Selasa, 08 September 2020

Kaidah 37 - 38

Bismillaah...

Kaidah 37 = Istiqomah (Hud : 112)
Kaidah 38 = Pengadilan Allah (Az Zalzalah : 7-8)


~RESUME~

Tidak ada yang paling berat ketika kita menghambakan diri kepada Allah kecuali menjaga konsistensi iman kita kepada Allah. Beriman kepada Allah itu bukan satu musim, tapi beriman kepada Allah itu melewati puluhan musim dan puluhan purnama.

Kalaulah kita beribadah kepadanya hanya di musim Ramadhan, tentunya itu mudah. Kalaulah kita taat kepadaNya ketika kita tawaf dan ketika haji dan umrah, tentunya itu ringan. Tapi bukankah ketakwaan itu bukan hanya bertahan pada satu musim Ramadhan dan bukan hanya bertahan dalam putaran tawaf. Sesungguhnya beribadah kepada Allah itu sepanjang hayat dikandung badan.

Itulah yang menjadikan kita mengerti, tidak ada perkara yang paling berat dirasakan Nabi kecuali perintah ketika Beliau diarahkan untuk istiqamah pada hidupnya. Bukankah Nabi sampai beruban ketika ayat yang memerintahkan Beliau untuk istiqomah turun kepada Beliau? Menunjukkan kepada kita, sesungguhnya iman itu yang paling berat adalah istiqomah.

Hijrah itu terkadang mudah. Banyak orang yang hijrah itu datang dari berbagai macam alasan yang ringan, tetapi yang paling berat adalah istiqomah di dalam perjalanan kita hijrah. Disitulah kita memahami, tidak ada perkara doa yang paling sering diminta Nabi kepada Rabbnya kecuali adalah meminta supaya diberikan istiqomah.

Tapi walaupun istiqomah itu berat, selalu ada ujung yang manis bagi mereka yang tetap bertahan, apapun kondisi getirnya dihadapi. Selama dia istiqomah, disitu akan ia jumpai kabar gembira yang diberitakan oleh Allah yaitu surga yang mengalir dibawahnya sungai-sungai dengan gemericik air yang menenangkan.

Inilah yang menjadikan kita mengetahui, kenapa kita diperintahkan untuk dzikir, kenapa kita diperintahkan untuk membaca alQur'an, kenapa kita diperintahkan untuk terus menuntut ilmu, supaya menjaga hangatnya iman. Karena menjaga ketakwaan dan keimanan lebih berat dari seorang penjaga gawang ketika menjaga mistar gawangnya. 

Di sisi yang lainnya, kita juga harus mengetahui, pemburu surga itu sejatinya adalah pemulung amal. Dia tidak pernah picky dan tidak pernah pilih-pilih ketika mereka itu beramal dengan apa yang harusnya mereka lakukan. Bisa jadi ada amal yang kita pandang sebelah mata tapi justru sejatinya amal itu yang akan memasukkan kita ke syurga.

Sungguh, visi dan misi pemburu syurga adalah mereka yang menjadi pemulung amal. Mereka lakukan apa yang mereka mampu, tanpa mereka memilih dan memilah yang besar ataupun yang kecil. Karena mereka tahu bisa jadi yang kecil justru memadamkan api neraka untuk mereka.

Semoga kita senantiasa tidak pernah berhenti untuk istiqomah. Senantiasa pula kita tidak pernah memandang remeh satu amalan yang ada di hadapan kita selama kita mampu melakukan. Bisa jadi amalan itu ringan, tapi bisa jadi, pintu syurga terbuka lebar dengan amalan itu tanpa kita sadari.


Jumat, 4 September 2020 / 16 Muharram 1442 H
(Hari ke 15 di "Journey with Quran" Classroom)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar