Ketika Mekkah Dikuasai oleh Orang-orang Zalim
Dan yang paling luar biasa, ini kata para ahli sejarah menunjukkan
memang di zaman itu wajar dikatakan zaman Jahiliyah, ada dua patung yang
bernama Isaf dan Naaila. Isaf dan Naaila ini punya kisah tersendiri.
Isaf ini nama seorang laki-laki dan Naaila nama seorang perempuan.
Dulunya, sebelum zaman Amru bin Luhay, jauh sebelumnya, Isaf dan Naaila
ini saling suka ceritanya, kemudian Isaf melamar Naaila dari orang
tuanya, orang tuanya Naaila nolak, tidak diterima.
Zaman itu,
caranya orang kalau ingin ketemu lebih mudah, janjian di musim haji.
Jadi di musim haji mereka kumpul di Mekkah semuanya, maka Isaf dan
Naaila janjian dari Yaman ketemu di Mekkah. Mereka niatnya mau pergi
haji. Setelah itu, mereka lalai di depan Ka’bah di malam hari. (bukan
seperti sekarang, 24 jam ada orang tawaf. Dulu kalau malam, di zaman itu, jika sudah
terbenam matahari Ka'bah sudah kosong).
Lalu dia berhubungan biologis atau berzina dengan Naaila. Jadi, Isaf dan
Naaila berzina di depan Ka’bah. Sudah zina dosa besar, depan Ka’bah
lagi. Apa yang terjadi? Allah KUTUK mereka menjadi batu. Semua ahli
sejarah mengangkat kisah ini.
Keesokan harinya, masyarakat Mekkah
dikagetkan. Akhirnya mereka mengambil sebagai ibroh, Patung Isaf yang
dikutuk tadi ditaruh oleh masyarakat Mekkah di gunung Shafa kemudian
Naaila itu ditaruh patungnya di Marwah, agar setiap kali orang sa’i
(yang pergi haji atau umrah) itu melihat, oh ternyata ini, hati-hati
kalau berbuat dosa di depan Ka’bah, Allah bisa kutuk langsung.
Pada zaman Amru bin Luhay, orang sudah banyak lupa kisahnya Isaf dan
Naaila (karena kejadiannya jauh sebelumnya). Lalu, Amru bin Luhay mengeluarkan
keputusan agar patungnya (Isaf dan Naaila) dibawa dekat Ka’bah lalu
disembah. Ini satu keanehan. Orang yang dikutuk karena berzina, disembah
oleh mereka.
Ada sebuah kisah berhubungan dengan masalah
penyembahan berhala dan kejahilan ini. Riwayat shohih menjelaskan
tentang kisah Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu. Di zaman khilafahnya
Umar bin Khattab radhiyallaahu ‘anhu, itu beliau kadang-kadang tiba-tiba
menangis, kadang-kadang beliau tiba-tiba tertawa. Tapi teman-temannya
ini tidak ada yang berani nanya. Satu waktu ada yang berani menanyakan
mengatakan“Hai Amirul Mukminin (pemimpin orang-orang beriman), kenapa
kadang-kadang Anda nangis, kadang-kadang Anda ketawa, apa sebabnya, bisa
kami tau gak?”
Lalu Umar berkata “Dulu kami di zaman jahiliyah, ada sebuah doktrin/pemahaman di tengah masyarakat Mekkah, yaitu kalau ada anak perempuan berarti Aib buatnya. Akhirnya kami membenci sekali anak
perempuan. Setiap kali ada anak perempuan, kami bunuh. Yang hidup paling
dua atau tiga orang untuk melanjutkan generasi. Selebihnya tidak.”
Umar
mengatakan, “Suatu hari pernah saya mendapat informasi/berita tentang
lahirnya anak perempuan saya. Saya sayang (pada anaknya) tapi
tekanan-tekanan dari masyarakat menganggap itu aib, berat sekali. Dan
saya sabar sampai umur anak itu 6 tahun. Setelah itu, lalu saya
membawanya ke padang pasir, saya gali dan saya tanam dia hidup-hidup,
maka saya sedih kenapa itu terjadi”. Itu zaman jahiliyah, tidak ada
hisabnya. Allah subhanahu wata'ala tidak akan menyalahkan itu karena
Umar sudah masuk Islam tentunya dan akhirnya sebagaimana dalam hadits
nabi shallallaahu 'alaihi wasallam, kalau orang masuk Islam, maka
perilaku dia yang lalu diubah menjadi pahala.
Lanjutannya,
ditanya lagi, “Lalu kenapa Anda tertawa?”,
Ini berhubungan dengan apa yang Amru bin Luhay sudah lakukan, itu
bekasnya sampai ke sahabat-sahabat sebelum mereka masuk Islam. Ia
mengubah semua (mayoritas) ajaran nabi Ibrahim dan berubah di
tangannya dia (Amru bin Luhay).
Dia (Umar) bilang, “Di zaman jahiliyah juga dulu, ada keputusan di
Mekkah [tapi tidak disebutkan dari Amru bin Luhay], keyakinan masyarakat
Mekkah bahwasanya semua masyarakat Mekkah wajib menyembah
berhala/patung, termasuk kalau mereka keluar dari Mekkah itu mereka
harus/wajib membawa patung dari Mekkah.” Disini memang, Amru bin Luhay pernah
mengeluarkan keputusan di zamannya, setelah menyuruh seluruh suku
punya patung di tempat pemukiman mereka, lalu keputusan setelahnya,
semua masyarakat Mekkah dan jamaah haji yang datang itu wajib punya
patung, tapi patung itu buatan orang Mekkah. Apa efeknya? Membuat
seluruh masyarakat Mekkah buat patung, karena bisnis, dijual kepada
jemaah haji dan orang pada beli. Dianggap itu patung, berkah dari Mekkah
dan inilah yang harus disembah.
Umar bin Khattab lalu
mengatakan, “Saya dulu pernah satu waktu keluar ingin mengadakan
perjalanan (safar). Apa yang terjadi? Saya lupa bawa patung dari
Mekkah.” Ini sebabnya Umar tertawa.
Dia bilang, “Setelah di tengah
jalan, saya ingin menyembah tuhan saya, saya ingin meminta pertolongan,
ingin keselamatan, saya lupa bawa batu. Di padang pasir gak ada batu.
Tiba-tiba saya liat, saya punya bekal, karena kan syaratnya harus dari
Mekkah, saya liat tidak ada dari Mekkah kecuali bekal makanan saya (ada
kurma). Lalu saya buat patung dari kurma, lalu saya sembah patung itu.
Setelah selesai saya sembah, saya lapar. Lalu saya potong kepala tuhan
saya dan saya makan.”
Bisa dibayangkan bagaimana jahilnya orang
pada saat itu. Bagaimana mereka tidak menyadari bahwasanya itu adalah
makhluk-makhluk Allah juga. Tapi kalau kita mau lihat, zaman sekarang
dengan teknologi canggih pun masih ada orang yang jahil bahkan lebih
jahil daripada itu. Pergi kuburan minta-minta; menganggap keris bisa
keramat, memberikan keselamatan; tanduk sapi; jimat-jimat; beragam
macam, ini semua sama.
Menggantungkan nasib dengan benda-benda, itu juga
makhluk Allah. Kita harusnya minta langsung pada Allah. Gak boleh kita
bergantung terutama pada benda-benda mati. Kalau itu manusia masih
hidup, orang sholeh, Anda bilang tolong doakan saya, gak masalah kalau
dia masih hidup. Tapi kalau sudah mati? Sampai para ulama Salaf menukil
dalam buku-buku Aqidah “Saya heran melihat orang yang datang ke kuburan
yang dianggap itu orang ‘alim, minta kepada kuburan tersebut padahal
kuburannya makhluknya Allah, di dalamnya juga manusia itu makhluk Allah,
dan sudah jadi tulang, gak bisa memberikan apa-apa. Kalau Anda yakin
kuburan itu bisa memberikan manfaat; pohon, keris, jimat dan segalanya,
maka Tuhannya itu semua lebih mampu.”
Minta kepada Allah subhanahu
wata'ala, bukan minta kepada makhluk tersebut. Kita boleh menggunakan
mereka sebagai fasilitas saja, untuk kehidupan, kebutuhan dan segalanya,
sifatnya bukan hak ilahiyah, tapi kalau sudah sampai hak ilahiyah, itu
tidak boleh lagi. Memberikan kesembuhan, memberikan keselamatan,
menghidupkan, mematikan, menyelamatkan dari musibah, itu semua tidak
boleh sama sekali. Mutlak. Dan inilah yang membuat orang-orang kafir di
Mekkah atau orang-orang Mekkah di cap oleh Allah sebagai orang Musyrik.
Yang kedua, yang Amru bin Luhay lakukan (mengubah ajaran nabi Ibrahim
'alaihissalaam) adalah mengubah talbiyah. Talbiyah haji itu ditambahkan
oleh dia. Talbiyah yang masyhur dari zaman nabi Ibrahim 'alaihissalaam
dan akhirnya menjadi syariat nabi Muhammad shallallaahu 'alaihi wasallam
adalah yang kita sudah hafal sama-sama, “Labbaikallaahumma labbaik”.
Kata-kata Labbaik ini berarti saya menjawab panggilanmu ya Allah dengan
sopan (anjuran yang sangat ditekankan, untuk mengajarkan kepada
anak-anak, kalau kita panggil namanya misalnya, biarkan mereka
mengatakan ‘Labbaik’ karena kata-kata Labbaik itu sebenarnya bagus
sekali, artinya saya menjawab panggilan Anda dengan sopan dan santun),
makanya kita mengatakan “Labbaik Allahumma” (saya menjawab panggilanmu,
ya Allah), “Labbaik” (benar-benar saya patuh dan siap untuk diperintah).
“Labbaika Laa Syariika laka Labbaik” (saya menjawab panggilanmu, ya
Allah, dengan tunduk, dengan patuh, tidak ada sekutu bagiMu dan saya
pasti datang untuk menjawab panggilanmu). “Innal Hamda wan Ni’mata”
(sesungguhnya puji-pujian dan ni’mat), “Laka” (milikmu), “Wal Mulk”
(juga kerajaan), “Laa Syariikalak” (tidak ada sekutu bagiMu). Tidak ada
yang boleh disamakan denganNya, apapun sifatnya, dari makhluk, tidak
boleh sama dengan Allah, atau dipartisipasikan dengan Allah, itulah
namanya musyrik.
Apa yang terjadi? Amru bin Luhay, karena dia
ingin membenarkan perilakunya mendatangkan patung dan patung disuruh
jadi perantara dengan Allah maka dia menambah, setelah “Laa
Syariikalak”, dia tambah “Illaa syariikan huwa lak, tamlikuhu wa maa
malak”. Artinya “Illa syariikan huwa lak” (kecuali sekutu, ya Allah,
milikmu), “tamlikuhu” (yang engkau kuasai), “wa maa malak” (dan apapun
yang ia miliki). Kalimat ini secara dzohir biasa, tapi mengandung
kalimat syirik, artinya boleh berbuat syirik, gak masalah, ada manusia
kita anggap bagus, dia berkuasa, punya kelebihan, kita boleh
partisipasikan dengan Allah, yang penting kita yakini dia adalah
makhluknya Allah. TIDAK BISA. Allah MUTLAK tidak boleh dipartisipasikan,
tidak boleh musyaarokah, tidak boleh syirik (mempartisipasikan Allah
dengan makhluknya).
Yang ketiga adalah, yang terjadi juga,
akhirnya menjadi sebuah syariat di Mekkah: Pensakralan hewan-hewan
tertentu yang disebutkan dengan istilah dalam alquran “Bahiiroh,
Saaibah, Wasiilah dan Ham”, nanti disebutkan ayatnya dan insya Allah
tidak aneh-aneh bagi Anda, karena ini, awalnya saja kalau baru dengar
mungkin kaget, tapi kalau kita sudah baca ayat dan terjemahannya, Anda
akan paham nanti apa itu Bahiroh, apa itu Saaibah, apa itu Wasiilah dan
apa itu Ham. Amru bin Luhay mensyariatkan bagi masyarakat Mekkah,
setelah mulai orang patuh sama dia, sembah berhala, lalu dia bilang
“Kita harus mensakralkan hewan tertentu”.
Kita baca ayatnya, Allah ‘azza wa jalla menceritakan kasusnya dalam surah Al-Maidah (5) : 103.
“Allah sekali-sekali tidak pernah mensyariatkan Bahiroh”, apa itu
Bahiroh? Itu tadi, ajarannya Amru bin Luhay, Bahiroh adalah unta betina
yang telah beranak lima kali dan anak kelimanya itu jantan. Lalu unta
betina itu dibelah telinganya dan dilepaskan, tidak boleh ditunggangi
lagi, tidak boleh diambil air susunya, tidak boleh ada yang ganggu,
disakralkan. Ini namanya Bahiroh.
Juga “Saaibah”. Saaibah itu adalah
unta betina yang dibiarkan pergi kemana saja karena sesuatu nazar. Jadi
kalau masyarakat Mekkah misalnya, dia mau mengadakan perjalanan, dia
bilang “Kalau saya selamat/berhasil, maka unta betina saya ini saya
jadikan Saaibah”. Saaibah itu artinya dibiarkan, disakralkan, tidak
boleh ada yang ganggu, tidak boleh ditunggangi, jadi biar sampai mati
unta itu.
Juga “Wasiilah”, Allah tidak pernah mensyariatkan
“Wasiilah”. Apa itu Wasiilah? Seekor domba betina yang melahirkan anak
kembar dan terdiri dari jantan dan betina, maka yang jantan itu disebut
Wasiilah, tidak boleh disembelih tapi khusus diserahkan untuk berhala.
Allah juga tidak pernah memerintahkan “Ham”. Apa itu Ham? Unta jantan
yang tidak boleh diganggu gugat karena dia telah membuntingkan unta
betina sepuluh kali.
Kejahilan, tidak ada sama sekali
hubungannya. Lalu apa kata Allah? “Akan tetapi orang-orang kafir itu
membuat-buat kedustaan terhadap Allah dan kebanyakan mereka tidak
mengerti”. Lama-lama, karena Amru bin Luhay yang terapkan, ada sebagian
masyarakat Mekkah yang bilang, oh mungkin ini hukumnya Allah. Maka Allah
bantah dalam ayat ini.
Perilaku yang sangat buruk yang juga
dilakukan oleh Amru bin Luhay adalah mengatakan orang kalau tawaf di
Ka’bah itu tidak boleh menggunakan baju kecuali baju dari Mekkah.
Sehingga masyarakat yang datang dari luar Mekkah, yang tidak punya uang,
maka tawafnya telanjang. Sampai pembebasan kota Mekkah tahun 8 Hijriah,
itu di Mekkah masih tawaf telanjang. Dan itu jelas sekali mereka
lakukan itu.
Makanya dalam riwayat yang shohih, nabi shallallaahu
'alaihi wasallam waktu membebaskan kota Mekkah, menghancurkan
berhala-berhala, melarang orang musyrik menginjak Mekkah tahun itu, dan
juga melarang tawaf sambil telanjang. Karena memang mereka lakukan itu,
karena baju-baju yang dipakai tawaf dijual mahal di Mekkah, maka hanya
orang mampu saja yang beli. Kemudian mereka pelan-pelan terubah juga
talbiyahnya, yang tadinya mengucapkan talbiyah, awal mau masuk Ka’bah
mereka talbiyah, akhirnya begitu mulai tawaf mereka bingung mau baca
apa. Lalu dalam AlQur’an dikatakan, “Muka aw wa Tasdiyah” (mereka
bersiul dan menepuk tangan). Berubah semuanya. Ini perilaku-perilaku
yang dibuat oleh Amru bin Luhay.
Akhirnya, sesuai dengan sabda nabi
shallallaahu 'alaihi wasallam tadi yang menceritakan bagaimana dia
disiksa di api neraka karena perilakunya tadi.
Inilah kisah,
bagaimana keadaan Mekkah masyarakat awalnya, darimana asal muasal
mereka, penduduk pertamanya, bagaimana keadaan agama Ibrahim
'alaihissalaam, lalu bagaimana berubah agama nabi Ibrahim 'alaihissalaam
di Mekkah.
Biidznillah, nanti kita akan masuk sebuah sub judul
yang lain yang berjudul “Kisah masuknya agama Yahudi dan Nasrani di
Jazirah Arab”. Ini masih jauh dari lahirnya nabi, kita belum bahas. Kita
juga akan bahas tentang kisah Madinah, kemudian juga akan kita singgung
sedikit masalah Mekkah, bagaimana rentetan sejarah sebelum nabi
shallallaahu 'alaihi wasallam lahir dan hijrah kesana kemudian bagaimana
bisa ada orang Arab tapi agamanya Nasrani, kok bisa?
Awalnya orang Arab
menyembah Allah subhanahu wata'ala, mengikuti ajaran nabi Ibrahim,
kalaupun yang ada di Mekkah mereka sembah berhala, tapi ternyata, sampai
hari ini pun ada yang beragama nasrani ada yang beragama Yahudi.
Darimana asalnya bisa agama Nasrani dan Yahudi masuk ke Jazirah Arab?
Bersambung...
(Sumber: ditranskrip dari ceramah Ust. Dr. Khalid Basalamah hafidzahullaah)
#sirah nabawiyah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar