Ketika Mekkah Dikuasai oleh Orang-orang Zalim
Kita menyambung kembali bahasan tentang Siroh Nabawiyah. Yang lalu kita
sudah membahas tentang Nabi Ibrahim ‘alaihissalaam. Kenapa kita tidak
mulai dari lahirnya nabi besar Muhammad shallallaahu 'alaihi wasallam?
Karena memang kita ingin mengetahui bagaimana kondisi jazirah Arab juga
kota mekkah secara khusus sebelum lahir dan diutusnya nabi besar
Muhammad shallallaahu 'alaihi wasallam agar lebih jelas bagi kita
bagaimana kiprah beliau dalam berdakwah, bagaimana keadaan masyarat
Mekkah pada saat itu dan apa yang sedang mereka lakukan.
Juga jauh
sebelumnya kita sudah membahas tentang darimana asalnya penduduk Mekkah
yang tadinya Mekkah itu adalah sebuah lembah, kosong, tidak ada penduduk
bahkan di dalam al-Quran diceritakan, Nabi Ibrahim mengatakan pada saat
meninggalkan Hajar dan Ismail “Ya Allah, aku sudah meninggalkan
keluargaku (Hajar dan Ismail) di sebuah lembah yang lembah itu sendiri
tidak ada bahkan pohon sama sekali” (jangankan pohon hidup, ranting
kering pun tidak ditemukan di lembah Mekkah).
Lalu Hajar dan
Ismail tinggallah disana sebagaimana sudah dibahas panjang lebar,
dijabarkan bagaimana Allah ‘azza wa jalla akhirnya mengeluarkan air
zam-zam dari kepakan sayap Jibril 'alaihissalaam. Kemudian mereka berdua
hidup disitu dan Allah subhanahu wata'ala mengutus golongan masyarakat
pertama yang membentuk komunitas di Mekkah di zaman nabi Ibrahim
'alaihissalaam setelah Ismail dan Hajar, suku yang keluar dari wilayah
Yaman yang pada saat itu di Yaman terjadi sebuah bencana besar karena
bendungan mereka yang dikenal di dalam alQuran dan sunnah Nabi
shallallaahu 'alaihi wasallam dengan Saddul Ma’rib, bendungan yang telah
ada di sana, kemudian Allah hancurkan bendungan tersebut karena mereka
tidak beriman dan bersyukur kepada Allah.
Lalu keluarlah
suku-suku Arab dari wilayah Yaman yang memang asalnya orang-orang Arab
hanya di wilayah Yaman. Salah satu suku yang keluar dari Yaman untuk
mencari tempat hidup yang baru adalah suku Jurhum. Suku Jurhum ini
keluar dari wilayah Yaman dari selatan Jazirah Arab menuju ke utara
jazirah Arab, negeri Syam (Libanon, Syria, Palestin dan Yordania
sekarang). Di tengah jalan, dari selatan jazirah Arab menuju ke
utaranya, mereka melewati sekitar Mekkah dan mereka dikagetkan karena
melihat di atas wilayah Mekkah ada sekelompok burung yang sedang
mengelilingi wilayah tersebut yang biasanya tanda-tanda bagi orang yang
paham di padang pasir kalau ada burung yang beterbangan di sekitar
lokasi tersebut berarti ada air disana.
Maka mereka pun mampir kesana
kemudian menemukan ada Hajar dan Ismail yang duduk di sekitar air
zam-zam. Dan sudah kita sebutkan juga bagaimana zam-zam itu berasal dari
lisan Hajar ‘alaihassalaam, pada saat dia melihat air, karena dia
ketakutan air itu nanti hilang, maka dia menggunakan bahasa asli orang
Palestine “Zam-zam” yang berarti “berkumpullah, berkumpullah”. Karena
Hajar ‘alaihissalaam takut air zam-zamnya mengalir dan hilang, maka dia
membentuk atau menahan air tersebut dengan dua telapak tangannya
kemudian dibuatlah gumpalan seperti bendungan kecil dari padang pasir
sambil dia tetap terus mengucapkan “zam-zam” berarti
“berkumpullah-berkumpullah”, jadi arti zam-zam sebenarnya dari kalimat
ini. Dan kata para ulama, nilai imaniyahnya adalah, setiap kali
diucapkan kalimat zam-zam, Hajar ‘alaihassalam bisa saja Allah berikan
pahala karena kalimat itu berasal dari lisannya.
Begitu pula
pada saat Hajar ‘alaihassalam mencari air dari gunung Shafa dan Marwah,
dan akhirnya Allah jadikan salah satu bagian daripada rukun haji, Sai
antara Shafa dan Marwah, menandakan juga selama orang mengerjakan sa’i
tersebut, maka Hajar ‘alaihassalam panen pahalanya.
Lalu, ringkas
cerita adalah, Jurhum pun datang dan pamit kepada Hajar untuk tinggal
bersama-sama, akhirnya Hajar mengizinkan dan mereka sukarela dari diri
mereka sendiri membayar upeti kepada Hajar. Terbentuklah komunitas
pertama masyarakat di Mekkah dari Hajar dan Ismail serta suku Jurhum
ini.
Ismail 'alaihissalaam pada saaat tumbuh besar, maka Ismail
'alaihissalaam menikah dengan salah satu anak kepala suku Jurhum, yang
tadinya Ismail 'alaihissalaam tidak menggunakan bahasa Arab (karena nabi
Ismail 'alaihissalaam bukan dari keturunan orang Arab), tapi karena dia
menikah dengan anak suku Jurhum yang mereka adalah asli orang Arab,
maka keluarlah istilah dari para ahli Sejarah, arab itu ada 2 macam, ada
yang arab asli dan ada yang arab Musta’ribah. Ada orang turunan Arab
yang asli itu dari Yaman, dan ada orang turunan Arab yang terarabkan
karena mereka menggunakan bahasa Arab. Sebagaimana kita tahu sekarang
ada wilayah di Afrika Utara; ada Mesir, mereka dari suku Qibti aslinya,
ada Tunis, Jazair, Maroko itu semua mereka berasal dari suku Barbar,
kemudian ada Libia, Sudan, semua itu juga suku-suku asli dari Afrika. Di
daerah wilayah yang lain, timur Jazirah Arab ada Irak, itu juga bukan
dari turunan Arab, mereka asli dari suku Babilonia, tetapi karena
menggunakan bahasa Arab, maka dikatakan negara-negara Arab.
Nabi
Ismail 'alaihissalaam menikah dengan keturunan Jurhum ini, akhirnya
terus tumbuh besar sampai ringkas cerita nabi Ibrahim 'alaihissalaam
datang kembali dan nabi Ibrahim 'alaihissalaam diperintahkan oleh Allah
subhanahu wata'ala untuk menemui Ismail dan yang paling pertama datang
setelah bertemu dengan Ismail adalah perintah dari Allah ‘azza wa jalla
untuk menyembelih Ismail, anaknya.
Maka nabi Ibrahim 'alaihissalaam pun
akhirnya melaksanakan perintah tersebut dengan meyakini mimpinya.
Kemudian rentetan sejarahnya mulailah berjalan. Nabi Ibrahim
'alaihissalaam menyampaikan kepada Ismail bahwasanya saya mimpi melihat
saya akan menyembelih kamu sebagaimana kisah yang masyhur. Sampai
akhirnya Ismail setuju dan mengatakan “Lakukanlah hai ayahku,
sesungguhnya engkau akan mendapatkan saya termasuk orang-orang yang
sabar”. Lalu terjadilah proses pembawaan, nabi Ibrahim membawa Ismail
'alaihissalaam menuju ke wilayah Mina yang ada Jamroh sekarang, salah
satu bagian daripada haji, istilahnya melempar syetan, karena waktu
Ibrahim 'alaihissalaam ingin membawa Ismail menuju kesana, syetan
mengganggu di tiga titik, lalu dilemparlah dengan batu kerikil oleh nabi
Ibrahim 'alaihissalaam, akhirnya syetan tersebut pergi.
Dan pada saat
akan disembelih Ismail, barulah Allah utus Jibril 'alaihissalaam datang
membawa sembelihan yang besar, kemudian sembelihan tersebut menggantikan
Ismail 'alaihissalaam dan jadilah juga bagian daripada ibadah haji
harus ada penyembelihan di Idul Qurban.
Rentetan setelahnya
adalah Allah subhanahu wata'ala memerintahkan nabi Ibrahim dan nabi
Ismail ‘alaihimussalaam untuk membangun ka’bah. Lalu nabi Ibrahim
'alaihissalaam pun membangun ka’bah dengan Ismail sampai selesai seperti
yang kita saksikan sekarang. Dan sudah dijelaskan juga bahwasanya
ka’bah itu memang dasarnya sudah dibangun oleh Shith (anak nabi Adam
'alaihissalaam). Lalu runtuh dengan berjalannya waktu, dan dibangun
kembali oleh nabi Ibrahim 'alaihissalaam dengan nabi Ismail
'alaihissalaam tentunya.
Selama membangun ka’bah, nabi Ibrahim
'alaihissalaam setelah menyusun batu selalu mundur ke belakang untuk
melihat posisi batunya sudah pas atau belum, bangunannya sudah stabil
atau belum. Kemudian Allah subhanahu wata'ala kekalkan telapak kaki nabi
Ibrahim 'alaihissalaam untuk menjadi tanda-tanda kebesaran dan akhirnya
menjadi pelajaran bagi manusia, membuktikan memang benar ini adalah
rumahnya Allah dan benar nabi Ibrahim pernah membangun rumah ini dan ini
bekas telapak kakinya. Sebagaimana Allah sebutkan dalam alquran “Ada
tanda-tanda kebesaran Allah dengan adanya maqam Ibrahim”.
Tentu
semua ini sudah dijelaskan sebelumnya, direviewkan kembali agar nyambung
dengan kisah yang akan disampaikan. Nabi Ibrahim ‘alaihissalaam setelah
membangun ka’bah, lalu datanglah kisah Hajar Aswad dimana nabi Ibrahim
‘alaihissalaam ingin meletakkan sebuah batu yang kuat di sudut ka’bah
agar bangunan itu kokoh. Maka Nabi Ibrahim pun menyuruh nabi Ismail
‘alaihissalaam mencari batu dan akhirnya nabi Ismail pergi. Setelah
kembali, dia membawa hajar aswad. Dan hajar aswad ini dibawa lalu
ditanya oleh nabi Ibrahim 'alaihissalaam “darimana engkau dapatkan, hai
Ismail?”. Ismail mengatakan “dari Allah”.
Lalu diletakkanlah batu
tersebut di sudut ka’bah dan jadilah ka’bah seperti sekarang. Hanya saja
yang perlu dititik beratkan disini, Ka’bah itu dasarnya dibangun oleh
nabi Ibrahim 'alaihissalaam sangat besar, termasuk kalau kita lihat
sekarang di sekitar ka’bah itu ada Hijr Ismail, ada batu yang
melengkung, putih, marmer sekarang diletakkan tiga lampu, itu adalah
bagian daripada Ka’bah. Jadi orang kalau sholat didalam situ sudah
sholat di dalam Ka’bah sebenarnya. Dan kalau sudah iqomah sholat, selalu
polisi menjaga di sekitar situ agar jangan sampai ada orang sholat di
dalam (di sekitar lokasi Hijr Ismail) karena itu berarti di depan imam.
Tidak ada sesuatu yang berlebihan dalam poin ini. Tapi yang jelas, nabi
Muhammad shallallaahu 'alaihi wasallam mengatakan dalam sebuah hadits
yang shohih kepada ‘Aisyah radhiallahu ‘anha “Kalau seandainya bukan
karena kaummu baru saja mengenal Islam”, maksudnya orang-orang Quraisy,
“maka saya akan kembalikan ka’bah kepada poster Ibrahim 'alaihissalaam”,
atau ukurannya jauh lebih besar sampai Hijr Ismail pun masuk ke
dalamnya.
Setelah ka’bah dibangun, lalu Allah subhanahu wata'ala
memerintahkan perintah yang ketiga kepada nabi Ibrahim 'alaihissalaam
untuk mengumandangkan ibadah haji dengan suara yang lantang. Lalu nabi
Ibrahim 'alaihissalaam sempat bertanya kepada Jibril “Bagaimana bisa
suara saya bisa sampai ke seluruh manusia, sementara manusia-manusia ini
sangat jauh”. Kata Jibril 'alaihissalaam “tugas kamu melaksanakan dan
tugas kami menyampaikan”. Lalu Ibrahim 'alaihissalaam menuju ke padang
arafah dan naik ke Jabal Rahmah dan berteriak mengumandangkan haji.
Dengan izin Allah, suara Ibrahim 'alaihissalaam sampai ke seluruh
pelosok muka bumi dan akhirnya orang-orang pun yang beriman kepada Allah
datang dan mengerjakan ibadah haji.
Setelah itu, semua keadaan
Mekkah dan jazirah arab dalam keadaan bertaauhid kepada Allah subhanahu
wata'ala, mengesakan Allah subhanahu wata'ala. Semua kisah nabi Ibrahim
'alaihissalaam yang kita rentetkan atau ulangi tadi itu, bisa dibaca
dalam surah Adz-Dzariat (51): 24-30, itu menceritakan tentang kisah awal
nabi Ibrahim 'alaihissalaam mendapatkan berita gembira tentang akan
melahirkannya istrinya Sarah (setelah mendapatkan anaknya Ismail) dan
melahirkan Ishaq, ini juga sudah dijelaskan dulu.
Kemudian kisah
tentang bagaimana nabi Ibrahim 'alaihissalaam akan menyembelih Ismail
bisa dibaca dalam surah Ash-Shaffat (37) : 102-111. Ini cerita tentang
bagaiamana nabi Ibrahim 'alaihissalaam diperintahkan untuk menyembelih
anaknya, Ismail, dan akhirnya ditukar dengan sembelihan yang besar.
Lalu kisah tentang pembangunan ka’bah dan perintah agar memanggil
orang-orang untuk haji, bisa dibaca dalam surah Al-Baqarah (2) :
125-129, juga bisa dibaca dalam surah Ali-Imran (3) : 97. Termasuk juga
perintah Allah kepada Ibrahim agar menjaga ka’bah dari perbuatan musyrik
agar selalu hanya orang tawaf dan ibadah yang ada disitu, disebutkan
dalam surah Al-Hajj (22) : 26-29.
Ada titik poin penting kenapa
direview kembali, karena ada sebuah kisah yang akan kita sampaikan
adalah kisah seseorang yang bernama AMRU BIN LUHAY.
Siapa ini Amru bin Luhay?
Setelah syariat yang dibawa oleh nabi Ibrahim 'alaihissalaam diimani
dan diamalkan di jazirah Arab terutama di Mekkah dan semua orang sudah
mengetahui tidak bolehnya berbuat syirik dan mereka bertauhid
(mengesakan Allah), rentetan sejarah mulai menyebutkan, setelah nabi
Ibrahim 'alaihissalaam meninggal, nabi Ismail 'alaihissalaam meninggal,
jauh setelahnya, suku Jurhum tadi mulai berkembang pesat dan akhirnya menjadi komunitas yang
sangat besar di Mekkah, mencapai jumlahnya ribuan orang (suku yang kita bahas sebelumnya yaitu suku yang
keluar dari Yaman dan berkembang biak dan nabi Ismail menikah dari
mereka).
Ada
beberapa dari suku-suku arab yang lain yang merasa Mekkah ini kekuatan
yang luar biasa, ada sumber air zam-zam yang terkenal dan orang banyak
meminumnya, kemudian ada setiap tahun masyarakat seluruh dunia datang,
akhirnya Mekkah jadi ramai dan kalau dihidupkan bisnisnya maka akan
berhasil. Mekkah juga mempunyai nama yang sangat harum karena disana ada
syariat nabi Ibrahim dan Ismail ‘alaihimussalam.
Maka, ada satu
suku Arab yang lain yang datang, bernama suku Khuza'ah (***tolong digaris bawahi dua suku ini, yang pertama
Jurhum tadi, suku yang pertama sekali datang dan hidup bersama Hajar
dan Ismail), setelah beberapa tahun kemudian (tidak disebutkan oleh
sejarah berapa ratus tahun setelah itu, yang jelas jauh setelah
meninggalnya nabi Ibrahim dan Ismail ‘alaihimussalam dan berkembang
pesatnya Mekkah***).
Suku Khuza’ah ini datang dan masuk di sekitar Mekkah
dengan kekuatan militer. Mereka datang ingin merebut kekuasaan Mekkah
dari suku Jurhum tadi yang pertama. Ringkas cerita, terjadilah
peperangan besar antara dua suku ini dalam hal Jurhum mempertahankan
Mekkah dan Khuza’ah ingin merebut Mekkah. Setelah terjadi peperangan,
beberapa bulan berlanjut dan dikepungnya kota Mekkah, akhirnya suku
Khuza’ah memenangkan peperangan.
Pada saat memenangkan peperangan, suku
Jurhum yang ada di Mekkah mayoritasnya keluar dari wilayah Mekkah dan
yang sebagian lagi tinggal di Mekkah. Ada beberapa orang suku Jurhum,
suku asli tadi yang tinggal di Mekkah bersama Ismail dan Hajar
‘alaihimussalaam itu MENIMBUN sumur zam-zam. Sehingga suku Khuza’ah yang
berkuasa di Mekkah (ulama sejarah khilaf, antara kurang lebih 300-500
tahun) berkuasa di Mekkah tanpa ada air. Sumur zam-zam hilang selama 500
tahun, tidak ada yang ketahui selama suku Khuza’ah berkuasa dan nanti
akan kita sebutkan sejarahnya bagaimana zam-zam ditemukan kembali di
zaman Abdul Muththolib , kakek Nabi Muhammad shallallaahu 'alaihi
wasallam, dan ini jauh setelahnya. Ini kita masih rentetan sejarah awal
sebelum nabi Muhammad shallallaahu 'alaihi wasallam lahir, bahkan
kakek-kakek nabi Muhammad shallallaahu 'alaihi wasallam pun belum lahir.
Suku Khuza’ah masuk dan menguasai Mekkah yang kemudian mereka
mendatangkan air dari luar Mekkah. Pemimpin demi pemimpin dari suku
Khuza’ah ini mulai memimpin, berjalanlah keadaan Mekkah seperti itu
sampai datang seorang raja mereka, pimpinan suku Khuza’ah ini, yang
bernama Amru bin Luhay.
Amru bin Luhay ini difokuskan sejarahnya
oleh para ulama karena adanya hadits nabi Muhammad shallallaahu 'alaihi
wasallam yang shohih berbunyi begini “Saya diperlihatkan Amru bin Luhay
oleh Allah di neraka itu isi perutnya keluar (karena panasnya dan
siksaan yang berat), karena dialah orang yang pertama mengganti agama
Ibrahim”. Para ulama sejarah menulis judul dalam buku-buku sejarah
mereka “Munculnya Kemusyrikan Pertama di Jazirah Arab di tangan Amru bin
Luhay”.
Sekali lagi, Amru bin Luhay adalah raja atau pimpinan
suku Khuza’ah yang masuk ke Mekkah yang tadinya merebut kekuasaan dari
suku Jurhum. Amru bin Luhay ini adalah seseorang yang sangat baik,
sebenarnya luar biasa. Tersebutkan dalam sejarahnya bahwasanya orangnya
sangat karom (mulia), ringan tangan sampai dinukil dalam buku-buku
sejarah, dia kaya raya dan orangnya sangat ringan tangan sampai dia
membiayai dan memberikan makan dan minum seluruh jamaah haji pada saat
itu, sendirian, tidak melibatkan orang. Kemudian dia berlaku adil di
masyarakat Mekkah. Tetapi dia bukanlah orang yang memahami agamanya nabi
Ibrahim 'alaihissalaam. Karena tadinya suku Khuza’ah ini memang bukan
suku yang beriman kepada nabi Ibrahim dan nabi Ismail, datang saja dari
luar ingin merebut kekuasaan Mekkah karena melihat Mekkah sangat
potensi.
Kemudian setelah masuk ke Mekkah, dia liat keadaan
masyarakat Mekkah seperti itu, mereka berbaur, ikut saja, oh, ada
seorang nabi namanya Ibrahim, ada Ismail, kemudian ini haji, ini
segalanya dan kegiatannya, rutinitasnya dikembangkanlah. Karena
pemikiran Amru bin Luhay pada saat itu sederhana. Dia menganggap ini
adalah kegiatan Mekkah dan haji itu adalah waktu berkumpulnya manusia,
dimana Mekkah akan ramai, bisnisnya akan berkembang, dan seterusnya.
Amru bin Luhay tidak punya sebuah pemahaman yang lengkap tentang asas
dari pada ajaran nabi Ibrahim 'alaihissalaam yaitu tauhid (mengesakan
Allah subhanahu wata'ala). Lalu Amru bin Luhay dengan dangkalnya
pemahaman dia tentang ajaran nabi Ibrahim, maka dia melakukan beberapa
perbuatan yang membuat dia akhirnya MENGUBAH agama Tauhid Allah ‘azza wa
jalla.
Yang paling pertama sekali dia lakukan adalah
memasukkan patung-patung ke Jazirah Arab dan secara khusus Mekkah serta
mengubah ibadahnya masyarakat Mekkah dan jazirah Arab dari bertauhid
kepada Allah (mengikuti ajaran nabi Ibrahim) menjadi penyembah berhala.
Inilah sebab utama kenapa Nabi shallallaahu 'alaihi wasallam tadi
mengatakan beliau diperlihatkan Amru bin Luhay di neraka dalam keadaan
disiksa, karena panasnya, isi perutnya keluar, karena memang dia pertama
yang mengganti ajaran nabi Ibrahim 'alaihissalaam.
Bagaimana kisahnya?
Bersambung...
(Sumber: ditranskrip dari ceramah Ust. Dr. Khalid Basalamah hafidzahullaah)
#sirahnabawiyah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar