KISAH MASUKNYA AGAMA YAHUDI DAN NASRANI DI JAZIRAH ARAB
Tabban As'ad adalah seorang raja yang luar biasa, saking luasnya
kekuasaannya dan kuatnya kekuatan militer dan ekonominya, maka semua
raja Yaman setelahnya diberikan julukan dari namanya dia, Tabban As'ad
atau biasa disebut dengan Tubba’. Dalam alQuran ada dikatakan “Wa qoumi
Tubba’” (dan kaumnya Tubba’), artinya Tubba’ ini julukan bagi raja-raja
Yaman.
Waktu itu memang banyak julukan-julukan, seperti kerajaan
Romawi diberikan julukan Kaisar (rajanya), itu bukan nama rajanya tapi
julukannya, nanti setelahnya ada namanya, Kaisar siapa.
Kemudian
wilayah Faris, yang kita tau ada Kisra. Kemudian ada di Ethopia yang
bernama Najasyi. Jauh sebelumnya, di Mesir ada Fir’aun. Fir’aun itu
julukan bagi raja-raja Mesir, bukan namanya, nanti ada nama yang lain.
Seperti terkadang ada Ramsis I, kemudian ada si fulan, seperti itu
kurang lebih gambarannya.
Tabban As'ad ini karena masyhurnya
sampai-sampai akhirnya raja Yaman diberikan julukan dari nama dia,
Tubba’. Raja ini terkenal dengan kekuatannya dan luar biasa, punya power
yang besar dan dia suka berniaga.
Suatu hari, dia mengadakan
perjalanan bisnis, Tabban As'ad ini dari Yaman, kemudian dia melewati
kota Madinah. Lalu dia membiarkan anaknya di kota Madinah (waktu itu
Madinah namanya Yatsrib, dan kita tidak boleh sekarang menyebut Yatsrib,
nabi shallallaahu 'alaihi wasallam melarang kita mengatakan Madinah
Yatsrib tapi menggantinya dengan Madinah Munawwarah atau Thooba atau
Thoyyibah, itu nama kota Madinah). Akhirnya, anaknya ditinggalkan di
kota Madinah/kota Yatsrib.
Setelah itu, terjadi perselisihan antara anak
Tabban As'ad dengan masyarakat Madinah, cekcok, akhirnya terbunuhlah
anaknya Tabban As'ad. Tabban As'ad ini karena dia raja di Yaman
sementara Madinah/Yatsrib adalah kota yang kecil, lalu dia mengutus
pasukan untuk mengepung Madinah, diserang karena dia ingin balas dendam
kenapa anaknya dibunuh disana.
Terjadilah peperangan antara Tabban As'ad dengan masyarakat Madinah.
Sementara terjadi peperangan, Tabban As'ad kaget dengan perilaku
masyarakat Madinah yang nantinya masyarakat Madinah ini yang menjadi
kaum Anshor (sahabat-sahabat Nabi dari Madinah disebut Anshor, terdiri
dari 2 suku besar; Aus dan Khazraj, ini nanti dua suku besar yang
digabung menjadi Anshor, yang Allah mengatakan “Assaabiqunal Awwaluuna
minal Muhaajiriina wal Anshor”, orang-orang yang pertama masuk Islam
dari Muhajirin di Mekkah dan Anshor di Madinah).
Awalnya
kisah-kisah orang Anshor ini (Aus dan Khazraj) berperang dengan Tabban
As'ad. Tabban As'ad ini ingin balas dendam atas kematian anaknya.
Yang paling pertama membuat Tabban As'ad kagum waktu itu adalah
karomnya masyarakat Madinah. Apa itu karom? Kemuliaannya, ringan tangan.
Belum pernah ada dalam sejarah (sampai sekarang), ada orang yang
berperang pada pagi hari, kemudian pada saat istirahat di malam hari,
masyarakat Yatsrib Madinah mengirimkan makanan untuk Tabban As'ad dan
pasukannya serta membantu mengobati orang-orang yang luka. Lalu, Tabban
As'ad tetap saja “Saya tetap harus memerangi kota ini dan tidak ada yang
menjelaskan kenapa masyarakat Madinah begitu”.
Tidak lama
kemudian, keluarlah dua orang pendeta Yahudi dari Madinah. Jadi, sudah
ada pendeta Yahudi di Madinah. Dua pendeta Yahudi ini ternyata dari
keturunan orang-orang Yahudi yang sudah lama datang ke kota madinah
(alasannya nanti akan dijelaskan pada saat pendeta ini bertemu dengan
Tabban As'ad, kenapa mereka ada di Madinah).
Kedua pendeta ini keluar lalu bertemu dengan Tabban As'ad, permisi, pamit, masuk ke kemahnya lalu ditanya
“Apa tujuan Anda, wahai Raja Tabban?”.
Dia bilang “Tujuan saya ingin membumi hanguskan Madinah ini, semua saya mau bunuh, saya mau hancurkan kota ini”.
Apa kata kedua pendeta tersebut? “Engkau tidak akan mampu dan kalaupun
kau terus mau melakukan itu, Allah akan menghancurkanmu”.
Lalu Tabban As'ad bingung, “Kenapa kalian bilang seperti itu? Apa alasannya?”.
Kedua pendeta Yahudi ini mengatakan “Karena kota ini Mahjarun Nabi, ini nanti akan menjadi tempat hijrahnya nabi terakhir”.
Jadi alasan orang-orang Yahudi datang ke Madinah (awalnya mereka ada di
Jazirah Arab), karena mereka dapatkan dalam kitab Taurat, ada kota di
Jazirah Arab, tepatnya kota Madinah, nanti akan dihijrahi oleh nabi
terakhir. Jadi mereka sudah tahu. Anehnya, setelah nabi shallallaahu
'alaihi wasallam diutus mereka tidak beriman.
Sampai beberapa sahabat
nabi dari Anshor waktu terjadi Ba’iat Aqobah (nanti akan dibahas), waktu
nabi shallallaahu 'alaihi wasallam berdakwah di Mekkah, kemudian di
musim haji ketemu dengan banyak utusan-utusan suku diantaranya suku Aus
dan Khazraj dari Madinah, lalu nabi shallallaahu 'alaihi wasallam
jelaskan “Saya seorang nabi, saya utusan Allah, Allah mengajarkan
begini, tidak boleh zina, tidak boleh bohong, mentauhidkan Allah...”,
lalu orang-orang Anshor ini bilang “Sepertinya orang ini yang
orang-orang Yahudi di Madinah ceritakan kepada kita”.
Apa ceritanya
orang Yahudi di Madinah? Mereka bilang “Hai Aus dan Khazraj (yang nanti
jadi kaum Anshor), nanti akan keluar nabi terakhir disini, kami orang
pertama beriman kepadanya, dan kami akan memerangi kalian kalau kalian
tidak beriman, kami akan bumi hanguskan kalian seperti kaum ‘Aad dan
Iram”. (***istilah kaum ‘Aad dan Iram ini, peperangan yang terjadi
antara dua suku sampai semuanya habis, tidak tersisa satu pun, semua
terbunuh***). Maka, orang-orang Anshor (dari Madinah) mengatakan “Kalau
begitu, kita harus beriman kepada nabi ini sebelum Yahudi duluan”.
Kembali kepada kisah tadi, lalu si Tabban As'ad ini bertanya “Siapa itu
Allah, siapa kalian ini?”. Lalu orang-orang Yahudi (kedua pendeta) ini
menceritakan, “Yahudi itu begini, pengikut nabi Musa, ada kitabnya Allah
(Taurat)...”, dijelaskan semuanya sampai Tabban As'ad akhirnya masuk
agama Yahudi pada saat itu. Lalu, Tabban As'ad memaafkan masyarakat
Madinah kemudian dia ingin kembali ke Yaman. Waktu ingin kembali ke
Yaman, dua pendeta Yahudi ini dibawa dengan tujuan agar dua pendeta
Yahudi ini mengajarkan agama mereka untuk masyarakat Yaman.
Pergilah keduanya, jalan, melewati Mekkah (menuju Yaman). Pada saat akan
tiba di Mekkah, mereka bertemu dengan satu suku di sekitar Mekkah
bernama Huzail. Suku Huzail ini tidak suka sama Tabban As'ad (dari
Yaman), tidak suka juga dengan masyarakat Mekkah. Maka mereka (suku
Huzail) mau sebarkan fitnah, mereka bilang
“Hai Tabban, Anda kan raja dari Yaman, Anda pasti keluar dengan pasukan sebanyak ini untuk mencari kekayaan”.
Tabban mengatakan “Iya”.
Mereka mengatakan “Mau gak kami tunjukkan kepada Anda kekayaan yang banyak sekali? Gampang ambilnya.”
Tabban mengatakan kepada suku Huzail, “Tentu”.
Suku Huzail, karena mereka tidak suka sama Tabban dan masyarakat Mekkah
(kejadian ini sekitar kota Mekkah, belum sampai di Mekkah), maka mereka
bilang “Di dalam kota ini, di Mekkah, ada satu rumah yang diagungkan
oleh masyarakatnya (mereka tidak bilang Ka’bah), dibawahnya itu banyak
harta karun terpendam, banyak emas”. Memang dulu zaman itu, dari zaman
nabi Ibrahim 'alaihissalaam setelah meninggal, karena mengagungkan
Mekkah, masyarakat Arab banyak menaruh emasnya di Ka’bah, ada bahkan
pernah dibuat patung rusa itu dari emas dan ditaruh di Ka’bah. Banyak
harta.
“Ambil saja. Gampang. Hancurkan rumah itu, ambil hartanya.”
Tabban As'ad yang belum banyak belajar tentang Allah, belum paham
tentang agama Allah, lalu menyiapkan pasukannya. Kedua pendeta Yahudi
mendekati Tabban “Anda mau kemana siapkan pasukan perang? Tiba-tiba
begini”. Tabban bilang “Saya ingin masuk ke kota ini (Mekkah), disana
katanya ada rumah, dibawah rumah itu banyak harta karun. Saya ingin
ambil”.
Maka apa kata dua pendeta Yahudi? “Demi Allah hai Tabban,
sesungguhnya suku Huzail, yang menyuruh kamu tadi itu, ingin
menghancurkanmu. Kami tidak tau ada rumah Allah di muka bumi kecuali
ini. Kalau kau berusaha menyerangnya, maka kau akan dihancurkan.” Ini
perkataan siapa? Orang-orang Yahudi. Jadi, sampai hari ini orang Yahudi
tahu Ka’bah itu rumahnya Allah.
Maka Tabban As'ad balik bertanya, “Lalu, apa saran kalian?”
Kata dua pendeta Yahudi ini, “Saran saya, Anda mengagungkan Ka’bah itu
lalu Anda tawaf di sekitarnya”. Kata Tabban, “Bagaimana dengan kalian?
Kenapa kalian tidak tawaf? Kenapa Cuma suruh saya saja? Bagaimaan itu
tawaf? dst”. Kata pendeta, “Kami ini para ulama Yahudi, kami tidak
pantas tawaf disitu kalau ada patung-patung, sementara banyak patung
disitu”. Maka Tabban pun akhirnya masuk, kemudian dia tawaf di Ka’bah.
Setelah dia tawaf di Ka’bah, Tabban As'ad mimpi meletakkan kain di
fisiknya Ka’bah, itulah yang akhirnya dikenal dengan Qiswah. Jadi awal
kisahnya Qiswah ini dari Tabban As'ad. Tabban As'ad akhirnya bangun, dia
ceritakan kepada pendeta itu, lalu pendeta mengatakan “Letakkanlah
kain”. Disuruhlah buat kain yang bagus, dipakaikan di Ka’bah (seperti
sekarang, tapi modelnya tentu berbeda, zaman dulu wallahu a’lam
bagaimana, yang jelas sekarang sudah berubah/beda, karena di zaman
Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam juga itu sifatnya kain-kain
biasa yang ditumpuk).
Lalu, beberapa hari kemudian Tabban As'ad
pun menyuruh untuk mengganti dengan kain yang lebih bagus dari Yaman.
Setelah itu, mulailah Qiswah atau kain Ka’bah berjalan sampai zaman
Abdul Muththolib (kakek Nabi shallallaahu 'alaihi wasallam) dan waktu
itu Qiswah Ka’bah ditumpuk-tumpuk. Satu kain, begitu sudah tua, usang
(mungkin setahun dua tahun), lalu ditumpuk lagi kain, ditumpuk lagi
kain, sampai Ka’bah jadi berat dan hampir saja bangunannya rubuh.
Setelah itu baru disepakati oleh orang-orang Quraisy diletakkan satu
kain saja (akan dibahas di kisah Abdul Muththalib).
Yang perlu
digarisbawahi, Qiswah Ka’bah itu hanya HIASAN Ka’bah. Bukan apa-apa.
Kenapa disinggung? Karena banyak jamaah haji bawa gunting menuju ke
Ka’bah bukan untuk tahallul (cukur rambut) karena perintah Allah, tapi
menggunting Qiswahnya Ka’bah, lalu dibawa pulang dijadikan jimat. Ini
ajaran dari mana, kain bisa berubah jadi jimat? Sudah dibahas, hati-hati
dengan perbuatan syirik, itu semua adalah benda-benda makhluknya Allah.
Kembali ke kisah...
Pulanglah Tabban As'ad ini ke Yaman. Di Yaman, kebetulan seluruh
masyarakatnya awalnya menyembah api. Dan ada satu api besar sekali yang
mereka bakar di suatu tempat, rumah yang sangat luas dan memiliki
pintu-pintu dari besi, dan mereka sembah disitu. Kalau ada orang yang
berbuat salah, diberdirikan di pintu besinya kemudian dibuka. Misalnya
ada dua orang yang lagi bertengkar, si A dan si B. Kalau dua-duanya
tidak ada yang mau mengaku salah, diberdirikan di pintu rumah itu
kemudian di buka pintu itu lalu api menyambar. Siapa yang pertama
disambar oleh api, dialah orang yang salah. KEJAHILAN. Ini, mereka Cuma
buka pintu, kebetulan apinya menyerang si A dianggap si A yang salah.
Ini keyakinan orang Yaman.
Lalu apa yang terjadi? Tabban As'ad
pulang dan mendakwahkan agama Yahudi ke masyarakat Yaman. Ternyata,
mayoritas masyarakat Yaman menolak, tidak mau, apalagi mereka disuruh
tinggalkan sembah api. Lalu, berdialoglah antara tokoh-tokoh agama
penyembah api dan pendeta-pendeta Yahudi ini, mereka sepakat, “Begini
saja, keyakinan masyarakat sini kan siapa yang salah bisa disambar api.
Coba, pendeta ini berdiri di pintu kemudian tokohnya penyembah api juga
berdiri disitu. Siapa yang disambar api duluan, berarti dia salah”. Raja
Tabban As'ad ini sampaikan kepada pendeta “Bagaimana pendapat kalian”,
disepakati “Tidak apa-apa. Pasti Allah akan tolong kita”.
Berdirilah pendeta tersebut dua orang dan dua orang juga dari tokoh
penyembah api. Waktu dibuka, apinya tiba-tiba menyerang kedua tokoh
penyembah api. Mereka lari. Waktu mereka lari, disebutkan dalam sejarah,
seluruh masyarakatnya marah. Harus kembali, tidak boleh tidak, kita mau
cari kebenaran. Waktu dikembalikan, kemudian dibuka kedua kali, api
menyambar tokoh penyembah api dan mereka hangus terbakar. Karena
kejadian ini, satu negeri Yaman masuk agama Yahudi di zaman itu.
Makanya, Abdullah ibn Saba’, yang dikenal dengan pendiri pemahaman
Syi’ah, itu dari Yahudi Yaman, yang asalnya dari ini tadi.
Inilah kurang lebih kisah bagaimana bisa agama Yahudi ada di Jazirah
Arab. Asalnya mereka ke Madinah karena alasan tempat hijrahnya nabi dan
bagaimana mereka bisa masuk ke Jazirah Arab umumnya di negeri Yaman yang
waktu itu punya kekuatan besar, masuknya adalah karena Tabban As'ad.
Dan sampai sini kisah Yahudi selesai.
Biidznillahi ta’ala, kita akan lanjutkan nanti bagaimana Nasrani masuk ke Jazirah Arab.
Bersambung
(Sumber: ditranskrip dari ceramah Ust. Dr. Khalid Basalamah hafidzahullaah)
#sirahnabawiyah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar