Senin, 09 Juli 2018

Semua tentangmu, Abi...

Bismillaah...

Hanya soal waktu, kemarin suami yang duluan, tinggallah kita yang masih diberi waktu untuk berbuat dan beramal, mengumpulkan sebanyak2nya bekal untuk perjalanan yang sesungguhnya.

Beliau -rahimahullaah- orang baik, baiik sekali. Semasa hidup, betul2 mempersiapkan diri. Nasehat2 dan pesan2nya akhir2 ini menyentuh sekali. Beliau memang tidak pernah berceramah di atas mimbar atau menjadi murobbi, tapi dakwah fardiyah nya maasyaallaah, terutama kepada saya pribadi. Bukan cuma kata2 tapi juga perbuatan. Semangatnya untuk kebaikan begitu besar. Bahkan sempat lihat catatan nya di hp beliau, resolusi tahun ini, semua nya dalam rangka dakwah, terutama di medsos.

Beliau -rahimahullaahu-, orang yang paling berbakti kepada orang tuanya, hingga meninggal, beliau meninggal di sisi kedua orang tuanya. Memang, semasa hidup, beliau selalu mengatakan "kesempatan berbakti selagi ortu masih hidup, pahalanya besar", itulah sebab, walau sudah menikah, beliau tetap tinggal di rumah ortu, bukan karena tidak mampu membeli rumah, tapi karena beliau ingin berbakti kepada kedua orang tuanya.

Beliau -rahimahullaahu-, orang yang terdepan jika ada yang butuh dana. Tanpa diminta, beliau suka rela membuat list untuk penggalangan dana. Pernah, saya sempat tanyakan:
"Kenapaki' begitu, na bukan urusanta (bukan bagian dari amanahnya)?"
"Qt juga dapat pahala kalau melalui qt, orang bersedekah", jawabnya.
Prinsipnya "Dunia sementara, akhirat selamanya".

Semua amanah dan utangnya tuntas sudah sebelum pergi. Semua yang saya dan anak2 butuhkan juga beliau sudah tunaikan (menemani dan membawa saya umroh, menemani di saat hamil dan persalinan, toko dibereskan, mendaftarkan anak ke tk, dll).

Tidak ada lagi rasa sakit, yang selalu disembunyikan saking tidak maunya merepotkan orang. Tidak pernah menyusahkan, bahkan di akhir hayatnya sekalipun.

Beliau -rahimahullaahu- jika ditanya kabar, selalu berkata baik dan makin membaik. Selalu minta didoakan, padahal bagi saya, doanya lah yang kebanyakan maqbul. Tolong jangan tanyakan beliau sakit apa, karena beliau sendiri semasa hidupnya tak ingin ditau. Yang jelas, beliau hanya memberi hikmah dan pesan kepada qt semua kalau ajal sewaktu-waktu akan datang, tidak mengenal usia, waktu, tempat, kondisi. Siap tidak siap, sakit tidak sakit, kita pasti akan merasakan dan menemui kematian.

Tak ada alasan untuk tidak mengikhlaskan kepergian beliau. Beliau telah beristirahat dan menikmati amal2 jariyah yang telah beliau tanam semasa hidup. Tinggallah saya, yang harus berbekal sebanyak2nya agar kelak bisa bersamanya kembali.

4 Juli 2009 kami dipertemukan di dunia, singkat tapi bermakna, semoga Allaah berkenan mempertemukan kami kembali di syurga Nya kelak.

@ahmad ariyanto, yang tak akan pernah tergantikan, tunggu saya kak 💜💜💜

Tidak ada komentar:

Posting Komentar