai perbandingan 1 : 100 trilyun (perbandingan ini telah dianalisis pada suatu diskusi ilmiah yang bejudul "Menikmati keindahan Allah melalui logika dan tanda-tanda”), maka kedalaman neraka menjadi sangat sangat menggiriskan

Secara matematis kedalaman itu menjadi : 23.228.686.172.160 km X 100.000.000.000.000 = 232.286.861.721.600.000.000.000.000 km

Sebagai gambaran, bila 1 trilyun atau 1000 milyar manusia sekalipun dimasukkan kedalam neraka sekaligus maka tiap orangnya masih bisa diberi jatah ruang lebih dari 200 trilyun kilometer persegi .

Sehingga kalau seseorang dimasukkan ke dalam neraka, jangan harap mudah menemukan teman ‘senasib dan sependeritaan’, apalagi sampai berbagi duka dan saling memberi dorongan agar ‘tabah’.

Tulisan ini belum lagi membicarakan dahsyatnya suhu neraka serta ragam siksaan dan kualitas siksaannya. Sebagai gambaran singkat Rasulullah saw pernah berkata, andaikata dari dalam neraka yang dahsyat itu menerobos keluar apinya meskipun hanya sebesar lubang jarum saja, maka hancur binasalah bumi kita. Tulisan ini juga belum menggambarkan bahwa di neraka tubuh manusia tidak langsung gosong atau meleleh tapi memuai dahulu. Rasulullah SAW pernah berkata bahwa ada gigi seorang kafir yang akan menjadi sebesar gunung Uhud di neraka. Hadits lain meriwayatkan bahwa tebal kulit manusia di neraka akan (memuai) hingga setebal 3 hari perjalanan, jauh lebih tebal dibanding kulit sapi yang digoreng dan memuai hingga setebal kerupuk kulit. Inilah mungkin hikmah kenapa jatah ruang neraka untuk setiap penghuninya diberi kapasitas yang sedemikian luasnya.

Setelah kita membayangkan keindahan surga yang ternyata tidak bisa dibayangkan saking dahsyatnya, dan setelah kita berhitung matematis tentang kedalaman neraka, yang ternyata juga tidak bisa kita bayangkan betapa mengerikan kedalaman neraka itu, masihkah kita mau menunda amal akhirat kita untuk suatu masalah dunia yang ternyata sangat kecil dan tidak abadi ini.

Ya Allah, berilah kami kebaikan di atas dunia ini, dan berilah kami kebaikan di akhirat nanti, hindarkanlah kami dari siksaMu yang amat pedih...

(sumber : kebunhikmah.com)

Bersin dan Menguap

Rasulullah bersabda:

عن أبي هريرة رضي الله تعالى عنه عن النبي صلى الله عليه وسلم قال: (( إن الله يحب العطاس ويكره التثاؤب، فإذا عطس فحمد الله فحق على كل مسلم سمعه أن يشمته، وأما التثاؤب فإنما هو من الشيطان فليرده ما استطاع، فإذا قال: ها، ضحك منه الشيطان )) صحيح البخاري في الأدب 6223

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ta'alaa anhu, Rasulullah bersabda, "Sungguh Allah mencintai orang yang bersin dan membenci orang yang menguap, maka jika kalian bersin maka pujilah Allah, maka setiap orang yang mendengar pujian itu untuk menjawabnya; adapun menguap, maka itu dari syaitan, maka lawanlah itu sekuat tenagamu. Dan apabil seseorang menguap dan terdengar bunyi: Aaaa, maka syaitan pun tertawa karenanya". Shahih Bukhari, 6223.

Imam Ibn Hajar berkata, "Imam Al-Khathabi mengatakan bahwa makna cinta dan benci pada hadits di atas dikembalikan kepada sebab yang termaktub dalam hadits itu. Yaitu bahwa bersin terjadi karena badan yang kering dan pori-pori kulit terbuka, dan tidak tercapainya rasa kenyang. Ini berbeda dengan orang yang menguap. Menguap terjadi karena badan yang kekenyangan, dan badan terasa berat untuk beraktivitas, hal ini karena banyaknya makan . Bersin bisa menggerakkan orang untuk bisa beribadah, sedangkan menguap menjadikan orang itu malas (Fath-hul Baari: 10/6077)

Nabi menjelaskan bagaimana seseorang yang mendengar orang yang bersin dan memuji Allah agar membalas pujian tersebut.
Rasulullah bersabda:

(( إذا عطس أحدكم فليقل الحمد لله، وليقل له أخوه أو صاحبه: يرحمك الله، فإذا قال له يرحمك الله فليقل: يهديكم الله ويصلح بالكم )) صحيح البخاري في الأدب: 6224

Apabila salah seorang diantara kalian bersin, maka ucapkanlah Al-Hamdulillah, dan hendaklah orang yang mendengarnya menjawab dengan Yarhamukallahu, dan bila dijawab demikian, maka balaslah dengan ucapan Yahdikumullahu wa Yushlihubaalakum (HR. Bukhari, 6224)

Dan para dokter di zaman sekarang mengatakan, "Menguap adalah gejala yang menunjukkan bahwa otak dan tubuh orang tersebut membutuhkan oksigen dan nutrisi; dan karena organ pernafasan kurang dalam menyuplai oksigen kepada otak dan tubuh. Dan hal ini terjadi ketika kita sedang kantuk atau pusing, lesu, dan orang yang sedang menghadapi kematian. Dan menguap adalah aktivitas menghirup udara dalam-dalam melalui mulut, dan bukan mulut dengan cara biasa menarik nafas dalam-dalam !!! Karena mulut bukanlah organ yang disiapkan untuk menyaring udara seperti hidung. Maka, apabila mulut tetap dalam keadaan terbuka ketika menguap, maka masuk juga berbagai jenis mikroba dan debu, atau kutu bersamaan dengan masuknya udara ke dalam tubuh. Oleh karena itu, datang petunjuk nabawi yang mulia agar kita melawan "menguap" ini sekuat kemampuan kita, atau pun menutup mulut saat menguap dengan tangan kanan atau pun dengan punggung tangan kiri.

Bersin adalah lawan dari menguap yaitu keluarnya udara dengan keras, kuat disertai hentakan melalui dua lubang: hidung dan mulut. Maka akan terkuras dari badan bersamaan dengan bersin ini sejumlah hal seperti debu, haba' (sesuatu yang sangat kecil, di udara, yang hanya terlihat ketika ada sinar matahari), atau kutu, atau mikroba yang terkadang masuk ke dalam organ pernafasan. Oleh karena itu, secara tabiat, bersin datang dari Yang Maha Rahman (Pengasih), sebab padanya terdapat manfaat yang besar bagi tubuh. Dan menguap datang dari syaithan sebab ia mendatangkan bahaya bagi tubuh. Dan atas setiap orang hendaklah memuji Allah Yang Maha Suci Lagi Maha Tinggi ketika dia bersin, dan agar meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk ketika sedang menguap (Lihat Al-Haqa'iq Al-Thabiyah fii Al-Islam: hal 155)

( alsofwah.or.id - 13 Ramadhan 1424/071103 )

Sabtu, 13 Desember 2008

TULANG MANUSIA LEBIH KUAT DARIPADA BETON !!!

Semua tulang dalam tubuh terdiri atas dua bagian, yaitu bagian luar yang padat yang disebut tulang kompakta, dan bagian dalam yang ringan karena berongga-rongga yang disebut kaselus. Bagian luar yang padat itu sendiri adalah gabungan masa pipa-pipa yang berlubang di bagian tengahnya. Gabungan pipa-pipa tulang pada bagian kompaktalah yang membuat tulang menjadi kuat. Di samping itu, tulang yang bekerja menanggung beban berat akan berbentuk pipa, contohnya adalah tulang lengan dan pangkal kaki. Struktur seperti pipa ini membuat tulang lebih kuat daripada berbentuk padat tanpa rongga di tengahnya. Inilah yang membuat tulang paha lebih kuat daripada tongkat baja dengan berat yang sama tapi tidak berongga di tengah. Hal ini terbukti dengan hasil percobaan yang menunjukkan bahwa tulang paha seorang dewasa mampu menahan berat sebuah sedan kecil.

Jika Anda tidak percaya, Anda bisa mencoba membuktikan. Tentu, tanpa mencopot tulang paha Anda. Ambillah selembar uang kertas Rp 10.000 yang masih baru, benar-benar baru. Gulunglah uang kertas tersebut sampai mempunyai diameter sekitar 2 centimeter. Berdirikan gulungan itu lalu tumpangkan sebuah buku yang beratnya sekitar 2 kilogram di atasnya dengan seimbang lalu lepaskan buku itu. Akan terbukti bahwa gulungan uang tersebut mampu mengangkat beban yang jauh lebih besar dari beratnya sendiri !

Sumber : Majalah el-fata edisi 05 vol. 07 tahun 2007 (http://www.smaitwahdah.co.cc/)

Minggu, 07 Desember 2008

Jangan Nodai Cadarku

Sukses menyedot perhatian jutaan penonton dengan film layar lebar “Ayat-ayat Cinta”, film religi dengan tema dan lakon yang mirip pun bermunculan ditayangkan dalam bentuk sinetron di televisi-televisi. Dari dulu memang dunia perfileman di Indonesia tak lepas dari praktik dan budaya ‘beo’.

Tak pelak wanita bercadar menjadi salah satu tokoh utama dalam film tersebut. Tanpa mengabaikan sisi positif yang ada, tapi ‘memperkenalkan’ cadar di tengah masyarakat yang masih awam lewat film apalagi dengan tema basi ‘skandal cinta’ bukan ide dan cara yang bagus. Bahkan ini akan memberikan preseden yang buruk dan pelecehan terhadap syariat yang dikhususkan kepada muslimah ini.

Cadar sebagai pakaian yang menunjukkan ketaqwaan sempurna seorang mu’minah dalam menjaga kehormatannya tak berlaku dalam film yang lumrah dengan ikhtilath, khalwat dan berbagai pelanggaran syari’at lainnya. Setidaknya tayangan-tayangan itu akan melahirkan pemikiran dalam benak penonton, “Yang pakai cadar saja begitu….!” Dan berbagai stigma buruk lainnya dan hanya akan menjadi dalih buat mereka untuk membenarkan suatu kemaksiatan.

Cadar Sebenarnya
Ketaqwaan memang tidak bisa diukur dengan pakaian, tapi setidaknya pakaian seseorang akan menunjukkan ketakwaannya. Apakah pikiran Anda sama dengan wanita yang pamer aurat dan dengan yang menutup auratnya? Tentu tidak bukan?

Terlepas dari perbedaan pendapat para ulama tentang wajib tidaknya cadar, misalnya kita ambil saja pendapat yang menganggap cadar adalah sunnah, jika menilik pada pernyataan Syekh Al Hilami tentang makna daripada takwa, “Hakikat takwa itu melaksanakan semua perintah, baik yang wajib maupun yang sunnah, dan menjauhi semua larangan, yang makruh dan yang tidak perlu karena maksud daripada takwa adalah membentengi diri dari neraka, dan itu telah saya sebutkan.” Tidak muluk kalau saya katakan, “Insya Allah wanita bercadar lebih bertakwa dari yang tidak.” Sebagaimana pernyataan Syekh Bin Baz rahimahullah yang memuji Syekh Albani rahimahullah, “Ketakwaannya melebihi fatwanya.” Kenapa? Karena ternyata meski dalam hal di atas mereka berbeda pendapat, dimana syekh Bin Baz berpendapat bahwa cadar adalah wajib bagi muslimah sedangkan syekh Albani berpendapat bahwa cadar adalah sunnah, namun istri dan anak perempuan syekh Albani tetap memakai cadar.

Subhanallah…, zaman dimana kebanyakan wanita berlomba-lomba untuk menampilkan kecantikannya ternyata masih ada wanita yang menjaga kehormatannya, menutup wajah cantiknya dari pandangan syahwat laki-laki asing dan mempersembahkan hanya untuk suaminya., tak sampai di situ pandangan dan pergaulan dengan lawan jenisnya pun ia jaga, cukup jauh dari perilaku wanita bercadar yang ditampilkan di film-film tersebut…

Ia akan tetap suci…
Disyari’atkan oleh Dzat yang Maha Suci
Agar Makhluk yang disayangi-Nya tetap suci
Ia tak pernah khilaf dan salah
Yang bersalah hanyalah pelaku dosa

Epilog: sesuatu yang saya khawatirkan bukan lagi jilbab-jilbab gaul yang sudah bertebaran tapi munculnya cadar-cadar gaul. Wallahu musta’an.(AF)

sumber : wimakassar.org