Senin, 27 April 2020

Syariat & Perasaan

Bismillaah

Syariat itu adalah apa yang datang dari Allah dan RasulNya, bukan berdasarkan daya tangkap si fulan atau si fulan.

Sangat disayangkan ketika ada orang mengatakan sesuatu yang jelas dalam syariat (agama) dengan sesuatu yang tidak masuk akal. Iya, tidak masuk di akalnya, namun para ulama sudah sangat memahaminya. Ketika kita mendapati syariat yang tidak masuk akal, maka salahkan akal kita, bukan syariatnya.

Akal kita terbatas, perasaan tiap orang berbeda. Bagaimana jadinya agama ini jika setiap syariat harus diberikan sesuai perasaannya. Maka syariat ini akan menjadi sesuatu yang dibuat-buat oleh manusia, masing-masing sesuai dengan hawa nafsunya, masing-masing sesuai dengan keadaannya, maka tidak akan ada kejelasan tentang syariat ini.

Ketika kita menganggap syariat itu berat, maka mungkin saja hati kita sedang lemah. Ketika sebaliknya, menganggap syariat tersebut mudah, mungkin hati kita lagi ekstrim dari yang seharusnya. Syariat itu mengarahkan kita pada fitrah yang sesungguhnya.

Hal seperti ini biasa terjadi pada orang yang menambah-nambah amalan berdasarkan perasaannya. Ketika ditanyakan dalilnya mana, apakah Rasulullaah pernah mengerjakannya? Lalu mereka menjawab, tidak pernah dilakukan Rasulullaah namun ini sesuatu yang bagus. Iya, bagus dari segi pemikiran dan akalnya, namun bertentangan dengan syariat.

Yang menjadi patokan kita adalah Rasulullah. Beliau, shallallaahu 'alaihi wasallam, walaupun telah dijamin masuk syurga, tetap mengerjakan ibadah-ibadah yang disyariatkan. Padahal bisa saja beliau bersantai karena sudah dapat jaminan. Namun beliau tetap beribadah selain sebagai bentuk kesyukuran beliau, juga untuk memberikan pengajaran kepada umatnya bahwa beginilah ibadah yang maksimal, sempurna dan tidak membutuhkan tambahan.


4 Ramadhan 1441H
27 April 2020 M


#catatanramadhan1441H

Tidak ada komentar:

Posting Komentar