Sabtu, 25 Agustus 2012

Penipuan

Bismillah...
Beberapa pekan yang lalu, tepatnya 10 September 2011, suami saya dapat SMS yang isinya:

"Tolong Uangnya di Transfer saja ke Bank Mandiri An. Bayu Pratama No. Rek. 1160 00599 7706, sms saja bila sdh di Transfer,terima kasih" (10 Sep. 2011 04:59 PM, dari: +628981562541).

Tak ada angin, tak ada hujan. Suami heran dan menanyakannya pada saya. Beliau mengira saya sudah belanja online hingga ada sms buat saya yang nyasar di HPnya. Tapi saya katakan tidak pernah berbelanja online (saat itu). Biasanya, kalau ada sms nyasar seperti itu, beliau membalas minimal memberitahu kalau si pengirim SMS salah kirim. Beliau tak membalas sms nyasar kali ini karena kesibukan + pulsanya minim.

Dan baru saja hari ini -24 September 2011-, 10 hari dari sampainya sms nyasar tersebut, saya mengetahui bahwa sms tersebut ternyata merugikan si penerima jika membalasnya. Ini isi dari status yang saya baca di facebook :

"Sekilas info dari teman
Waspada... Jika anda menerima sms spt ini atau mirip spt ini : “Tolong uangnya
 ... ...
Di transfer sekarang Aja
ke bank BNI: 022-741-3681.
A/n FRISKA ANANDA, sms
Saja kalau sudah di Transfer, trimksi...“
Seakan2 sms nyasar biasa,

JANGAN BALAS SMS BALIK...!!!!
Jika membalas sms tersebut (dengan memaki atau berkomentar), anda dikenakan premium charge! Rp 2000/.
Itu adalah Software baru utk menyedot Pulsa kita tanpa kita hrs sms REG yg dikonfirmasi balik.
Sekali nomer HP kita sdh dilock maka selanjutnya pulsa kita akan disedot trs dgn sms lagi tanpa perlu kita membalas sms nya.
Dan fatalnya kita tidak bisa melakukan UNREG spt SMS Premium yg resmi. Hati hati dengan kejahatan ini,susah dilacak."

Maasya Allah, ternyata hampir saja nomor HP suami di lock. Alhamdulillah, Allah masih menolongnya. Sekarang kayaknya zaman penipuan yaa... Ada-ada saja jenisnya. Tak kenal waktu, tak kenal orang.

Ramadhan baru-baru ini, suami -lagilagi- hampir kena tipu. Bermula dari penemuan amplop bersampul "Dokumen Penting" di depan rumah. Isinya: surat keterangan tanah, SIUP (Surat Izin Usaha Perdagangan) dan cek senilai 4 miliar lebih *lebihnya lupa. Karena di SIUP ada no. HP pemilik, iseng-iseng suami saya mengirim sms bahwa ia telah menemukan dokumen penting miliknya.


Ada balasan dari si pemilik dokumen bahwa suami saya beruntung karena telah menemukan dokumen yang selama ini dicari-cari. Katanya, si pemilik sudah mengumumkan di koran Jakarta bahwa barangsiapa yang menemukan dokumen tersebut, akan diberi uang senilai 125 juta rupiah. Sms balasannya meyakinkan sekali sampai ia berpura-pura meminta nomor reg. yang tercantum di sampul amplop jika suami saya memang benar. Suami sebenarnya sudah tak percaya, tapi tetap membalas sms tersebut *mentang-mentang pake' sms gratisan. Suami bilang bahwa ia tidak butuh uangnya, kalau memang dokumen itu penting, silakan si pemilik mengambil sendiri di rumah. Eh, si pemilik langsung menelpon.
Terjadilah perbincangan yang cukup lama.
Mulailah si pemilik menanyakan dimana keberadaan kami. Kemudian ia mengatakan bahwa ia memang sempat meninjau lokasi di daerah sekitar Sinjai dan Bone dan kemungkinan dokumen itu memang terjatuh di daerah ini. Tapi yang aneh, kalau sudah tau tercecernya di sekitar sini, kenapa diumumkan di Koran Jakarta?
Dalam pembicaraan tersebut juga, si pemilik sempat menyuruh suami saya ke Jakarta untuk membawa dokumen tersebut dan ia akan diberi bekal 20 juta (wow, siapa yang tidak mau). "Mengapa Bapak tidak menyuruh bawahannya saja untuk mengambil dokumen ini? kan perusahaan Bapak besar, perusahaan ekspor impor, pasti punya banyak bawahan dan perwakilan-perwakilan di setiap daerah" kata suami saya.
Pemilik dokumen membalas dengan berbagai alasan. Takut urusannya ribet di bandara -lah, dll. Si pemilik minta  no. rekening suami saja biar mudah katanya. Pemilik dokumen mentransfer 20 juta kemudian suami saya membawa dokumen itu ke Jakarta.
Pembicaraan terhenti dengan meminta waktu kepada suami saya dan berjanji menelpon balik lagi 5 menit kemudian.

5 menit kemudian, ia menelpon. Tanya-tanya ke suami tentang kerja, usahanya, dan masih banyak yang lain yang tak jelas. Ia juga meminta nomor rekening yang aktif.  Saat itu, suami saya mengatakan padanya bahwa ia punya beberapa rekening, dan anehnya, si penipu itu bertanya “Rekening yang mana yang banyak saldonya? Yang sering dipakai mentransfer?” dan pertanyaan aneh yang lain. Suami saya menjawab tapi juga dengan nada mempertanyakan mengapa seperti ini dan tidak seperti itu. Karena suami saya berpikir tidak masalah jika memberikan hanya nomor rekening, maka kesepakatan pun terjadi.

Pembicaraan terhenti dengan janji si pemilik menelpon lagi setelah nomor rekening di kirim lewat sms si penipu pemilik dokumen.

Terkirimlah nomor rekeningku yang tak bersaldo tapi masih aktif. Sambil menunggu, dalam 5 menit itu, kami berbincang. Sebenarnya, kami sudah tau kalau ini penipuan. Tapi kami masih mengira-ngira, apa dan bagaimana modus penipuan ini. Sebelumnya saya juga pernah dapat kasus penipuan lewat telpon, tapi saya-nya yang diminta si penipu untuk mentransfer uang. Ini sebaliknya. Hingga tersusunlah rencana-rencana yang konyol.
Saya bilang ke suami, “Kak, ikutka’ nah ke Jakarta”.
Beliau tertawa. Saya juga tertawa dan menyadarkan diri bahwa uangnya belum ada di tangan.

Sekitar 10 menit kemudian, si pemilik dokumen menelpon lagi. Dan terungkaplah kedok dari si penipu. Ternyata, ujung-ujungnya disuruh ke ATM dan dipandu disana. Alhamdulillah, suami dengan tegas mempertanyakan “Mengapa harus ke ATM? Tanpa ke ATM juga uang bisa diterima jika Bapak mentransfer”.
Mau tau alasan penipu???
Katanya, “Kami pakai kurs asing pak, mata uang Singapura. Agak sulit jika di-rupiah-kan. Apalagi mau transfer banyak. Mesti, begini begitu”.
Alassssannnn, bilang saja kalau mau ngambil uang di rekening kami.
Suami bilang ke penipu, “Wah, tidak bisa pak. Ini sudah penipuan namanya”. Dan si penipu diam tak berkutik lalu mematikan telponnya.
Tamat sudah impiannya menipu kami.    

Di zaman ini, berbagai cara dilakukan orang untuk mencari salah satu rizqi dari Allah berupa uang. Namun sayang, di antara orang-orang itu masih ada saja yang memilih jalan pintas hingga berbuah dosa. Menipu adalah salah satu cara. Dan sungguh berdosalah jika sekiranya si penipu berhasil mengambil sesuatu dari cara menipu. Jika uangnya digunakan untuk membeli sesuatu (makanan, pakaian, dll), maka ia berarti telah memakai dan mengalirkan sesuatu yang haram dalam dirinya, naudzubillah.

Mengapa harus dengan cara menipu kah kita mencari rizqi? Begitu banyak cara lain yang lebih halal yang bisa kita tempuh.

Kejernihan hati banyak tergantung kepada kesucian rezeki. Jika makanan dan minuman yang mengalir dalam tubuh diperolehi dari sumber yang baik, maka bahan tersebut akan menyumbang keperibadian mulia dalam diri seseorang. Sebaliknya jika darah yang mengalir dalam tubuh diperolehi dari sumber rezeki yang haram, maka segala tingkah laku, budi pekerti dan akhlak seseorang akan diwarnai oleh jenis makana.n haram tersebut.

24 September 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar