Sabtu, 13 Februari 2016

SIRAH NABAWIYAH (8)

Ketika Mekkah Dikuasai oleh Orang-orang Zalim


Dan yang paling luar biasa, ini kata para ahli sejarah menunjukkan memang di zaman itu wajar dikatakan zaman Jahiliyah, ada dua patung yang bernama Isaf dan Naaila. Isaf dan Naaila ini punya kisah tersendiri.

Isaf ini nama seorang laki-laki dan Naaila nama seorang perempuan. Dulunya, sebelum zaman Amru bin Luhay, jauh sebelumnya, Isaf dan Naaila ini saling suka ceritanya, kemudian Isaf melamar Naaila dari orang tuanya, orang tuanya Naaila nolak, tidak diterima.

Zaman itu, caranya orang kalau ingin ketemu lebih mudah, janjian di musim haji. Jadi di musim haji mereka kumpul di Mekkah semuanya, maka Isaf dan Naaila janjian dari Yaman ketemu di Mekkah. Mereka niatnya mau pergi haji. Setelah itu, mereka lalai di depan Ka’bah di malam hari. (bukan seperti sekarang, 24 jam ada orang tawaf. Dulu kalau malam, di zaman itu, jika sudah terbenam matahari Ka'bah sudah kosong).

Lalu dia berhubungan biologis atau berzina dengan Naaila. Jadi, Isaf dan Naaila berzina di depan Ka’bah. Sudah zina dosa besar, depan Ka’bah lagi. Apa yang terjadi? Allah KUTUK mereka menjadi batu. Semua ahli sejarah mengangkat kisah ini.

Keesokan harinya, masyarakat Mekkah dikagetkan. Akhirnya mereka mengambil sebagai ibroh, Patung Isaf yang dikutuk tadi ditaruh oleh masyarakat Mekkah di gunung Shafa kemudian Naaila itu ditaruh patungnya di Marwah, agar setiap kali orang sa’i (yang pergi haji atau umrah) itu melihat, oh ternyata ini, hati-hati kalau berbuat dosa di depan Ka’bah, Allah bisa kutuk langsung.

Pada zaman Amru bin Luhay, orang sudah banyak lupa kisahnya Isaf dan Naaila (karena kejadiannya jauh sebelumnya). Lalu, Amru bin Luhay mengeluarkan keputusan agar patungnya (Isaf dan Naaila) dibawa dekat Ka’bah lalu disembah. Ini satu keanehan. Orang yang dikutuk karena berzina, disembah oleh mereka.

Ada sebuah kisah berhubungan dengan masalah penyembahan berhala dan kejahilan ini. Riwayat shohih menjelaskan tentang kisah Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu. Di zaman khilafahnya Umar bin Khattab radhiyallaahu ‘anhu, itu beliau kadang-kadang tiba-tiba menangis, kadang-kadang beliau tiba-tiba tertawa. Tapi teman-temannya ini tidak ada yang berani nanya. Satu waktu ada yang berani menanyakan mengatakan“Hai Amirul Mukminin (pemimpin orang-orang beriman), kenapa kadang-kadang Anda nangis, kadang-kadang Anda ketawa, apa sebabnya, bisa kami tau gak?

Lalu Umar berkata “Dulu kami di zaman jahiliyah, ada sebuah doktrin/pemahaman di tengah masyarakat Mekkah, yaitu kalau ada anak perempuan berarti Aib buatnya. Akhirnya kami membenci sekali anak perempuan. Setiap kali ada anak perempuan, kami bunuh. Yang hidup paling dua atau tiga orang untuk melanjutkan generasi. Selebihnya tidak.”

Umar mengatakan, “Suatu hari pernah saya mendapat informasi/berita tentang lahirnya anak perempuan saya. Saya sayang (pada anaknya) tapi tekanan-tekanan dari masyarakat menganggap itu aib, berat sekali. Dan saya sabar sampai umur anak itu 6 tahun. Setelah itu, lalu saya membawanya ke padang pasir, saya gali dan saya tanam dia hidup-hidup, maka saya sedih kenapa itu terjadi”. Itu zaman jahiliyah, tidak ada hisabnya. Allah subhanahu wata'ala tidak akan menyalahkan itu karena Umar sudah masuk Islam tentunya dan akhirnya sebagaimana dalam hadits nabi shallallaahu 'alaihi wasallam, kalau orang masuk Islam, maka perilaku dia yang lalu diubah menjadi pahala.

