Sabtu, 13 Februari 2016

SIRAH NABAWIYAH (10)

KISAH MASUKNYA AGAMA YAHUDI DAN NASRANI DI JAZIRAH ARAB

Tabban As'ad adalah seorang raja yang luar biasa, saking luasnya kekuasaannya dan kuatnya kekuatan militer dan ekonominya, maka semua raja Yaman setelahnya diberikan julukan dari namanya dia, Tabban As'ad atau biasa disebut dengan Tubba’. Dalam alQuran ada dikatakan “Wa qoumi Tubba’” (dan kaumnya Tubba’), artinya Tubba’ ini julukan bagi raja-raja Yaman.


 Waktu itu memang banyak julukan-julukan, seperti kerajaan Romawi diberikan julukan Kaisar (rajanya), itu bukan nama rajanya tapi julukannya, nanti setelahnya ada namanya, Kaisar siapa.
Kemudian wilayah Faris, yang kita tau ada Kisra. Kemudian ada di Ethopia yang bernama Najasyi. Jauh sebelumnya, di Mesir ada Fir’aun. Fir’aun itu julukan bagi raja-raja Mesir, bukan namanya, nanti ada nama yang lain. Seperti terkadang ada Ramsis I, kemudian ada si fulan, seperti itu kurang lebih gambarannya.

Tabban As'ad ini karena masyhurnya sampai-sampai akhirnya raja Yaman diberikan julukan dari nama dia, Tubba’. Raja ini terkenal dengan kekuatannya dan luar biasa, punya power yang besar dan dia suka berniaga.

Suatu hari, dia mengadakan perjalanan bisnis, Tabban As'ad ini dari Yaman, kemudian dia melewati kota Madinah. Lalu dia membiarkan anaknya di kota Madinah (waktu itu Madinah namanya Yatsrib, dan kita tidak boleh sekarang menyebut Yatsrib, nabi shallallaahu 'alaihi wasallam melarang kita mengatakan Madinah Yatsrib tapi menggantinya dengan Madinah Munawwarah atau Thooba atau Thoyyibah, itu nama kota Madinah). Akhirnya, anaknya ditinggalkan di kota Madinah/kota Yatsrib.

Setelah itu, terjadi perselisihan antara anak Tabban As'ad dengan masyarakat Madinah, cekcok, akhirnya terbunuhlah anaknya Tabban As'ad. Tabban As'ad ini karena dia raja di Yaman sementara Madinah/Yatsrib adalah kota yang kecil, lalu dia mengutus pasukan untuk mengepung Madinah, diserang karena dia ingin balas dendam kenapa anaknya dibunuh disana.

Terjadilah peperangan antara Tabban As'ad dengan masyarakat Madinah.

Sementara terjadi peperangan, Tabban As'ad kaget dengan perilaku masyarakat Madinah yang nantinya masyarakat Madinah ini yang menjadi kaum Anshor (sahabat-sahabat Nabi dari Madinah disebut Anshor, terdiri dari 2 suku besar; Aus dan Khazraj, ini nanti dua suku besar yang digabung menjadi Anshor, yang Allah mengatakan “Assaabiqunal Awwaluuna minal Muhaajiriina wal Anshor”, orang-orang yang pertama masuk Islam dari Muhajirin di Mekkah dan Anshor di Madinah).
Awalnya kisah-kisah orang Anshor ini (Aus dan Khazraj) berperang dengan Tabban As'ad. Tabban As'ad ini ingin balas dendam atas kematian anaknya.

Yang paling pertama membuat Tabban As'ad kagum waktu itu adalah karomnya masyarakat Madinah. Apa itu karom? Kemuliaannya, ringan tangan. Belum pernah ada dalam sejarah (sampai sekarang), ada orang yang berperang pada pagi hari, kemudian pada saat istirahat di malam hari, masyarakat Yatsrib Madinah mengirimkan makanan untuk Tabban As'ad dan pasukannya serta membantu mengobati orang-orang yang luka. Lalu, Tabban As'ad tetap saja “Saya tetap harus memerangi kota ini dan tidak ada yang menjelaskan kenapa masyarakat Madinah begitu”.

Tidak lama kemudian, keluarlah dua orang pendeta Yahudi dari Madinah. Jadi, sudah ada pendeta Yahudi di Madinah. Dua pendeta Yahudi ini ternyata dari keturunan orang-orang Yahudi yang sudah lama datang ke kota madinah (alasannya nanti akan dijelaskan pada saat pendeta ini bertemu dengan Tabban As'ad, kenapa mereka ada di Madinah).

Kedua pendeta ini keluar lalu bertemu dengan Tabban As'ad, permisi, pamit, masuk ke kemahnya lalu ditanya
Apa tujuan Anda, wahai Raja Tabban?”.

Dia bilang “Tujuan saya ingin membumi hanguskan Madinah ini, semua saya mau bunuh, saya mau hancurkan kota ini”.

Apa kata kedua pendeta tersebut? “Engkau tidak akan mampu dan kalaupun kau terus mau melakukan itu, Allah akan menghancurkanmu”.

Lalu Tabban As'ad bingung, “Kenapa kalian bilang seperti itu? Apa alasannya?”.

Kedua pendeta Yahudi ini mengatakan “Karena kota ini Mahjarun Nabi, ini nanti akan menjadi tempat hijrahnya nabi terakhir”.

Jadi alasan orang-orang Yahudi datang ke Madinah (awalnya mereka ada di Jazirah Arab), karena mereka dapatkan dalam kitab Taurat, ada kota di Jazirah Arab, tepatnya kota Madinah, nanti akan dihijrahi oleh nabi terakhir. Jadi mereka sudah tahu. Anehnya, setelah nabi shallallaahu 'alaihi wasallam diutus mereka tidak beriman.

Sampai beberapa sahabat nabi dari Anshor waktu terjadi Ba’iat Aqobah (nanti akan dibahas), waktu nabi shallallaahu 'alaihi wasallam berdakwah di Mekkah, kemudian di musim haji ketemu dengan banyak utusan-utusan suku diantaranya suku Aus dan Khazraj dari Madinah, lalu nabi shallallaahu 'alaihi wasallam jelaskan “Saya seorang nabi, saya utusan Allah, Allah mengajarkan begini, tidak boleh zina, tidak boleh bohong, mentauhidkan Allah...”, lalu orang-orang Anshor ini bilang “Sepertinya orang ini yang orang-orang Yahudi di Madinah ceritakan kepada kita”.

Apa ceritanya orang Yahudi di Madinah? Mereka bilang “Hai Aus dan Khazraj (yang nanti jadi kaum Anshor), nanti akan keluar nabi terakhir disini, kami orang pertama beriman kepadanya, dan kami akan memerangi kalian kalau kalian tidak beriman, kami akan bumi hanguskan kalian seperti kaum ‘Aad dan Iram”. (***istilah kaum ‘Aad dan Iram ini, peperangan yang terjadi antara dua suku sampai semuanya habis, tidak tersisa satu pun, semua terbunuh***). Maka, orang-orang Anshor (dari Madinah) mengatakan “Kalau begitu, kita harus beriman kepada nabi ini sebelum Yahudi duluan”.

Kembali kepada kisah tadi, lalu si Tabban As'ad ini bertanya “Siapa itu Allah, siapa kalian ini?”. Lalu orang-orang Yahudi (kedua pendeta) ini menceritakan, “Yahudi itu begini, pengikut nabi Musa, ada kitabnya Allah (Taurat)...”, dijelaskan semuanya sampai Tabban As'ad akhirnya masuk agama Yahudi pada saat itu. Lalu, Tabban As'ad memaafkan masyarakat Madinah kemudian dia ingin kembali ke Yaman. Waktu ingin kembali ke Yaman, dua pendeta Yahudi ini dibawa dengan tujuan agar dua pendeta Yahudi ini mengajarkan agama mereka untuk masyarakat Yaman.

Pergilah keduanya, jalan, melewati Mekkah (menuju Yaman). Pada saat akan tiba di Mekkah, mereka bertemu dengan satu suku di sekitar Mekkah bernama Huzail. Suku Huzail ini tidak suka sama Tabban As'ad (dari Yaman), tidak suka juga dengan masyarakat Mekkah. Maka mereka (suku Huzail) mau sebarkan fitnah, mereka bilang
“Hai Tabban, Anda kan raja dari Yaman, Anda pasti keluar dengan pasukan sebanyak ini untuk mencari kekayaan”.
Tabban mengatakan “Iya”.
Mereka mengatakan “Mau gak kami tunjukkan kepada Anda kekayaan yang banyak sekali? Gampang ambilnya.
Tabban mengatakan kepada suku Huzail, “Tentu”.

Suku Huzail, karena mereka tidak suka sama Tabban dan masyarakat Mekkah (kejadian ini sekitar kota Mekkah, belum sampai di Mekkah), maka mereka bilang “Di dalam kota ini, di Mekkah, ada satu rumah yang diagungkan oleh masyarakatnya (mereka tidak bilang Ka’bah), dibawahnya itu banyak harta karun terpendam, banyak emas”. Memang dulu zaman itu, dari zaman nabi Ibrahim 'alaihissalaam setelah meninggal, karena mengagungkan Mekkah, masyarakat Arab banyak menaruh emasnya di Ka’bah, ada bahkan pernah dibuat patung rusa itu dari emas dan ditaruh di Ka’bah. Banyak harta.

“Ambil saja. Gampang. Hancurkan rumah itu, ambil hartanya.”

Tabban As'ad yang belum banyak belajar tentang Allah, belum paham tentang agama Allah, lalu menyiapkan pasukannya. Kedua pendeta Yahudi mendekati Tabban “Anda mau kemana siapkan pasukan perang? Tiba-tiba begini”. Tabban bilang “Saya ingin masuk ke kota ini (Mekkah), disana katanya ada rumah, dibawah rumah itu banyak harta karun. Saya ingin ambil”.

Maka apa kata dua pendeta Yahudi? “Demi Allah hai Tabban, sesungguhnya suku Huzail, yang menyuruh kamu tadi itu, ingin menghancurkanmu. Kami tidak tau ada rumah Allah di muka bumi kecuali ini. Kalau kau berusaha menyerangnya, maka kau akan dihancurkan.” Ini perkataan siapa? Orang-orang Yahudi. Jadi, sampai hari ini orang Yahudi tahu Ka’bah itu rumahnya Allah.
Maka Tabban As'ad balik bertanya, “Lalu, apa saran kalian?”

Kata dua pendeta Yahudi ini, “Saran saya, Anda mengagungkan Ka’bah itu lalu Anda tawaf di sekitarnya”. Kata Tabban, “Bagaimana dengan kalian? Kenapa kalian tidak tawaf? Kenapa Cuma suruh saya saja? Bagaimaan itu tawaf? dst”. Kata pendeta, “Kami ini para ulama Yahudi, kami tidak pantas tawaf disitu kalau ada patung-patung, sementara banyak patung disitu”. Maka Tabban pun akhirnya masuk, kemudian dia tawaf di Ka’bah.

Setelah dia tawaf di Ka’bah, Tabban As'ad mimpi meletakkan kain di fisiknya Ka’bah, itulah yang akhirnya dikenal dengan Qiswah. Jadi awal kisahnya Qiswah ini dari Tabban As'ad. Tabban As'ad akhirnya bangun, dia ceritakan kepada pendeta itu, lalu pendeta mengatakan “Letakkanlah kain”. Disuruhlah buat kain yang bagus, dipakaikan di Ka’bah (seperti sekarang, tapi modelnya tentu berbeda, zaman dulu wallahu a’lam bagaimana, yang jelas sekarang sudah berubah/beda, karena di zaman Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam juga itu sifatnya kain-kain biasa yang ditumpuk).

Lalu, beberapa hari kemudian Tabban As'ad pun menyuruh untuk mengganti dengan kain yang lebih bagus dari Yaman. Setelah itu, mulailah Qiswah atau kain Ka’bah berjalan sampai zaman Abdul Muththolib (kakek Nabi shallallaahu 'alaihi wasallam) dan waktu itu Qiswah Ka’bah ditumpuk-tumpuk. Satu kain, begitu sudah tua, usang (mungkin setahun dua tahun), lalu ditumpuk lagi kain, ditumpuk lagi kain, sampai Ka’bah jadi berat dan hampir saja bangunannya rubuh. Setelah itu baru disepakati oleh orang-orang Quraisy diletakkan satu kain saja (akan dibahas di kisah Abdul Muththalib).

Yang perlu digarisbawahi, Qiswah Ka’bah itu hanya HIASAN Ka’bah. Bukan apa-apa. Kenapa disinggung? Karena banyak jamaah haji bawa gunting menuju ke Ka’bah bukan untuk tahallul (cukur rambut) karena perintah Allah, tapi menggunting Qiswahnya Ka’bah, lalu dibawa pulang dijadikan jimat. Ini ajaran dari mana, kain bisa berubah jadi jimat? Sudah dibahas, hati-hati dengan perbuatan syirik, itu semua adalah benda-benda makhluknya Allah.

Kembali ke kisah...
Pulanglah Tabban As'ad ini ke Yaman. Di Yaman, kebetulan seluruh masyarakatnya awalnya menyembah api. Dan ada satu api besar sekali yang mereka bakar di suatu tempat, rumah yang sangat luas dan memiliki pintu-pintu dari besi, dan mereka sembah disitu. Kalau ada orang yang berbuat salah, diberdirikan di pintu besinya kemudian dibuka. Misalnya ada dua orang yang lagi bertengkar, si A dan si B. Kalau dua-duanya tidak ada yang mau mengaku salah, diberdirikan di pintu rumah itu kemudian di buka pintu itu lalu api menyambar. Siapa yang pertama disambar oleh api, dialah orang yang salah. KEJAHILAN. Ini, mereka Cuma buka pintu, kebetulan apinya menyerang si A dianggap si A yang salah. Ini keyakinan orang Yaman.

Lalu apa yang terjadi? Tabban As'ad pulang dan mendakwahkan agama Yahudi ke masyarakat Yaman. Ternyata, mayoritas masyarakat Yaman menolak, tidak mau, apalagi mereka disuruh tinggalkan sembah api. Lalu, berdialoglah antara tokoh-tokoh agama penyembah api dan pendeta-pendeta Yahudi ini, mereka sepakat, “Begini saja, keyakinan masyarakat sini kan siapa yang salah bisa disambar api. Coba, pendeta ini berdiri di pintu kemudian tokohnya penyembah api juga berdiri disitu. Siapa yang disambar api duluan, berarti dia salah”. Raja Tabban As'ad ini sampaikan kepada pendeta “Bagaimana pendapat kalian”, disepakati “Tidak apa-apa. Pasti Allah akan tolong kita”.
Berdirilah pendeta tersebut dua orang dan dua orang juga dari tokoh penyembah api. Waktu dibuka, apinya tiba-tiba menyerang kedua tokoh penyembah api. Mereka lari. Waktu mereka lari, disebutkan dalam sejarah, seluruh masyarakatnya marah. Harus kembali, tidak boleh tidak, kita mau cari kebenaran. Waktu dikembalikan, kemudian dibuka kedua kali, api menyambar tokoh penyembah api dan mereka hangus terbakar. Karena kejadian ini, satu negeri Yaman masuk agama Yahudi di zaman itu. Makanya, Abdullah ibn Saba’, yang dikenal dengan pendiri pemahaman Syi’ah, itu dari Yahudi Yaman, yang asalnya dari ini tadi.

Inilah kurang lebih kisah bagaimana bisa agama Yahudi ada di Jazirah Arab. Asalnya mereka ke Madinah karena alasan tempat hijrahnya nabi dan bagaimana mereka bisa masuk ke Jazirah Arab umumnya di negeri Yaman yang waktu itu punya kekuatan besar, masuknya adalah karena Tabban As'ad. Dan sampai sini kisah Yahudi selesai.

Biidznillahi ta’ala, kita akan lanjutkan nanti bagaimana Nasrani masuk ke Jazirah Arab.

Bersambung

(Sumber: ditranskrip dari ceramah Ust. Dr. Khalid Basalamah hafidzahullaah)

#sirahnabawiyah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar