KISAH MASUKNYA AGAMA YAHUDI DAN NASRANI DI JAZIRAH ARAB
Lanjutan bahasan sirah masih di masalah masuknya agama Yahudi dan
Nasrani di Jazirah, dan bahasan yang terakhir berhubungan dengan masalah
agama Yahudi masuk di Jazirah Arab, dan kita akan masuk hari ini di
agama Nasrani, bagaimana bisa masuk ke Jazirah Arab.
Sedikit
review, kita sudah jelaskan ada julukan raja di Yaman yang bernama
Tubba’, diambil dari namanya Tabban As'ad, seorang raja yang dulunya
pernah ke Madinah kemudian anaknya dititipkan disana. Setelah itu
terjadi cekcok antara anak Tabban As'ad dengan masyarakat Madinah dan
akhirnya terbunuhlah anaknya Tabban As'ad ini. Lalu dia membentuk
pasukan dan dia masuk ke madinah ingin menghancurkannya.
Setelah
beberapa hari mengepung Madinah, keluarlah dua pendeta Yahudi dari
Madinah kemudian menanyakan kepada raja Tabban yang waktu itu berkuasa
di Yaman. “Apa yang Anda inginkan disini?”. Kata Tabban As'ad, “Saya
ingin menghancurkan kota ini”. Lalu berkata kedua pendeta Yahudi
tersebut, “Engkau tidak akan bisa”. Maka raja Tabban bertanya, waktu itu
memang dia tidak ada agamanya, atheis, penyembah api malah di Yaman.
Maka, kedua pendeta tersebut mengatakan “Karena ini adalah Mahjarun
Nabi. Ini tempat hijrahnya nabi, nanti. Dan nanti disini dia akan
memenangkan agama Allah”. Tabban As'ad pun bertanya, apa itu nabi, siapa
itu Tuhan, sampai akhirnya dia mengimani Allah ‘azza wa jalla dan masuk
menganut agama Yahudi. Karena itu dia tidak jadi memerangi kota Madinah
serta memaafkan masyarakatnya.
Setelah itu, ringkas cerita, dia
ke Mekkah. Ingin pulang ke Yaman, melewati Mekkah, kemudian ada satu
suku Arab disana namanya Huzail. Suku Huzail ini adalah suku yang tidak
senang dengan masyarakat Yaman dan tidak senang juga dengan masyarakat
Mekkah. Maka dia ingin mengadu domba keduanya. Dia mengatakan kepada
Tabban As'ad,
“Apakah Engkau mau harta yang tertimbun dan tidak butuh kekuatan untuk mengambilnya”.
Tabban As'ad mengatakan “Iya, tentu saya mau”.
Maka suku Huzail mengatakan, “Disana, di kota ini (Mekkah), ada sebuah
rumah (maksudnya adalah Ka’bah) yang kalau seandainya Engkau
membongkarnya, dibawahnya itu banyak sekali harta yang tertimbun.”
(Memang benar, orang-orang Arab dulu karena terlalu menghormati Ka’bah,
maka mereka meletakkan atau menanam emas-emas dan banyak sekali
perhiasan mereka di bawah Ka’bah).
Tabban As'ad pun akhirnya
tamak dan membentuk pasukan ingin menyerang kota Mekkah. Waktu melihat
pasukan sudah siap semua, dua pendeta Yahudi bertanya
“Mau kemana Anda, hai Tabban?”.
Tabban As'ad mengatakan “Saya ingin masuk ke kota ini dan mengambil
harta yang tertimbun di rumahnya, katanya ada rumah disana”. Dia belum
tau kalau Ka’bah itu adalah rumah Allah.
Maka dua pendeta Yahudi
tadi mengatakan “Demi Allah, wahai Tabban, sesungguhnya suku Huzail
ingin menghancurkanmu (dengan isu itu). Kami tidak pernah tau ada rumah
Allah di muka bumi kecuali ini. Jadi tidak mungkin, Allah pasti akan
menghancurkanmu.”
Maka, ditanya oleh Tabban, “Lalu, apa yang kalian sarankan kepada saya?”
Kata dua pendeta tersebut, “Tawaflah di rumah itu dan hormatilah”.
Tabban As'ad berkata, “Lalu kalian bagaimana? Kalian kan pendeta.”
Kata mereka, “Kami adalah pendeta-pendeta yang tidak layak untuk tawaf
disitu sementara banyak patung”, karena di sekitar Ka’bah sudah banyak
patung, dari kisah yang sebelumnya sudah disampaikan dari hari-hari Amru
bin Luhay, orang yang pertama memasukkan patung ke Jazirah Arab.
Lalu, Tabban As'ad akhirnya tawaf dan tidur di dekat Ka’bah, lalu dia
mimpi dia meletakkan kain di atas Ka’bah yang dikenal dengan Qiswah. Dan
Tabban As'ad adalah orang pertama yang meletakkan Qiswah di Ka’bah.
Setelah beberapa hari, dia meletakkan kain yang lebih bagus lagi sampai
akhirnya Qiswah itu terus berjalan dan diletakkan di Ka’bah sampai
sekarang. Karena nabi shallallaahu 'alaihi wasallam tidak memungkirinya,
maka para sahabat dan sampai hari ini ulama pun menjalankan apa yang
telah dilakukan oleh Tabban As'ad jauh sebelum nabi shallallaahu 'alaihi
wasallam lahir.
Lalu Tabban As'ad balik ke Yaman membawa dua
pendeta tersebut untuk mengajak agar masyarakat Yaman semuanya menganut
agama Yahudi, tapi mereka menolak. Pada saat itu memang mereka penyembah
api. Di Yaman ada sebuah tempat yang sangat besar, apinya selama 24 jam
menyala terus, karena mereka selalu memasukkan kayu-kayu bakar, dan
tempatnya sangat besar, ditutup dengan pintu besi. Setiap kali mereka
punya masalah, mereka berhukum kepada api itu dengan cara pintu besinya
dibuka, pada saat dibuka, maka api akan keluar. Siapa yang pertama
terbakar dengan api tersebut, berarti dia yang dzolim/salah. Dan ini
kejahilan di zaman itu.
Setelah Tabban As'ad mendakwahkan agama
Yahudi kepada masyarakat Yaman, ternyata mereka menolak, mereka tetap
ingin menyembah api sampai terjadi kesepakatan, bagaimana kalau
seandainya kedua pendeta Yahudi itu kita ajukan di depan rumah api dan
mengajukan juga di sebelah mereka itu pemimpin-pemimpin penyembah api.
Siapa yang dilalap oleh api pertama, berarti dia yang salah. Yang tidak
dilalap oleh api berarti dia yang benar (agamanya), itu yang diikuti.
Maka Tabban As'ad bertanya kepada kedua pendeta Yahudi tersebut,
pendeta mengatakan “Lakukan saja, Allah pasti akan memenangkan
agamaNya”. Lalu berdirilah dua pendeta tersebut di depan pintu rumah
api, berdiri juga pemimpin-pemimpin penyembah api di sebelah kiri
mereka. Pada saat dibuka pintu, ternyata api langsung menyerang kedua
pemimpin penyembah api itu. Sempat mereka lari di awalnya, dalam sejarah
dikatakan, masyarakat mereka marah, dipaksa untuk kembali. Pada saat
dibuka yang kedua kalinya, akhirnya api menghanguskan kedua pimpinan
penyembah api tersebut. Maka semenjak hari itu, seluruh Yaman masuk ke
agama Yahudi.
Ini terakhir bahasa kita, bahwasanya agama Yahudi
masuk ke Jazirah Arab karena ada alasan, tepatnya tadi karena kisah
Tabban As'ad dengan kedua pendeta yang ada di Madinah. Dan sudah
dijelaskan kenapa orang-orang Yahudi ada di Madinah, karena mereka
menemukan dalam Taurat, Madinah itu kota yang akan dihijrahi oleh nabi
yang terakhir. Sementara pada saat nabi shallallaahu 'alaihi wasallam
keluar disitu (hijrah), mereka tidak mau beriman, alasannya hanya karena
fanatisme. Mereka mengatakan kami berharap nabi terakhir yang keluar
dari bani Israil, dari turunan Ishaq atau Ya’qub, ternyata yang keluar
terakhir dari turunan Ismail, yaitu nabi kita Muhammad shallallaahu
'alaihi wasallam.
Sekarang, bagaimana agama Nasrani ada di
Jazirah Arab? Kalau tadi kita sudah tahu kenapa orang Arab ada yang
Yahudi, termasuk diantaranya Abdullah ibn Saba’ (pendiri paham Syi’ah,
itu dari Yaman, orang Yahudi Yaman, yang pura-pura masuk Islam di zaman
Umar dan Utsman radhiyallahu ‘anhuma).
Setelah Tabban As'ad
wafat, datang anaknya yang memimpin setelahnya bernama Hassan. Jadi raja
Yaman sekarang setelah Tabban As'ad wafat adalah Hassan. Dan Hassan ini
kerajaannya sudah mulai makin meluas, makin kuat, tapi kata sebagian
ahli sejarah, dia mulai merasa sombong dengan dirinya, maka dia berpikir
untuk menyerang atau memperluas/ekspansi wilayahnya dan ingin mencoba
untuk memerangi seluruh orang-orang Arab yang ada di jazirah Arab dan
memerangi kedua kerajaan besar pada zaman itu; Faris (Furs) dan Rum, dua
kerajaan yang sangat besar dan tidak mungkin Yaman bisa mengalahkan
sebenarnya. Tapi kata ahli sejarah, Hassan ini punya kepercayaan diri
yang sangat tinggi, tapi dia juga dari sisi lain, tidak punya
pertimbangan yang matang.
Maka apa yang terjadi? Dia mengatakan dalam
istilah atau kalimat yang dia ucapkan dan dinukil dalam buku-buku
sejarah “Saya akan memerangi mulai hari ini orang-orang Arab semuanya
dan juga orang-orang Ajam (selain orang Arab), agar saya satu-satunya
pemimpin di muka bumi.” Ini anaknya Tabban As'ad yang bernama Hassan,
dan pada saat itu dia beragama Yahudi.
Maka, dia berkata kepada
para pengawalnya, “Mana negara yang paling kuat sekarang? Yang paling
terkenal kekuatan militernya yang mana?”. Mereka mengatakan, “Furs”.
(***Furs itu kalau sekarang, masuk seluruh wilayah Rusia, sebagian
wilayah Cina, sebagian besar wilayah India, juga Iran dan Irak, itu
semua dulu wilayah Furs namanya. Jadi wilayahnya sangat besar sekali dan
kekuatan militer mereka sangat kuat***)
Hassan berkata, “Kalau
begitu, saya akan mulai memerangi mereka”. Kalau kita lihat di peta
Jazirah Arab, itu di daerah selatannya ada wilayah Yaman, Yaman sangat
kecil. Dibandingkan dengan Furs, mungkin Yaman cuma sepersepuluhnya
Furs. Tapi Hassan tetap percaya diri ingin memerangi Furs dan menguasai
wilayah tersebut.
Maka pada saat itu, semuanya,
menteri-menterinya, pengawal-pengawalnya, sebenarnya merasa terganggu.
Mereka yakin tidak bisa menang. Tapi Hassan tetap ngotot dan terpaksa
keluar membentuk pasukan. Di tengah jalan, sebelum tiba di wilayah Furs,
maka, seluruhnya akhirnya musyawarah tanpa melibatkan Hassan, ini
kira-kira bagaimana jalan keluarnya, karena kalau kita paksakan diri
malah berbahaya. Hassan ini orangnya sangat jeli. Di kemah dia, tidak
boleh orang lain masuk kecuali satu saja saudaranya yang bernama Amr.
Itupun diperiksa semua badannya apakah bawa senjata atau tidak, dan
seterusnya.
Akhirnya, seluruh pengawal-pengawalnya terutama
menteri-menteri dia, sepakat mengajak Amr berdiskusi dan mengatakan “Hai
Amr, kalau seandainya Engkau bisa membunuh saudaramu, Hassan, maka kami
akan nobatkan Engkau menjadi raja setelahnya, langsung. Karena Hassan
ini terlalu berlebihan, menyuruh, memaksa kami untuk memerangi Furs,
sudah diajak berhenti tidak mau.”
Amr pun akhirnya tamak terhadap
kerajaan dan dia setuju.
Semua menteri-menteri Hassan setuju untuk
menobatkan Amr dan setuju agar Hassan dibunuh, kecuali satu orang. Ada
satu orang yang bernama Dzuuru ‘Ain. Dzuuru ‘Ain ini punya kisah
tersendiri, ringkas, sederhana saja, dia meminta agar Amr tidak membunuh
kakaknya karena tidak ada gunanya. Dia mengatakan “Hai Amr, ingatlah,
tidak ada orang yang membunuh saudara kandungnya sendiri kecuali dia
akan terus tertimpa kesedihan sepanjang hidupnya.” Tapi Amr tetap tidak
mau. Maka, Dzuuru ‘Ain mengatakan “Kalau begitu, tolong tuliskan surat
untuk saya bahwasanya saya tidak ikut-ikutan dalam masalah ini”.
Ditulislah oleh Amr. Kemudian Amr akhirnya membunuh saudaranya sendiri,
waktu dia masuk dalam kemahnya, kemudian dia bunuh, akhirnya terbunuhlah
Hassan. Dan secara otomatis, Amr, yang tadi membunuh saudaranya
dinobatkan menjadi raja oleh masyarakat Yaman sesuai dengan kesepakatan
para menteri-menteri.
Setelah berjalan beberapa waktu, Amr ini
merasa sedih sekali, sumpek, apa yang harus dia lakukan. Dia merasa
terganggu dengan proses waktu dia bunuh saudaranya. Maka dia akhirnya
bermusyawarah dengan orang-orang yang ada di sekitarnya. Ada yang
mengatakan kepada dia,
“Hai Amr, kesedihan yang terjadi pada dirimu ini karena engkau membunuh Hassan”.
“Lalu bagaimana caranya supaya kesedihan saya hilang?”
“Satu-satunya cara, engkau harus membunuh semua orang yang menyuruh kamu membunuh saudaramu.”
Ini kisah masyhur di Yaman. Apa yang terjadi? Maka Amr akhirnya
membunuh semuanya, orang-orang yang tadinya menyuruh dia membunuh
saudaranya Hassan, sampai tiba di Dzuuru ‘Ain (satu-satunya menteri yang
tidak setuju). Waktu Dzuuru ‘Ain mau dibunuh, Dzuuru ‘Ain mengatakan
“Hai Amr, masih ingat? Ini ada surat saya. Saya sudah sepakat dengan
kamu bahwasanya saya menyarankan agar jangan membunuh saudaramu dan saya
tidak ikut-ikutan”. Maka dengan surat itu, Dzuuru ‘Ain selamat. Setelah
itu, ternyata Amr memang merasa lebih tenang dalam kehidupannya. Ini
sedikit ringkasan tentang masalah kondisi Yaman setelah Tabban As'ad
wafat.
Jadi kita membahas Tabban As'ad (raja Yaman yang beragama
Yahudi), kemudian datang anaknya, Hassan, Hassan dibunuh oleh saudaranya
Amr, kemudian Amr menjadi pemimpin di Yaman. Setelah Amr meninggal
dunia, maka anak-anak daripada Tabban As'ad (kembali lagi, karena Amr
sama Hassan punya saudara banyak, tapi yang paling kuat tadinya adalah
mereka), saudara-saudara Hassan dan Amr mulai berebut kekuasaan di Yaman
dan akhirnya terjadilah perang saudara di Yaman.
Dalam kondisi
kacau di Yaman, stabilitas ekonominya tidak stabil dan terganggu dengan
adanya perang saudara tadi, maka muncullah satu orang perampok di negeri
Yaman.
Bersambung...
(Sumber: ditranskrip dari ceramah Ust. Dr. Khalid Basalamah hafidzahullaah)
#sirahnabawiyah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar