Bismillah...
Beberapa pekan yang lalu, tepatnya 10 September 2011, suami saya dapat SMS yang isinya:
"Tolong
Uangnya di Transfer saja ke Bank Mandiri An. Bayu Pratama No. Rek.
1160 00599 7706, sms saja bila sdh di Transfer,terima kasih" (10 Sep.
2011 04:59 PM, dari: +628981562541).
Tak ada angin, tak ada
hujan. Suami heran dan menanyakannya pada saya. Beliau mengira saya
sudah belanja online hingga ada sms buat saya yang nyasar di HPnya.
Tapi saya katakan tidak pernah berbelanja online (saat itu). Biasanya,
kalau ada sms nyasar seperti itu,
beliau membalas minimal memberitahu kalau si pengirim SMS salah kirim.
Beliau tak membalas sms nyasar kali ini karena kesibukan + pulsanya
minim.
Dan baru saja hari ini -24 September 2011-, 10 hari dari
sampainya sms nyasar tersebut, saya mengetahui bahwa sms tersebut
ternyata merugikan si penerima jika membalasnya. Ini isi dari status
yang saya baca di facebook :
"Sekilas info dari teman
Waspada... Jika anda menerima sms spt ini atau mirip spt ini : “Tolong uangnya
... ...
Di transfer sekarang Aja
ke bank BNI: 022-741-3681.
A/n FRISKA ANANDA, sms
Saja kalau sudah di Transfer, trimksi...“
Seakan2 sms nyasar biasa,
JANGAN BALAS SMS BALIK...!!!!
Jika membalas sms tersebut (dengan memaki atau berkomentar), anda dikenakan premium charge! Rp 2000/.
Itu adalah Software baru utk menyedot Pulsa kita tanpa kita hrs sms REG yg dikonfirmasi balik.
Sekali nomer HP kita sdh dilock maka selanjutnya pulsa kita akan disedot trs dgn sms lagi tanpa perlu kita membalas sms nya.
Dan fatalnya kita tidak bisa melakukan UNREG spt SMS Premium yg resmi. Hati hati dengan kejahatan ini,susah dilacak."
Maasya Allah, ternyata hampir saja nomor HP suami di lock. Alhamdulillah, Allah masih menolongnya. Sekarang kayaknya zaman penipuan yaa... Ada-ada saja jenisnya. Tak kenal waktu, tak kenal orang.
Ramadhan baru-baru ini, suami -lagilagi-
hampir kena tipu. Bermula dari penemuan amplop bersampul "Dokumen
Penting" di depan rumah. Isinya: surat keterangan tanah, SIUP (Surat
Izin Usaha Perdagangan) dan cek senilai 4 miliar lebih *lebihnya lupa. Karena di SIUP ada no. HP pemilik, iseng-iseng suami saya mengirim sms bahwa ia telah menemukan dokumen penting miliknya.
Ada
balasan dari si pemilik dokumen bahwa suami saya beruntung karena
telah menemukan dokumen yang selama ini dicari-cari. Katanya, si
pemilik sudah mengumumkan di koran Jakarta bahwa barangsiapa yang
menemukan dokumen tersebut, akan diberi uang senilai 125 juta rupiah.
Sms balasannya meyakinkan sekali sampai ia berpura-pura meminta nomor
reg. yang tercantum di sampul amplop jika suami saya memang benar. Suami
sebenarnya sudah tak percaya, tapi tetap membalas sms tersebut *mentang-mentang pake' sms gratisan. Suami
bilang bahwa ia tidak butuh uangnya, kalau memang dokumen itu
penting, silakan si pemilik mengambil sendiri di rumah. Eh, si pemilik
langsung menelpon.
Terjadilah perbincangan yang cukup lama.
Mulailah
si pemilik menanyakan dimana keberadaan kami. Kemudian ia mengatakan
bahwa ia memang sempat meninjau lokasi di daerah sekitar Sinjai dan
Bone dan kemungkinan dokumen itu memang terjatuh di daerah ini. Tapi
yang aneh, kalau sudah tau tercecernya di sekitar sini, kenapa
diumumkan di Koran Jakarta?
Dalam pembicaraan tersebut juga, si
pemilik sempat menyuruh suami saya ke Jakarta untuk membawa dokumen
tersebut dan ia akan diberi bekal 20 juta (wow, siapa yang tidak mau). "Mengapa
Bapak tidak menyuruh bawahannya saja untuk mengambil dokumen ini? kan
perusahaan Bapak besar, perusahaan ekspor impor, pasti punya banyak
bawahan dan perwakilan-perwakilan di setiap daerah" kata suami saya.
Pemilik dokumen membalas dengan berbagai alasan. Takut urusannya ribet di bandara -lah,
dll. Si pemilik minta no. rekening suami saja biar mudah katanya.
Pemilik dokumen mentransfer 20 juta kemudian suami saya membawa dokumen
itu ke Jakarta.
Pembicaraan terhenti dengan meminta waktu kepada suami saya dan berjanji menelpon balik lagi 5 menit kemudian.
5 menit kemudian, ia menelpon. Tanya-tanya ke suami tentang kerja, usahanya, dan masih banyak yang lain yang tak jelas.
Ia juga meminta nomor rekening yang aktif. Saat itu, suami saya
mengatakan padanya bahwa ia punya beberapa rekening, dan anehnya, si
penipu itu bertanya “Rekening yang mana yang banyak saldonya? Yang sering dipakai mentransfer?”
dan pertanyaan aneh yang lain. Suami saya menjawab tapi juga dengan
nada mempertanyakan mengapa seperti ini dan tidak seperti itu. Karena
suami saya berpikir tidak masalah jika memberikan hanya nomor rekening,
maka kesepakatan pun terjadi.
Pembicaraan terhenti dengan
janji si pemilik menelpon lagi setelah nomor rekening di kirim lewat
sms si penipu pemilik dokumen.
Terkirimlah nomor rekeningku
yang tak bersaldo tapi masih aktif. Sambil menunggu, dalam 5 menit itu,
kami berbincang. Sebenarnya, kami sudah tau kalau ini penipuan. Tapi
kami masih mengira-ngira, apa dan bagaimana modus penipuan ini.
Sebelumnya saya juga pernah dapat kasus penipuan lewat telpon, tapi
saya-nya yang diminta si penipu untuk mentransfer uang. Ini sebaliknya.
Hingga tersusunlah rencana-rencana yang konyol.
Saya bilang ke suami, “Kak, ikutka’ nah ke Jakarta”.
Beliau tertawa. Saya juga tertawa dan menyadarkan diri bahwa uangnya belum ada di tangan.
Sekitar
10 menit kemudian, si pemilik dokumen menelpon lagi. Dan terungkaplah
kedok dari si penipu. Ternyata, ujung-ujungnya disuruh ke ATM dan
dipandu disana. Alhamdulillah, suami dengan tegas mempertanyakan “Mengapa harus ke ATM? Tanpa ke ATM juga uang bisa diterima jika Bapak mentransfer”.
Mau tau alasan penipu???
Katanya, “Kami
pakai kurs asing pak, mata uang Singapura. Agak sulit jika
di-rupiah-kan. Apalagi mau transfer banyak. Mesti, begini begitu”.
Alassssannnn, bilang saja kalau mau ngambil uang di rekening kami.
Suami bilang ke penipu, “Wah, tidak bisa pak. Ini sudah penipuan namanya”. Dan si penipu diam tak berkutik lalu mematikan telponnya.
Tamat sudah impiannya menipu kami.
Di
zaman ini, berbagai cara dilakukan orang untuk mencari salah satu
rizqi dari Allah berupa uang. Namun sayang, di antara orang-orang itu
masih ada saja yang memilih jalan pintas hingga berbuah dosa. Menipu
adalah salah satu cara. Dan sungguh berdosalah jika sekiranya si penipu
berhasil mengambil sesuatu dari cara menipu. Jika uangnya digunakan
untuk membeli sesuatu (makanan, pakaian, dll), maka ia berarti telah
memakai dan mengalirkan sesuatu yang haram dalam dirinya, naudzubillah.
Mengapa harus dengan cara menipu kah kita mencari rizqi? Begitu banyak cara lain yang lebih halal yang bisa kita tempuh.
Kejernihan
hati banyak tergantung kepada kesucian rezeki. Jika makanan dan
minuman yang mengalir dalam tubuh diperolehi dari sumber yang baik,
maka bahan tersebut akan menyumbang keperibadian mulia dalam diri
seseorang. Sebaliknya jika darah yang mengalir dalam tubuh diperolehi
dari sumber rezeki yang haram, maka segala tingkah laku, budi pekerti
dan akhlak seseorang akan diwarnai oleh jenis makana.n haram tersebut.
24 September 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar