Kamis, 22 November 2018

Seni Berinteraksi

Bismillaah..

Hannan, yang bersekolah di TK, setiap kali pulang sekolah, selalu bilang ke saya, "Ummi, besok nda mauka ke sekolah nah, karena ada temanku nakal, suka mengganggu, dll, dll, tapi kalau besoknya, sekolahma lagi."
Setiap hari, setiap lagi ngantuk, setiap lagi capek atau lapar, pasti itu yang dia bilang. Sampai saya terkadang bosan sendiri mendengarnya dan mengiyakan saja setiap apa yang ia katakan. Tapi herannya, setiap pagi pula saya membangunkan dan menanyakan apakah ia mau sekolah hari itu atau tidak, ia selalu mengiyakan.

Pun hari ini, sedari pagi, saya sibuk berchat ria bersama dua pegawai yang bertugas di Makassar. Mereka punya masalah yang sama dengan Hannan, hingga akhirnya hampir saja membuat mereka menyerah dan ingin melambaikan tangan pada saya.

Masalah. Memang tiap hari pasti ada. Apalagi jika kita berinteraksi dengan orang lain, yang sifatnya tentu akan berbeda dengan kita. Intinya, saling memahami, banyak mengalah dan komunikasi.

Saling memahami, karena kita manusia, punya sifat dan karakter yang berbeda. Kita tidak bisa memaksakan kamu harus seperti yang saya minta. Pun dengan kamu yang juga tidak bisa memaksa saya untuk menjadi seperti apa yang kamu mau. Selama sifat kita masih dalam koridor kewajaran, dibutuhkan saling memahami satu sama lain.

Banyak mengalah. Iya, kalau semuanya mau menang sendiri, semuanya merasa benar sendiri, pasti gak bakal ketemu. Mengalah bukan berarti kalah, tapi bagaimana membuat situasi dan kondisi kembali kondusif.

Komunikasi. Ini penting. Diam itu emas, katanya. Diam itu baik, iya. Tapi diam juga tidak bisa menyelesaikan masalah. Coba komunikasikan, coba tanyakan, coba keluhkan satu sama lain. Insyaallah akan ada jalan keluarnya. Seperti yang Allah sebutkan dalam alqur'an,

وَشَاوِرْهُمْ فِي الْأَمْرِ
“Dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu” [Ali-Imran/3 : 159]

Sinjai, 22 November 2018

Tidak ada komentar:

Posting Komentar