Minggu, 23 Agustus 2020

Muqaddimah Journey With Quran

Bismillah...

Sesungguhnya tidak ada yang mempertemukan kita pada kajian ilmu secara virtual ini kecuali semata-mata karena Allah. Semoga Allah selalu memperjumpakan kita di dalam kebaikan. Semoga kita senantiasa menjadi orang yang dipersaudarakan oleh Allah subhanahu wata’ala. 

Berbicara tentang program yang akan kita selami, bagaimana sensasi menghabiskan satu kitab “50 Kaidah Penting dalam alQuran”, tentunya saya ingin menyampaikan prolog. Prolog ini penting karena akan membantu dan memotivasi kita supaya memudahkan kita untuk memahami setiap kaidah-kaidah yang akan kita kaji dan pelajari. Prolog dan muqaddimah itu dalam segala sesuatu selalu diperlukan.

Saya akan menyampaikan prolog pada kajian Journey with Quran dengan sebuah kisah nyata yang semoga kisah ini related dengan apa yang kita pelajari. Saya pernah mendapati dalam teras kehidupan dakwah, saya pernah bertemu dengan seseorang yang menceritakan tentang salah satu circle sahabatnya. Sahabatnya ini menempuh pendidikan di luar negeri, di daerah Eropa, Amerika. Dan ketika dia pulang dari perjalanan studinya setelah menyelesaikan pendidikannya, maka beliau kembali ke tanah air tercinta, Indonesia. Suatu waktu, orang ini ditakdirkan untuk mengikuti kajian keluarga besarnya. Walaupun sebenarnya ia merupakan orang yang tidak terbiasa dengan kultur kajian. Tapi karena ini diadakan dan diselenggarakan oleh keluarganya, maka beliau ikut. Ketika beliau ikut pada kajian tersebut, diantara berbagai macam uraian yang disampaikan oleh sang ustadz, ada beberapa narasi yang sangat menyentuh hatinya.

Sang ustadz berkata, “Sesungguhnya Quran, ketika menyentuh apapun dalam lini kehidupan kita, maka Quran itu akan membentuk sesuatu yang istimewa.” Karena beliau kulturnya adalah dari studi di luar negeri yang mana sangat kuat rasionalitas dan logikanya, maka sesungguhnya dia sempat menolak apa yang disampaikan oleh sang ustadz. Dia berpegang kepada logikanya.

Tapi, entah bagaimana, ketika dia ditakdirkan untuk hamil, maka dia teringat bahwa diantara salah satu penjelasan sang ustadz, orang-orang yang hamil itu ketika membaca qur’an, akan diberikan kualitas anak yang berbeda dibanding kehamilannya yang tidak banyak berinteraksi dengan alquran. Maka ketika dia hamil, antara percaya dan tidak, antara menolak apa yang pernah ia dengarkan, dengan membandingkan semua teori yang pernah dia pelajari di dalam studinya, saling beradu.

Sampai akhirnya dia mencoba untuk membaca alquran selama kehamilannya. Tapi karena dia belum terlalu yakin, dia membacanya hanya satu kali dalam sembilan bulan. Dan ketika anak itu dilahirkan, setelah melewati beberapa bulan dan waktu, beliau mendapati bahwasanya anaknya memiliki kelebihan yang tidak ia dapatkan dari anak-anak yang seusianya. Dia sempat mengambil kesimpulan, apakah keistimewaan anak saya karena saya membacakan Quran? Karena sekali lagi, background dia sebagaimana orang yang selalu mengedepankan rasionalitas, mencoba untuk menolak itu. Tetapi tetap, bergelayut pertanyaan di dalam hatinya, apakah istimewanya anak saya ini disebabkan karena saya membacakan quran? 

Sampai beberapa waktu lamanya, akhirnya beliau ditakdirkan untuk hamil yang kedua. Beliau membaca alquran kembali dan beliau mengkhatamkan alquran selama masa kehamilannya sebanyak 3 kali (setiap 3 bulan kehamilan, ia khatam sekali). Dan ketika lahir anak yang kedua, ternyata kualitas anaknya bertambah lebih baik dan lebih maju daripada anak yang pertama (baik dan maju sesuai dengan pengetahuan yang pernah ia kaji tentang masalah anak). Dari sugesti menjadi keyakinan, apakah ini disebabkan karena interaksi saya ketika hamil bersama alquran? Pertanyaan itu tetap muncul dan belum membuahkan keyakinan penuh.

Sampai akhirnya ia beliau ditakdirkan untuk hamil yang ketiga. Dalam kehamilannya yang ketiga ini, maka beliau mencoba untuk mengkhatamkan quran setiap bulan, selama masa kehamilannya, sembilan bulan sembilan kali khatam. Ketika lahir anak yang ketiga, melewati beberapa bulan, ia mendapati anak yang ketiga memiliki keistimewaan lebih dari pada kedua kakaknya. Dan hari ini, anak yang ketiga, di usia belia sudah hafal alquran.

Disitulah akhirnya beliau menyampaikan, ternyata betul, interaksi manusia, interaksi alam semesta dengan alquran itu akan membuat suatu keistimewaan yang luar biasa. Ketika janin berinteraksi dengan alquran, maka janin pun mendapatkan keistimewaan.

Karena memang sejatinya, alquran itu bukan hanya kitab yang mana kita mendapatkan manivestasi pahala ketika kita membacanya.  Tetapi dalam kehidupan kita, hakikat dan sejatinya alquran yang Allah turunkan melalui lisan nabi dan apa yang diturunkan kepada Rasulullah merupakan kekuatan yang besar. Karena kekuatan besar dalam kehidupan manusia adalah ketika mereka bersama dengan alquran. Alquran itu tak hanya diibadahi ketika dibaca, tapi ia sejatinya kekuatan tanpa perisai yang merubah apapun.

Maka betul apa yang disabdakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di dalam hadits yang shohih,

Dari Umar RA, “Allah mengangkat derajat beberapa kaum melalui kitab ini (Alquran) dan Dia merendahkan beberapa kaum lainnya melalui kitab ini pula.” (HR. Muslim).

Maka pantas, Alquran itu adalah mu’jizat terbesar pada kehidupan manusia. Kenapa? Tahukah kita, seluruh mu’jizat para nabi dan rasul hilang bersama dengan wafatnya satu persatu para nabi dan rasul ketika mereka meninggal dunia, hilang pula mu’jizat-mu’jizat yang pernah Allah turunkan kepada para nabi dan rasul. Tapi itu tidak berlaku pada alquran. Mu’jizat yang Allah turunkan kepada nabi Muhammad itu adalah alquran, dan dashyat serta spektakulernya alQur’an itu adalah ia tidak hilang walaupun Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam meninggal dunia. Dan kita menjumpai efektivitas dari mu’jizat alquran terus berlangsung pada kehidupan manusia sampai nanti ketika matahari terbit dari arah barat.

Kita perhatikan beberapa hal, untuk menambah keimanan kita bahwasanya alquran itu mu’jizat terbesar pada kehidupan manusia (perhatikan video). Video ini menceritakan tentang sosial experiment: orang-orang yang diperdengarkan alquran di negeri Eropa, dimana negeri itu negeri yang subur dengan Islam phobia, banyak diantara masyarakatnya sama sekali tidak pernah mengenal Islam dengan pemahaman yang benar dan mereka tidak pernah mendengarkan quran. Perhatikan, ketika mereka mendengarkan alquran dari orang yang memperdengarkan alquran di telinga mereka pertama kali. Ada yang duduk, ada yang nangis, ada yang termenung, bahkan ada yang berkomentar “Ini instrumen terindah yang pernah saya dapatkan dalam hidup”. Inilah mukjizat alquran, sampai mereka yang tidak beriman yang notabene mereka tidak pernah mendengarkan alquran, tetapi justru mereka merasakan dahsyatnya alquran itu menyentuh pada dinding hati mereka. Dan bukankah kita juga merasakan langsung mukjizat alquran? Berapa kali kita sering menangis ketika kita berdiri di belakang imam yang begitu merdu, hafal quran ketika membacakan quran dalam sholat-sholat panjang yang kita pernah lalui, lalu meneteskan air mata walaupun kita tidak paham maknanya secara detail. Karena quran spektakuler menjadi kekuatan yang besar, bukan hanya mengubah kejayaan, tetapi sesungguhnya quran pun menyentuh dinding hati paling terdalam pada diri manusia.

Kita lihat lagi, ada sebuah contoh yang bisa menambah keyakinan kita kepada Allah. Perhatikan video ini. Ini video lautan, terpisah dengan dua lautan dari sisi kanan dan sisi kiri, kita melihat warna yang berbeda. Tetapi ternyata mereka tidak saling melampaui diantara dua lautan itu. Sebelum kita menemukan video ini, tahukah kita? Di dalam surah Arrahman ayat 19-20, Allah sudah berfirman:

“Allah mencampurkan antara dua lautan, yang asin dan yang tawar saling bertemu yang tampak dilihat dengan mata. Antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui masing-masing.”

Ada dua lautan yang ketika bertemu, mereka tidak saling melampaui. Dan itu ada di dalam alquran, 1400 tahun yang lalu, dibawa oleh Rasul dari padang pasir, jauh dari lautan. Dan Rasul tidak pernah menyeberangi samudra tapi ternyata Rasul sudah mengabarkan bahwasanya lautan ada dua sisi yang mereka datang dengan warna yang berbeda dan tidak saling memasuki, dan itu disampaikan di dalam alquran 1400 tahun yang lalu sebelum kita melihat video ini. Disitulah kita paham, siapapun yang bersama alquran, sejatinya mereka selalu terdepan dalam setiap peradaban.

Perhatikan video kembali, kita melihat ini adalah foto sebuah gunung warna-warni di dataran China. Kita dulu tidak tahu kalau ternyata gunung itu warna warni. Tapi ternyata pada surah Fathir ayat 27, Allah menyampaikan, “Dan diantara gunung-gunung itu ada garis-garis putih dan merah yang beraneka macam warnanya dan ada pula yang hitam pekat.”

Dan ternyata itu sudah disampaikan oleh Allah, 1400 tahun yang lalu. Dan kita baru menyadarinya ketika melihat video ini, dan itu tambahan kembali bagi kita. Ternyata Quran selalu mengajak kita terdepan dalam pemikiran, bagaimana kita mengimani quran yang datang dari dzat yang maha ilmu yang tidak ada batas akhirnya dalam setiap kalam yang Allah sampaikan dalam alquran. Maka betul kata Rasulullah, Quran itu mengangkat satu kaum.

Perhatikan bangsa Arab, bangsa penggembala kambing. Anak-anak perempuan dikubur hidup-hidup, umatnya meminum khamr, perempuan-perempuannya bisa dicicipi setiap lelaki pada zaman itu. Bahkan kalau kita mengenal kultur masyarakat jahiliyah, setiap perempuan yang mau dizinahi, tinggal memasang bendera di depan rumahnya, yang dipahami setiap lelaki bahwasanya dia memasuki rumah tersebut dalam kondisi bisa untuk menikmati perempuannya. Dari bangsa dengan kultur yang semacam itu, quran menyentuh mereka. Dan ternyata, peradaban mereka berubah pesat. Tidak sampai 20 tahun, Persia rontok. Tidak sampai 50 atau 100 tahun, Romawi pun rontok, disebabkan komitmen komunitas ring pertama Rasulullah yaitu para sahabat, komitmen kepada AlQuran. Inilah saatnya, ketika kita ingin membangun puzzle-puzzle peradaban dan kemuliaan kita dihadapan sang khalik, kemuliaan kita adalah ketika kita memahami kalam Allah dalam kehidupan kita dan itulah kewajiban kita kepada alquran.

Syeikh Utsaimin berkata, “Kewajiban manusia kepada Quran itu sejatinya ada 4:

1. Membacanya (karena itu adalah bagian dari ibadah, setiap hurufnya), 2. Memahami artinya, 3. Memahami tafsir, ta’wil dan interpretasinya (persis dengan apa yang disampaikan oleh Rasulullah), 4. Tata prilaku dan sikap (persis sebagaimana petunjuk wahyu dan ilahi)”.

Dan Inilah kewajiban kita dalam kehidupan kita berinteraksi dengan alQuran supaya meningkatkan kemuliaan kita di hadapan sang khalik dan sesungguhnya alam semesta merendahkan dirinya kepada mereka yang telah menyerahkan dirinya kepada alquran.

Makanya, saya pernah kagum pada salah satu acara yang membuat saya tidak akan pernah lupa. Dulu ketika saya masih kuliah di Fakultas Syariah, saya pernah menghadiri debat antara kaum muslimin dan umat kristiani dalam sebuah debat yang ramah dan baik. Yang menarik bukan ketika masing-masing pihak menyampaikan apa yang ingin mereka sampaikan dari konsep kebenaran, tetapi yang menarik adalah ketika dibuka sesi pertanyaan, ada salah satu yang menanggapi. Pada saat itu, dia mengatakan testimoni, “Saya ini muallaf. Alasan saya masuk Islam itu sederhana. Saya mencari semua agama diantara perbedaan dan keistimewaan masing-masing agama. Lalu saya menjumpai, tidak ada agama yang mampu menjadikan setiap pemeluknya hafal kitab sucinya, dari huruf pertama sampai terakhir kecuali itu hanya saya dapatkan di dalam Islam. Dan yang hafal alquran di dalam Islam bukan satu dan dua, ratusan ribu yang tersebar dari ujung timur sampai ujung barat. Dan tidak ada kitab yang sampai dijadikan mudah oleh penciptanya untuk dihafalkan oleh pemeluknya kecuali itu hanyalah alquran.” Lalu beliau menantang dengan lembut. Tantangan itu adalah ketika beliau berkata, “Apapun agama yang bisa memberikan bukti kepada saya bahwasanya kitab suci mereka dihafalkan oleh pemeluknya sebagaimana kami menghafalkan alquran dari huruf pertama sampai huruf yang terakhir, maka saya siap untuk murtad dari agama ini dan memindahkan agama saya kepada agama itu.” Dan tantangan itu, senyap, tidak terjawab. Karena memang sejatinya tidak ada kitab suci yang paling benar, yang asli, kecuali alquran yang Allah mudahkan bagi setiap hamba dan mahkluknya untuk menghafalkannya, karena disitulah kunci peradaban kita.

Inilah yang membuat kami ingin membahas sisi-sisi yang ada dalam alquran, yang related dan berkaitan langsung dengan kehidupan kita, supaya betul-betul kehidupan kita, referensinya bukan referensi abal-abal dari manusia. Referensinya bukan abal-abal dari mereka yang tidak beriman dan bukan bersumber kepada dzat yang maha ilmu. Kita ingin kembali berinteraksi dengan alquran dalam kehidupan kita, karena kebahagiaan kita terletak pada kebahagiaan kita bersama alquran. Siapapun yang bersama alQuran, maka akan mulia. Bukankah quran ketika malaikat Jibril menurunkan, ia menjadi malaikat yang paling mulia. Bukankah malam ketika Allah menurunkan alquran menjadi malam yang paling mulia, yaitu malam lailatul Qadr. Bukankah bulan ketika Allah menurunkan alquran menjadi bulan yang paling mulia, yaitu bulan Ramadhan. Dan bukankah lelaki yang paling mulia adalah lelaki yang padanya diturunkan alQuran, yaitu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

Inilah sebab kami membahas sisi kecil diantara samudera kebenaran dalam alquran supaya kita paham, kemajuan dan kualitas hidup kita tidak terletak pada teori-teori yang disandarkan kepada manusia, tetapi kemuliaan kita yaitu ketika hidup kita bersandar pada kalam ilahi, Rabb yang menguasai alam semesta. 

Selamat datang di program Journey of Quran, semoga kita mendapatkan keberkahan dalam setiap lembaran-lembaran yang akan kita kaji dan menumbuhkan keberkahan dengan perbuatan nyata sesuai dengan apa yang Allah cintai dan ridhoi.


Journey With Quran

oleh: Abu Bassam Oemar Mita, LC. -Hafidzahullah-

Kamis, 20 Agustus 2020 / 1 Muharram 1442 Hijriyah


#catatanraidahmuharrikah #catatanjourneywithquran #journeywithquran #syameelaseriesclassroom

Tidak ada komentar:

Posting Komentar