Lanjutannya, ditanya lagi, “Lalu kenapa Anda tertawa?”,
Ini berhubungan dengan apa yang Amru bin Luhay sudah lakukan, itu bekasnya sampai ke sahabat-sahabat sebelum mereka masuk Islam. Ia mengubah semua (mayoritas) ajaran nabi Ibrahim dan berubah  di tangannya dia (Amru bin Luhay).

Dia (Umar) bilang, “Di zaman jahiliyah juga dulu, ada keputusan di Mekkah [tapi tidak disebutkan dari Amru bin Luhay], keyakinan masyarakat Mekkah bahwasanya semua masyarakat Mekkah wajib menyembah berhala/patung, termasuk kalau mereka keluar dari Mekkah itu mereka harus/wajib membawa patung dari Mekkah.” Disini memang, Amru bin Luhay pernah mengeluarkan keputusan di zamannya, setelah menyuruh seluruh suku punya patung di tempat pemukiman mereka, lalu keputusan setelahnya, semua masyarakat Mekkah dan jamaah haji yang datang itu wajib punya patung, tapi patung itu buatan orang Mekkah. Apa efeknya? Membuat seluruh masyarakat Mekkah buat patung, karena bisnis, dijual kepada jemaah haji dan orang pada beli. Dianggap itu patung, berkah dari Mekkah dan inilah yang harus disembah.

Umar bin Khattab lalu mengatakan, “Saya dulu pernah satu waktu keluar ingin mengadakan perjalanan (safar). Apa yang terjadi? Saya lupa bawa patung dari Mekkah.” Ini sebabnya Umar tertawa.

Dia bilang, “Setelah di tengah jalan, saya ingin menyembah tuhan saya, saya ingin meminta pertolongan, ingin keselamatan, saya lupa bawa batu. Di padang pasir gak ada batu. Tiba-tiba saya liat, saya punya bekal, karena kan syaratnya harus dari Mekkah, saya liat tidak ada dari Mekkah kecuali bekal makanan saya (ada kurma). Lalu saya buat patung dari kurma, lalu saya sembah patung itu. Setelah selesai saya sembah, saya lapar. Lalu saya potong kepala tuhan saya dan saya makan.

Bisa dibayangkan bagaimana jahilnya orang pada saat itu. Bagaimana mereka tidak menyadari bahwasanya itu adalah makhluk-makhluk Allah juga. Tapi kalau kita mau lihat, zaman sekarang dengan teknologi canggih pun masih ada orang yang jahil bahkan lebih jahil daripada itu. Pergi kuburan minta-minta; menganggap keris bisa keramat, memberikan keselamatan; tanduk sapi; jimat-jimat; beragam macam, ini semua sama.

Menggantungkan nasib dengan benda-benda, itu juga makhluk Allah. Kita harusnya minta langsung pada Allah. Gak boleh kita bergantung terutama pada benda-benda mati. Kalau itu manusia masih hidup, orang sholeh, Anda bilang tolong doakan saya, gak masalah kalau dia masih hidup. Tapi kalau sudah mati? Sampai para ulama Salaf menukil dalam buku-buku Aqidah “Saya heran melihat orang yang datang ke kuburan yang dianggap itu orang ‘alim, minta kepada kuburan tersebut padahal kuburannya makhluknya Allah, di dalamnya juga manusia itu makhluk Allah, dan sudah jadi tulang, gak bisa memberikan apa-apa. Kalau Anda yakin kuburan itu bisa memberikan manfaat; pohon, keris, jimat dan segalanya, maka Tuhannya itu semua lebih mampu.”

Minta kepada Allah subhanahu wata'ala, bukan minta kepada makhluk tersebut. Kita boleh menggunakan mereka sebagai fasilitas saja, untuk kehidupan, kebutuhan dan segalanya, sifatnya bukan hak ilahiyah, tapi kalau sudah sampai hak ilahiyah, itu tidak boleh lagi. Memberikan kesembuhan, memberikan keselamatan, menghidupkan, mematikan, menyelamatkan dari musibah, itu semua tidak boleh sama sekali. Mutlak. Dan inilah yang membuat orang-orang kafir di Mekkah atau orang-orang Mekkah di cap oleh Allah sebagai orang Musyrik.


Yang kedua, yang Amru bin Luhay lakukan (mengubah ajaran nabi Ibrahim 'alaihissalaam) adalah mengubah talbiyah. Talbiyah haji itu ditambahkan oleh dia. Talbiyah yang masyhur dari zaman nabi Ibrahim 'alaihissalaam dan akhirnya menjadi syariat nabi Muhammad shallallaahu 'alaihi wasallam adalah yang kita sudah hafal sama-sama, “Labbaikallaahumma labbaik”.

 Kata-kata Labbaik ini berarti saya menjawab panggilanmu ya Allah dengan sopan (anjuran yang sangat ditekankan, untuk mengajarkan kepada anak-anak, kalau kita panggil namanya misalnya, biarkan mereka mengatakan ‘Labbaik’ karena kata-kata Labbaik itu sebenarnya bagus sekali, artinya saya menjawab panggilan Anda dengan sopan dan santun), makanya kita mengatakan “Labbaik Allahumma” (saya menjawab panggilanmu, ya Allah), “Labbaik” (benar-benar saya patuh dan siap untuk diperintah). “Labbaika Laa Syariika laka Labbaik” (saya menjawab panggilanmu, ya Allah, dengan tunduk, dengan patuh, tidak ada sekutu bagiMu dan saya pasti datang untuk menjawab panggilanmu). “Innal Hamda wan Ni’mata” (sesungguhnya puji-pujian dan ni’mat), “Laka” (milikmu), “Wal Mulk” (juga kerajaan), “Laa Syariikalak” (tidak ada sekutu bagiMu). Tidak ada yang boleh disamakan denganNya, apapun sifatnya, dari makhluk, tidak boleh sama dengan Allah, atau dipartisipasikan dengan Allah, itulah namanya musyrik.

 Apa yang terjadi? Amru bin Luhay, karena dia ingin membenarkan perilakunya mendatangkan patung dan patung disuruh jadi perantara dengan Allah maka dia menambah, setelah “Laa Syariikalak”, dia tambah “Illaa syariikan huwa lak, tamlikuhu wa maa malak”. Artinya “Illa syariikan huwa lak” (kecuali sekutu, ya Allah, milikmu), “tamlikuhu” (yang engkau kuasai), “wa maa malak” (dan apapun yang ia miliki). Kalimat ini secara dzohir biasa, tapi mengandung kalimat syirik, artinya boleh berbuat syirik, gak masalah, ada manusia kita anggap bagus, dia berkuasa, punya kelebihan, kita boleh partisipasikan dengan Allah, yang penting kita yakini dia adalah makhluknya Allah. TIDAK BISA. Allah MUTLAK tidak boleh dipartisipasikan, tidak boleh musyaarokah, tidak boleh syirik (mempartisipasikan Allah dengan makhluknya).

Yang ketiga adalah, yang terjadi juga, akhirnya menjadi sebuah syariat di Mekkah: Pensakralan hewan-hewan tertentu yang disebutkan dengan istilah dalam alquran “Bahiiroh, Saaibah, Wasiilah dan Ham”, nanti disebutkan ayatnya dan insya Allah tidak aneh-aneh bagi Anda, karena ini, awalnya saja kalau baru dengar mungkin kaget, tapi kalau kita sudah baca ayat dan terjemahannya, Anda akan paham nanti apa itu Bahiroh, apa itu Saaibah, apa itu Wasiilah dan apa itu Ham. Amru bin Luhay mensyariatkan bagi masyarakat Mekkah, setelah mulai orang patuh sama dia, sembah berhala, lalu dia bilang “Kita harus mensakralkan hewan tertentu”.

Kita baca ayatnya, Allah ‘azza wa jalla menceritakan kasusnya dalam surah Al-Maidah (5) : 103.
“Allah sekali-sekali tidak pernah mensyariatkan Bahiroh”, apa itu Bahiroh? Itu tadi, ajarannya Amru bin Luhay, Bahiroh adalah unta betina yang telah beranak lima kali dan anak kelimanya itu jantan. Lalu unta betina itu dibelah telinganya dan dilepaskan, tidak boleh ditunggangi lagi, tidak boleh diambil air susunya, tidak boleh ada yang ganggu, disakralkan. Ini namanya Bahiroh.

Juga “Saaibah”. Saaibah itu adalah unta betina yang dibiarkan pergi kemana saja karena sesuatu nazar. Jadi kalau masyarakat Mekkah misalnya, dia mau mengadakan perjalanan, dia bilang “Kalau saya selamat/berhasil, maka unta betina saya ini saya jadikan Saaibah”. Saaibah itu artinya dibiarkan, disakralkan, tidak boleh ada yang ganggu, tidak boleh ditunggangi, jadi biar sampai mati unta itu.

Juga “Wasiilah”, Allah tidak pernah mensyariatkan “Wasiilah”. Apa itu Wasiilah? Seekor domba betina yang melahirkan anak kembar dan terdiri dari jantan dan betina, maka yang jantan itu disebut Wasiilah, tidak boleh disembelih tapi khusus diserahkan untuk berhala.

Allah juga tidak pernah memerintahkan “Ham”. Apa itu Ham? Unta jantan yang tidak boleh diganggu gugat karena dia telah membuntingkan unta betina sepuluh kali.

Kejahilan, tidak ada sama sekali hubungannya. Lalu apa kata Allah? “Akan tetapi orang-orang kafir itu membuat-buat kedustaan terhadap Allah dan kebanyakan mereka tidak mengerti”. Lama-lama, karena Amru bin Luhay yang terapkan, ada sebagian masyarakat Mekkah yang bilang, oh mungkin ini hukumnya Allah. Maka Allah bantah dalam ayat ini.

Perilaku yang sangat buruk yang juga dilakukan oleh Amru bin Luhay adalah mengatakan orang kalau tawaf di Ka’bah itu tidak boleh menggunakan baju kecuali baju dari Mekkah. Sehingga masyarakat yang datang dari luar Mekkah, yang tidak punya uang, maka tawafnya telanjang. Sampai pembebasan kota Mekkah tahun 8 Hijriah, itu di Mekkah masih tawaf telanjang. Dan itu jelas sekali mereka lakukan itu.

Makanya dalam riwayat yang shohih, nabi shallallaahu 'alaihi wasallam waktu membebaskan kota Mekkah, menghancurkan berhala-berhala, melarang orang musyrik menginjak Mekkah tahun itu, dan juga melarang tawaf sambil telanjang. Karena memang mereka lakukan itu, karena baju-baju yang dipakai tawaf dijual mahal di Mekkah, maka hanya orang mampu saja yang beli. Kemudian mereka pelan-pelan terubah juga talbiyahnya, yang tadinya mengucapkan talbiyah, awal mau masuk Ka’bah mereka talbiyah, akhirnya begitu mulai tawaf mereka bingung mau baca apa. Lalu dalam AlQur’an dikatakan, “Muka aw wa Tasdiyah” (mereka bersiul dan menepuk tangan). Berubah semuanya. Ini perilaku-perilaku yang dibuat oleh Amru bin Luhay.

Akhirnya, sesuai dengan sabda nabi shallallaahu 'alaihi wasallam tadi yang menceritakan bagaimana dia disiksa di api neraka karena perilakunya tadi.

Inilah kisah, bagaimana keadaan Mekkah masyarakat awalnya, darimana asal muasal mereka, penduduk pertamanya, bagaimana keadaan agama Ibrahim 'alaihissalaam, lalu bagaimana berubah agama nabi Ibrahim 'alaihissalaam di Mekkah.

Biidznillah, nanti kita akan masuk sebuah sub judul yang lain yang berjudul “Kisah masuknya agama Yahudi dan Nasrani di Jazirah Arab”. Ini masih jauh dari lahirnya nabi, kita belum bahas. Kita juga akan bahas tentang kisah Madinah, kemudian juga akan kita singgung sedikit masalah Mekkah, bagaimana rentetan sejarah sebelum nabi shallallaahu 'alaihi wasallam lahir dan hijrah kesana kemudian bagaimana bisa ada orang Arab tapi agamanya Nasrani, kok bisa?

Awalnya orang Arab menyembah Allah subhanahu wata'ala, mengikuti ajaran nabi Ibrahim, kalaupun yang ada di Mekkah mereka sembah berhala, tapi ternyata, sampai hari ini pun ada yang beragama nasrani ada yang beragama Yahudi. Darimana asalnya bisa agama Nasrani dan Yahudi masuk ke Jazirah Arab?

Bersambung...

(Sumber: ditranskrip dari ceramah Ust. Dr. Khalid Basalamah hafidzahullaah)

#sirah nabawiyah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar