Jumat, 12 Februari 2016

SIRAH NABAWIYAH (6)

Ketika Mekkah Dikuasai oleh Orang-orang Zalim
Kita menyambung kembali bahasan tentang Siroh Nabawiyah. Yang lalu kita sudah membahas tentang Nabi Ibrahim ‘alaihissalaam. Kenapa kita tidak mulai dari lahirnya nabi besar Muhammad shallallaahu 'alaihi wasallam? Karena memang kita ingin mengetahui bagaimana kondisi jazirah Arab juga kota mekkah secara khusus sebelum lahir dan diutusnya nabi besar Muhammad shallallaahu 'alaihi wasallam agar lebih jelas bagi kita bagaimana kiprah beliau dalam berdakwah, bagaimana keadaan masyarat Mekkah pada saat itu dan apa yang sedang mereka lakukan.

Juga jauh sebelumnya kita sudah membahas tentang darimana asalnya penduduk Mekkah yang tadinya Mekkah itu adalah sebuah lembah, kosong, tidak ada penduduk bahkan di dalam al-Quran diceritakan, Nabi Ibrahim mengatakan pada saat meninggalkan Hajar dan Ismail “Ya Allah, aku sudah meninggalkan keluargaku (Hajar dan Ismail) di sebuah lembah yang lembah itu sendiri tidak ada bahkan pohon sama sekali” (jangankan pohon hidup, ranting kering pun tidak ditemukan di lembah Mekkah).

Lalu Hajar dan Ismail tinggallah disana sebagaimana sudah dibahas panjang lebar, dijabarkan bagaimana Allah ‘azza wa jalla akhirnya mengeluarkan air zam-zam dari kepakan sayap Jibril 'alaihissalaam. Kemudian mereka berdua hidup disitu dan Allah subhanahu wata'ala mengutus golongan masyarakat pertama yang membentuk komunitas di Mekkah di zaman nabi Ibrahim 'alaihissalaam setelah Ismail dan Hajar, suku yang keluar dari wilayah Yaman yang pada saat itu di Yaman terjadi sebuah bencana besar karena bendungan mereka yang dikenal di dalam alQuran dan sunnah Nabi shallallaahu 'alaihi wasallam dengan Saddul Ma’rib, bendungan yang telah ada di sana, kemudian Allah hancurkan bendungan tersebut karena mereka tidak beriman dan bersyukur kepada Allah.

Lalu keluarlah suku-suku Arab dari wilayah Yaman yang memang asalnya orang-orang Arab hanya di wilayah Yaman. Salah satu suku yang keluar dari Yaman untuk mencari tempat hidup yang baru adalah suku Jurhum. Suku Jurhum ini keluar dari wilayah Yaman dari selatan Jazirah Arab menuju ke utara jazirah Arab, negeri Syam (Libanon, Syria, Palestin dan Yordania sekarang). Di tengah jalan, dari selatan jazirah Arab menuju ke utaranya, mereka melewati sekitar Mekkah dan mereka dikagetkan karena melihat di atas wilayah Mekkah ada sekelompok burung yang sedang mengelilingi wilayah tersebut yang biasanya tanda-tanda bagi orang yang paham di padang pasir kalau ada burung yang beterbangan di sekitar lokasi tersebut berarti ada air disana.

Maka mereka pun mampir kesana kemudian menemukan ada Hajar dan Ismail yang duduk di sekitar air zam-zam. Dan sudah kita sebutkan juga bagaimana zam-zam itu berasal dari lisan Hajar ‘alaihassalaam, pada saat dia melihat air, karena dia ketakutan air itu nanti hilang, maka dia menggunakan bahasa asli orang Palestine “Zam-zam” yang berarti “berkumpullah, berkumpullah”. Karena Hajar ‘alaihissalaam takut air zam-zamnya mengalir dan hilang, maka dia membentuk atau menahan air tersebut dengan dua telapak tangannya kemudian dibuatlah gumpalan seperti bendungan kecil dari padang pasir sambil dia tetap terus mengucapkan “zam-zam” berarti “berkumpullah-berkumpullah”, jadi arti zam-zam sebenarnya dari kalimat ini. Dan kata para ulama, nilai imaniyahnya adalah, setiap kali diucapkan kalimat zam-zam, Hajar ‘alaihassalam bisa saja Allah berikan pahala karena kalimat itu berasal dari lisannya.

Begitu pula pada saat Hajar ‘alaihassalam mencari air dari gunung Shafa dan Marwah, dan akhirnya Allah jadikan salah satu bagian daripada rukun haji, Sai antara Shafa dan Marwah, menandakan juga selama orang mengerjakan sa’i tersebut, maka Hajar ‘alaihassalam panen pahalanya.

Lalu, ringkas cerita adalah, Jurhum pun datang dan pamit kepada Hajar untuk tinggal bersama-sama, akhirnya Hajar mengizinkan dan mereka sukarela dari diri mereka sendiri membayar upeti kepada Hajar. Terbentuklah komunitas pertama masyarakat di Mekkah dari Hajar dan Ismail serta suku Jurhum ini.

Ismail 'alaihissalaam pada saaat tumbuh besar, maka Ismail 'alaihissalaam menikah dengan salah satu anak kepala suku Jurhum, yang tadinya Ismail 'alaihissalaam tidak menggunakan bahasa Arab (karena nabi Ismail 'alaihissalaam bukan dari keturunan orang Arab), tapi karena dia menikah dengan anak suku Jurhum yang mereka adalah asli orang Arab, maka keluarlah istilah dari para ahli Sejarah, arab itu ada 2 macam, ada yang arab asli dan ada yang arab Musta’ribah. Ada orang turunan Arab yang asli itu dari Yaman, dan ada orang turunan Arab yang terarabkan karena mereka menggunakan bahasa Arab. Sebagaimana kita tahu sekarang ada wilayah di Afrika Utara; ada Mesir, mereka dari suku Qibti aslinya, ada Tunis, Jazair, Maroko itu semua mereka berasal dari suku Barbar, kemudian ada Libia, Sudan, semua itu juga suku-suku asli dari Afrika. Di daerah wilayah yang lain, timur Jazirah Arab ada Irak, itu juga bukan dari turunan Arab, mereka asli dari suku Babilonia, tetapi karena menggunakan bahasa Arab, maka dikatakan negara-negara Arab.

Nabi Ismail 'alaihissalaam menikah dengan keturunan Jurhum ini, akhirnya terus tumbuh besar sampai ringkas cerita nabi Ibrahim 'alaihissalaam datang kembali dan nabi Ibrahim 'alaihissalaam diperintahkan oleh Allah subhanahu wata'ala untuk menemui Ismail dan yang paling pertama datang setelah bertemu dengan Ismail adalah perintah dari Allah ‘azza wa jalla untuk menyembelih Ismail, anaknya.

Maka nabi Ibrahim 'alaihissalaam pun akhirnya melaksanakan perintah tersebut dengan meyakini mimpinya. Kemudian rentetan sejarahnya mulailah berjalan. Nabi Ibrahim 'alaihissalaam menyampaikan kepada Ismail bahwasanya saya mimpi melihat saya akan menyembelih kamu sebagaimana kisah yang masyhur. Sampai akhirnya Ismail setuju dan mengatakan “Lakukanlah hai ayahku, sesungguhnya engkau akan mendapatkan saya termasuk orang-orang yang sabar”. Lalu terjadilah proses pembawaan, nabi Ibrahim membawa Ismail 'alaihissalaam menuju ke wilayah Mina yang ada Jamroh sekarang, salah satu bagian daripada haji, istilahnya melempar syetan, karena waktu Ibrahim 'alaihissalaam ingin membawa Ismail menuju kesana, syetan mengganggu di tiga titik, lalu dilemparlah dengan batu kerikil oleh nabi Ibrahim 'alaihissalaam, akhirnya syetan tersebut pergi.

Dan pada saat akan disembelih Ismail, barulah Allah utus Jibril 'alaihissalaam datang membawa sembelihan yang besar, kemudian sembelihan tersebut menggantikan Ismail 'alaihissalaam dan jadilah juga bagian daripada ibadah haji harus ada penyembelihan di Idul Qurban.

Rentetan setelahnya adalah Allah subhanahu wata'ala memerintahkan nabi Ibrahim dan nabi Ismail ‘alaihimussalaam untuk membangun ka’bah. Lalu nabi Ibrahim 'alaihissalaam pun membangun ka’bah dengan Ismail sampai selesai seperti yang kita saksikan sekarang. Dan sudah dijelaskan juga bahwasanya ka’bah itu memang dasarnya sudah dibangun oleh Shith (anak nabi Adam 'alaihissalaam). Lalu runtuh dengan berjalannya waktu, dan dibangun kembali oleh nabi Ibrahim 'alaihissalaam dengan nabi Ismail 'alaihissalaam tentunya.

Selama membangun ka’bah, nabi Ibrahim 'alaihissalaam setelah menyusun batu selalu mundur ke belakang untuk melihat posisi batunya sudah pas atau belum, bangunannya sudah stabil atau belum. Kemudian Allah subhanahu wata'ala kekalkan telapak kaki nabi Ibrahim 'alaihissalaam untuk menjadi tanda-tanda kebesaran dan akhirnya menjadi pelajaran bagi manusia, membuktikan memang benar ini adalah rumahnya Allah dan benar nabi Ibrahim pernah membangun rumah ini dan ini bekas telapak kakinya. Sebagaimana Allah sebutkan dalam alquran “Ada tanda-tanda kebesaran Allah dengan adanya maqam Ibrahim”.

Tentu semua ini sudah dijelaskan sebelumnya, direviewkan kembali agar nyambung dengan kisah yang akan disampaikan. Nabi Ibrahim ‘alaihissalaam setelah membangun ka’bah, lalu datanglah kisah Hajar Aswad dimana nabi Ibrahim ‘alaihissalaam ingin meletakkan sebuah batu yang kuat di sudut ka’bah agar bangunan itu kokoh. Maka Nabi Ibrahim pun menyuruh nabi Ismail ‘alaihissalaam mencari batu dan akhirnya nabi Ismail pergi. Setelah kembali, dia membawa hajar aswad. Dan hajar aswad ini dibawa lalu ditanya oleh nabi Ibrahim 'alaihissalaam “darimana engkau dapatkan, hai Ismail?”. Ismail mengatakan “dari Allah”.

Lalu diletakkanlah batu tersebut di sudut ka’bah dan jadilah ka’bah seperti sekarang. Hanya saja yang perlu dititik beratkan disini, Ka’bah itu dasarnya dibangun oleh nabi Ibrahim 'alaihissalaam sangat besar, termasuk kalau kita lihat sekarang di sekitar ka’bah itu ada Hijr Ismail, ada batu yang melengkung, putih, marmer sekarang diletakkan tiga lampu, itu adalah bagian daripada Ka’bah. Jadi orang kalau sholat didalam situ sudah sholat di dalam Ka’bah sebenarnya. Dan kalau sudah iqomah sholat, selalu polisi menjaga di sekitar situ agar jangan sampai ada orang sholat di dalam (di sekitar lokasi Hijr Ismail) karena itu berarti di depan imam.

Tidak ada sesuatu yang berlebihan dalam poin ini. Tapi yang jelas, nabi Muhammad shallallaahu 'alaihi wasallam mengatakan dalam sebuah hadits yang shohih kepada ‘Aisyah radhiallahu ‘anha “Kalau seandainya bukan karena kaummu baru saja mengenal Islam”, maksudnya orang-orang Quraisy, “maka saya akan kembalikan ka’bah kepada poster Ibrahim 'alaihissalaam”, atau ukurannya jauh lebih besar sampai Hijr Ismail pun masuk ke dalamnya.

Setelah ka’bah dibangun, lalu Allah subhanahu wata'ala memerintahkan perintah yang ketiga kepada nabi Ibrahim 'alaihissalaam untuk mengumandangkan ibadah haji dengan suara yang lantang. Lalu nabi Ibrahim 'alaihissalaam sempat bertanya kepada Jibril “Bagaimana bisa suara saya bisa sampai ke seluruh manusia, sementara manusia-manusia ini sangat jauh”. Kata Jibril 'alaihissalaam “tugas kamu melaksanakan dan tugas kami menyampaikan”. Lalu Ibrahim 'alaihissalaam menuju ke padang arafah dan naik ke Jabal Rahmah dan berteriak mengumandangkan haji. Dengan izin Allah, suara Ibrahim 'alaihissalaam sampai ke seluruh pelosok muka bumi dan akhirnya orang-orang pun yang beriman kepada Allah datang dan mengerjakan ibadah haji.

Setelah itu, semua keadaan Mekkah dan jazirah arab dalam keadaan bertaauhid kepada Allah subhanahu wata'ala, mengesakan Allah subhanahu wata'ala. Semua kisah nabi Ibrahim 'alaihissalaam yang kita rentetkan atau ulangi tadi itu, bisa dibaca dalam surah Adz-Dzariat (51): 24-30, itu menceritakan tentang kisah awal nabi Ibrahim 'alaihissalaam mendapatkan berita gembira tentang akan melahirkannya istrinya Sarah (setelah mendapatkan anaknya Ismail) dan melahirkan Ishaq, ini juga sudah dijelaskan dulu.

Kemudian kisah tentang bagaimana nabi Ibrahim 'alaihissalaam akan menyembelih Ismail bisa dibaca dalam surah Ash-Shaffat (37) : 102-111. Ini cerita tentang bagaiamana nabi Ibrahim 'alaihissalaam diperintahkan untuk menyembelih anaknya, Ismail, dan akhirnya ditukar dengan sembelihan yang besar.

Lalu kisah tentang pembangunan ka’bah dan perintah agar memanggil orang-orang untuk haji, bisa dibaca dalam surah Al-Baqarah (2) : 125-129, juga bisa dibaca dalam surah Ali-Imran (3) : 97. Termasuk juga perintah Allah kepada Ibrahim agar menjaga ka’bah dari perbuatan musyrik agar selalu hanya orang tawaf dan ibadah yang ada disitu, disebutkan dalam surah Al-Hajj (22) : 26-29.

 Ada titik poin penting kenapa direview kembali, karena ada sebuah kisah yang akan kita sampaikan adalah kisah seseorang yang bernama AMRU BIN LUHAY.

Siapa ini Amru bin Luhay? 

Setelah syariat yang dibawa oleh nabi Ibrahim 'alaihissalaam diimani dan diamalkan di jazirah Arab terutama di Mekkah dan semua orang sudah mengetahui tidak bolehnya berbuat syirik dan mereka bertauhid (mengesakan Allah), rentetan sejarah mulai menyebutkan, setelah nabi Ibrahim 'alaihissalaam meninggal, nabi Ismail 'alaihissalaam meninggal, jauh setelahnya, suku Jurhum tadi mulai berkembang pesat dan akhirnya menjadi komunitas yang sangat besar di Mekkah, mencapai jumlahnya ribuan orang (suku yang kita bahas sebelumnya yaitu suku yang keluar dari Yaman dan berkembang biak dan nabi Ismail menikah dari mereka).

Ada beberapa dari suku-suku arab yang lain yang merasa Mekkah ini kekuatan yang luar biasa, ada sumber air zam-zam yang terkenal dan orang banyak meminumnya, kemudian ada setiap tahun masyarakat seluruh dunia datang, akhirnya Mekkah jadi ramai dan kalau dihidupkan bisnisnya maka akan berhasil. Mekkah juga mempunyai nama yang sangat harum karena disana ada syariat nabi Ibrahim dan Ismail ‘alaihimussalam.

Maka, ada satu suku Arab yang lain yang datang, bernama suku Khuza'ah (***tolong digaris bawahi dua suku ini, yang pertama Jurhum tadi, suku yang pertama sekali datang dan hidup bersama Hajar dan Ismail), setelah beberapa tahun kemudian (tidak disebutkan oleh sejarah berapa ratus tahun setelah itu, yang jelas jauh setelah meninggalnya nabi Ibrahim dan Ismail ‘alaihimussalam dan berkembang pesatnya Mekkah***).

Suku Khuza’ah ini datang dan masuk di sekitar Mekkah dengan kekuatan militer. Mereka datang ingin merebut kekuasaan Mekkah dari suku Jurhum tadi yang pertama. Ringkas cerita, terjadilah peperangan besar antara dua suku ini dalam hal Jurhum mempertahankan Mekkah dan Khuza’ah ingin merebut Mekkah. Setelah terjadi peperangan, beberapa bulan berlanjut dan dikepungnya kota Mekkah, akhirnya suku Khuza’ah memenangkan peperangan.

Pada saat memenangkan peperangan, suku Jurhum yang ada di Mekkah mayoritasnya keluar dari wilayah Mekkah dan yang sebagian lagi tinggal di Mekkah. Ada beberapa orang suku Jurhum, suku asli tadi yang tinggal di Mekkah bersama Ismail dan Hajar ‘alaihimussalaam itu MENIMBUN sumur zam-zam. Sehingga suku Khuza’ah yang berkuasa di Mekkah (ulama sejarah khilaf, antara kurang lebih 300-500 tahun) berkuasa di Mekkah tanpa ada air. Sumur zam-zam hilang selama 500 tahun, tidak ada yang ketahui selama suku Khuza’ah berkuasa dan nanti akan kita sebutkan sejarahnya bagaimana zam-zam ditemukan kembali di zaman Abdul Muththolib , kakek Nabi Muhammad shallallaahu 'alaihi wasallam, dan ini jauh setelahnya. Ini kita masih rentetan sejarah awal sebelum nabi Muhammad shallallaahu 'alaihi wasallam lahir, bahkan kakek-kakek nabi Muhammad shallallaahu 'alaihi wasallam pun belum lahir.

Suku Khuza’ah masuk dan menguasai Mekkah yang kemudian mereka mendatangkan air dari luar Mekkah. Pemimpin demi pemimpin dari suku Khuza’ah ini mulai memimpin, berjalanlah keadaan Mekkah seperti itu sampai datang seorang raja mereka, pimpinan suku Khuza’ah ini, yang bernama Amru bin Luhay.

Amru bin Luhay ini difokuskan sejarahnya oleh para ulama karena adanya hadits nabi Muhammad shallallaahu 'alaihi wasallam yang shohih berbunyi begini “Saya diperlihatkan Amru bin Luhay oleh Allah di neraka itu isi perutnya keluar (karena panasnya dan siksaan yang berat), karena dialah orang yang pertama mengganti agama Ibrahim”. Para ulama sejarah menulis judul dalam buku-buku sejarah mereka “Munculnya Kemusyrikan Pertama di Jazirah Arab di tangan Amru bin Luhay”.

Sekali lagi, Amru bin Luhay adalah raja atau pimpinan suku Khuza’ah yang masuk ke Mekkah yang tadinya merebut kekuasaan dari suku Jurhum. Amru bin Luhay ini adalah seseorang yang sangat baik, sebenarnya luar biasa. Tersebutkan dalam sejarahnya bahwasanya orangnya sangat karom (mulia), ringan tangan sampai dinukil dalam buku-buku sejarah, dia kaya raya dan orangnya sangat ringan tangan sampai dia membiayai dan memberikan makan dan minum seluruh jamaah haji pada saat itu, sendirian, tidak melibatkan orang. Kemudian dia berlaku adil di masyarakat Mekkah. Tetapi dia bukanlah orang yang memahami agamanya nabi Ibrahim 'alaihissalaam. Karena tadinya suku Khuza’ah ini memang bukan suku yang beriman kepada nabi Ibrahim dan nabi Ismail, datang saja dari luar ingin merebut kekuasaan Mekkah karena melihat Mekkah sangat potensi.

Kemudian setelah masuk ke Mekkah, dia liat keadaan masyarakat Mekkah seperti itu, mereka berbaur, ikut saja, oh, ada seorang nabi namanya Ibrahim, ada Ismail, kemudian ini haji, ini segalanya dan kegiatannya, rutinitasnya dikembangkanlah. Karena pemikiran Amru bin Luhay pada saat itu sederhana. Dia menganggap ini adalah kegiatan Mekkah dan haji itu adalah waktu berkumpulnya manusia, dimana Mekkah akan ramai, bisnisnya akan berkembang, dan seterusnya.

Amru bin Luhay tidak punya sebuah pemahaman yang lengkap tentang asas dari pada ajaran nabi Ibrahim 'alaihissalaam yaitu tauhid (mengesakan Allah subhanahu wata'ala). Lalu Amru bin Luhay dengan dangkalnya pemahaman dia tentang ajaran nabi Ibrahim, maka dia melakukan beberapa perbuatan yang membuat dia akhirnya MENGUBAH agama Tauhid Allah ‘azza wa jalla.

Yang paling pertama sekali dia lakukan adalah memasukkan patung-patung ke Jazirah Arab dan secara khusus Mekkah serta mengubah ibadahnya masyarakat Mekkah dan jazirah Arab dari bertauhid kepada Allah (mengikuti ajaran nabi Ibrahim) menjadi penyembah berhala. Inilah sebab utama kenapa Nabi shallallaahu 'alaihi wasallam tadi mengatakan beliau diperlihatkan Amru bin Luhay di neraka dalam keadaan disiksa, karena panasnya, isi perutnya keluar, karena memang dia pertama yang mengganti ajaran nabi Ibrahim 'alaihissalaam.

Bagaimana kisahnya?

Bersambung...

(Sumber: ditranskrip dari ceramah Ust. Dr. Khalid Basalamah hafidzahullaah)

 #sirahnabawiyah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar