Jumat, 03 Agustus 2018

Hanin Athifah dan Proses Kelahirannya

Bismillah...

Hanin Athifah, nama anak kami yang ke-4.

Nama yang diberikan sejak masih dalam kandungan. Sejak tau kalau hamil, abinya langsung kasi nama. Awalnya inisial M, tapi karena saya tak suka, akhirnya disuruh cari nama lain. Sampai akhirnya mengusulkan nama Hanin Athifah dan disetujui lah sama beliau rahimahullah.

Soal nama, kata abi "Tugasta' yang cari, saya sembarangji". Tapi pas ajukan nama ini, eh, disuruh cari lagi yang lain. Intinya, saya harus mengajukan dulu beberapa pilihan nama, diantara pilihan itulah yang nantinya akan fix sebagai nama anak. Ya, keempat anak kami, begitulah proses pemilihan namanya.

Hanin Athifah, yang kelahirannya dinanti selama Ramadhan, ternyata maunya lahir di bulan Syawwal, tepat di tanggal 2 Syawal 1429 H bertepatan dengan 16 Juni 2018 M.

Proses kelahirannya bagi saya lumayan lama dibanding sebelumnya (anak ke3).
Mulai kontraksi setelah sholat Isya, tapi belum teratur. Waktu itu saya jalan mondar mandir dalam rumah, berdiri jongkok juga, berharap persalinan segera tiba. Tidak lama, ada darah yang keluar.
"Abi, hampir betulanma ini lahiran.", kataku. (Ada kata "betulan" soalnya saya sudah sering-sering bilang kalau hampir lahiran padahal cuma kontraksi palsu).

Tapi, tidak seperti biasanya, darahnya darah segar, tidak seperti tanda persalinan yang disebutkan yaitu lendir bercampur darah. Tidak seperti tanda persalinan sebelumnya juga.

Akhirnya, memberanikan diri nanya via whatsapp ke bidan yang kukenal, untungnya kontrol terakhir saya sempat meminta nomor hp beliau. Dibalasnya agak lama.

Sampai jam 11.30 malam, saya tetap jalan mondar mandir hingga rasanya agak lelah dan ngantuk. Saya paksakan untuk istirahat, baring dan tidur. Alhamdulillaah bisa tidur tapi gak nyenyak, soalnya kontraksi lumayan teratur. Per 5 menit sekali dengan durasi 1 menit. Begitu terus. Hingga menjelang shubuh, rasa-rasanya sudah sakit sekali dan saya membangunkan suami yang juga lagi terbaring sakit. Beliau menyuruh siap-siap dan rencana akan mengantar saya setelah sholat shubuh. Tapi saya bilang "Jangan, tunggu saya sholat shubuh trus kita berangkat, qt sholat shubuh di jalan saja".

Oke.

Setelah saya sholat shubuh di rumah, kami berangkat berdua, meninggalkan dua anak yang lagi tidur di kamar. Tidak memberitahu orang-orang rumah juga karena rencananya, nantilah kalau sudah lahiran. Lagipula, waktu itu juga gak enak membangunkan orang-orang di rumah.

Berangkatlah kami dengan membawa tas yang jauh hari sudah dipersiapkan. Di tengah jalan, suami singgah untuk sholat shubuh.

Tiba di RB Wahdah sebelum pukul 6 *gak sempat liat jam*. Suami duluan turun dari mobil disambut sama satpam RB. Saya agak lama turun dari mobil, karena menunggu kontraksi hilang dulu.

Kontraksi hilang, saya turun dari mobil kemudian langsung menuju ke ruang persalinan. Waktu itu, pintu masih tertutup. Saya ketuk pintunya, tiba-tiba kontraksi datang lagi, akhirnya duduk depan ruangan. Dibantu sama satpam untuk ketuk pintu, alhamdulullah bidannya muncul juga dari balik pintu. Dan masyaallah, ternyata bidannya itu yg saya chat semalam.

Masuk ruang persalinan, disuruh bersih2 dulu trus periksa dalam. Pas diperiksa, ternyata baru bukaan 3. Hiks, sudah sesakit itu masih pembukaan 3, masih 7 pembukaan lagi. Akhirnya disuruh jalan karena ketuban masih utuh juga katanya.

Jalanlah saya, turun dari tempat tidur dengan susah payah karena kontraksinya gak berhenti2 dan teratur, subhanallah. Kata bidannya, Insyaallah gak lama lagi kalau kontraksinya kayak gitu, biasanya pembukaannya loncat, bisa saja langsung pembukaan 10.

Niatnya mau jalan, akhirnya saya keluar dari ruang persalinan menemui abi yang tepat berada di luar ruangan. Saya minta tolong untuk diambilkan tas perlengkapan bayi nya di mobil. Suami belum beranjak dari tempatnya, saya juga masih depan pintu ruang bersalin, tiba-tiba ada yang mengucur deras, tak bisa ditahan. Saya melihat ke lantai, seperti air. Saya bilang ke bidan, "kak, ini apa? Ketuban ya? Atau air kencing? Hehe". Niatnya mau membersihkan lantai, tapi bidannya larang "Gak pa2ji dek, masukmeki. Air ketuban itu".

Akhirnya, masuk lagi ke ruang persalinan, naik ke tempat tidurnya disuruh baring saja.
"Karena ketubannya sudah merembes, jadi qt baring saja menunggu.", kata kakak bidan.

Periksa dalam lagi, alhamdulillaah maju ke pembukaan 6, selanjutnya 8. Lalu disuruh duduk jongkok di tempat tidur biar kepala bayi cepat turun. Pas jongkok, eh, mau pup. Saya minta izin ke wc, gak diizinkan. Disuruh pup di tempat, hiks, malu, gak enak juga. Akhirnya, tetap di tempat tidur.

Setelah itu, saya dibersihkan lalu berbaring lagi. Periksa dalam lagi. Ternyata sudah pembukaan 10, tapi kepala masih di atas, belum muncul.

Saya paksakan mengedan pas kontraksi. Tiba-tiba, bidan bersiap2.
"Iya, mengedanmeki dek, terus... stop"

Alhamdulillaah, Hanin Athifah lahir pagi itu pukul 07.15.
Alhamdulillah di ruang persalinan juga cuma kurang lebih 2 jam sampai lahiran.

Setelah lahiran, lumayan lama juga recovery nya. Jahit menjahit dimulai, IMD, pembersihan bayi dan pemulihan. Saat masa pemulihan itu, mama mertua dan lago datang. Tidak lama kemudian, pukul 10 pagi, alhamdulillah diizinkan masuk ke kamar perawatan dan kami memilih kamar VIP A (ruang Saudah 1).
Tiba di ruang perawatan, ternyata AC nya gak jalan. Di kamar itu rasanya panas, belum lagi kamarnya gelap.

Pas dijenguk sama aba-ummi dll, akhirnya dipindahkamarkan lagi ke Saudah 2. Disitu alhamdulillah agak terang, AC nya juga bagus.

Lahiran di RB Wahdah memang sudah direncanakan sejak awal kehamilan. Walau sempat bingung juga pas mendekati persalinan, antara Sinjai atau Makassar. Berhubung abi sakit dan sekalian mau berobat, akhirnya fix, kami lahiran di Makassar.

Sebelum lahiran, pernah periksa di klinik Soph*ar*, disana juga bagus. Cuma, bagi saya, RB belum ada tandingannya. Saya nyaman lahiran disana, adem liat bidan, perawatnya, dan dokternya, maa sya Allah, baarokallahu fiiha

Punya empat anak, ketiganya lahir di RB wahdah. Kecuali anak ketiga yang lahirannya di Sinjai, karena waktu itu, menjelang idul adha. Tapi, kalau kontrol kehamilan, selalunya di RB Wahdah.

Sekian dulu cerita tentang anak ke4 kami.
Semoga Hanin Athifah kelak jadi anak sholehah, hafidzah, mujahidah dan bermanfaat buat ummat, aamiin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar