Kamis, 13 September 2018

Jangan-jangan...

Tanpa sadar, kita terjebak dalam perkara ini: mengerjakan akhirat untuk dunia.

Saat kita tersungkur di waktu dhuha, jangan jangan mobil, jabatan, gaji, keuntungan bisnis, dan rumah, yang lebih ramai di kepala kita, dibanding berharap limpahan rahmat dan karunia-Nya.

Saat kita berjuang terjaga di sepertiga malam untuk qiyamullail, jangan-jangan permintaan jodoh, karier, kemudahan akademik, lebih ramai di kepala kita daripada mengemis mengharap ampunanNya.

Ada lagi yang mengusap-usap benda impiannya (mobil, laptop, rumah, dll) sambil bersalawat berulang-ulang (katanya biar benda itu jadi miliknya). Jangan-jangan benda berkilau itu, lebih riuh di kepala dan hati kita dibanding rasa cinta, rindu, dan keinginan berjuang bersama Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam. Bukankah itu makna salawat yang sesungguhnya?

Jangan-jangan di setiap kita bercermin mematut diri, melihat tubuh kita berbalut kerudung dan gaun nan anggun, rasa cantik dan ingin dikagumi lebih riuh di kepala kita, dibanding rasa taat dan tunduk mengikuti segala perintahNya menutup aurat.

Jangan-jangan selama ini kita mengerjakan akhirat hanya untuk dunia. Jangan-jangan kita lebih merindu untuk bergelimang harta, dibanding mendapatkan ridha, ampunan dan kasih sayangNya.

Tanpa sadar, kita melewatkan banyak sekali kesempatan berharga, hanya untuk permintaan remeh temeh.

Saat orang lain telah berulang kali meminta impian tertinggi, ditempatkan dalam firdaus, dijaga dalam hidayahNya, dimatikan dalam kondisi syahid, kita masih saja mengemis dan meminta recehan dilemparkan dari langit.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar