Kamis, 18 Februari 2016

SIRAH NABAWIYAH (15)



KISAH MASUKNYA AGAMA YAHUDI DAN NASRANI DI JAZIRAH ARAB 

Kenapa kisah tentang Kisrah ini diangkat? Karena Saif bin Dzi Yazin yang ikut dengan gerombolan tadi, ketika tiba di depan Kisrah, ketika hijab dibuka, semuanya sujud kepada kisrah kecuali Saif bin Dzi Yazin ini. Bukan tidak sujud karena dia beriman kepada Allah, tetapi karena ada tujuan lain.

Kisrah kaget, karena baru pertama kali dalam hidupnya, ada orang tidak sujud pada dia. Padahal semua orang yang datang padanya, semuanya sujud.
Lalu ditanya, “Kenapa kamu tidak sujud?
Dia bilang, “Karena ada masalah besar”.
Ditanya lagi sama Kisrah, “Apa masalahmu?
Diceritakanlah sama dia (Saif) bahwa kerajaan orang tuanya diambil oleh orang-orang Ethopia, begini, begitu, diceritakan semuanya.
Kisrah bilang, “Lalu apa yang Engkau inginkan?
Saya ingin dibantu. Tolong berikan saya pasukan supaya saya bisa mengembalikan kerajaan orang-orang tua saya di Yaman dan saya mengusir orang-orang Afrika agar kembali ke negaranya”.

Kisrah musyawarah dengan menteri-menterinya. Mereka bilang, “Untuk apa kita serang Yaman? Yang kita tau, Yaman disana tidak ada apa-apa, hanya padang pasir dan pohon-pohon kurma. Untuk apa masuk kesana? Tidak ada gunanya.”

Karena Kisrah tahu bahwa Saif bin Dzi Yazin ini bekas turunan raja Yaman dan supaya nama Kisrah tidak rusak, Kisrah menghormatinya dengan memberi hadiah. Hadiahnya yang diberikan Kisrah itu 10.000 keping fiddoh (perhiasan-perhiasan dari perak, emas (dzahab)) dimana waktu itu nilai hadiahnya sangat mahal. Selain itu, Saif juga diberikan 10.000 qiswah (pakaian yang bagus dari sutra).

Tujuan Saif datang ke Kisrah bukan untuk meminta hadiah, tetapi ia ingin supaya ada pasukan untuk merebut kembali kerajaan Yaman. Ketika Saif mengambil hadiah itu dan keluar di depan istana Kisrah, Saif teriak, “Hadiah”. Dilemparlah semua kepingan-kepingan perak dan emas, dibagi-bagikan ke masyarakat. Baju-baju kain yang mahal yang terbuat dari sutra pun dilemparkan semua. Padahal hadiah ini nilainya sangat luar biasa (mahal). Sebagian ahli sejarah mengatakan, kalau dia pakai, ia bisa hidup sampai tujuh turunan, saking banyaknya. Tapi tidak, Saif melemparkan semuanya.

Kisrah dengar ada keributan di depan istananya, bertanya “Ada apa?
“Anak tadi yang dari Yaman melemparkan semua hadiah-hadiah dari Anda”.
Karena perilaku itu, Kisrah berpikir ada sesuatu. Tidak mungkin dia sampai melempar dan tidak mau mengambil hadiah dari Kisrah. Ditanyalah kembali Saif bin Dzi Yazin, “Kenapa kamu begini?

Untuk memancing agar Kisrah mengutus pasukan, Saif berkata, “Untuk apa emas dan perak beserta kain-kain ini, untuk apa saya jauh-jauh datang dari Yaman sementara semua gunung Yaman emas dan perak, saya tidak perlu yang kecil-kecil begini”. Padahal, sebenarnya tidak ada, dia berbohong supaya dia dapat bantuan dari Kisrah.

Setelah itu, Kisrah bilang kepada menteri-menterinya, “Saya tidak pernah dengar di Yaman gunung-gunungnya emas. Bagaimana kira-kira pendapat kalian?”
Ada salah satu menterinya yang bilang pada Kisrah, “Begini saja. Sekarang, di penjara istana kita ini, banyak sekali (mungkin ribuan) orang-orang (perampok ataupun penjahat) yang tinggal menunggu waktu untuk dibunuh. Ambillah mereka itu, kemudian bentuk satu pasukan dan utus ke Yaman bersama Saif bin Dzi Yazin ini. Kalau mereka terbunuh atau dikalahkan, tidak ada masalah, kita tidak rugi apa-apa, karena memang mereka targetnya sudah ingin dibunuh di penjara. Kalau mereka menang, maka Anda sudah beruntung, karena Yaman akan menjadi daerah kekuasaan Anda. Tidak perlu repot kirim pasukan-pasukan khusus.”

Kisrah setuju. Dibentuklah pasukan. Ada yang mengatakan mereka berjumlah 800 orang, ada pula yang mengatakan sampai 8000 orang. Untuk memperkuat pasukan tersebut, Kisrah mengutus satu pimpinan perang yang paling kuat. Disebutkan dalam sejarah, pimpinan perang itu orangnya tinggi besar, sampai kalau ia berdiri, orang-orang di dekatnya kelihatan kecil. Namanya Hurmuz. Dia memang pimpinan perang. Dia memiliki busur panah yang talinya tidak ada yang bisa menariknya kecuali dia. Kalau dia memanah, tidak pernah meleset dan pasti tembus, apapun itu ; batu, pohon pasti tembus, saking kerasnya memanahnya.

Berangkatlah pasukan yang dipimpin oleh Hurmuz ini bersama dengan Saif bin Dzi Yazin ke Yaman. Masruq, raja Yaman yang merupakan cucu Abrahah, mendengar berita tentang kedatangan pasukan ini. Ringkas cerita, Masruq juga membentuk pasukan dimana pasukan tersebut juga (sama seperti Abrahah) mengendarai gajah. Terjadilah peperangan diantara keduanya.

Ketika peperangan terjadi, Hurmuz tanya ke Saif bin Dzi Yazin, “Mana rajanya?
Itu rajanya”, sambil menunjuk Masruq yang kebetulan hadir di peperangan tersebut. “Masruq duduk di atas gajah, diantara dua matanya ada permata merah. Itu orangnya.
Kata Hurmuz, “Baik. Tunggu, kalau dia sudah tinggalkan gajah, beritakan kepada saya.”
Kebiasaan raja-raja dulu, dia naik di kendaraan yang paling kuat, itulah gajah. Kalau ia beserta pasukannya merasa sudah aman dan merasa pasukannya sudah menang, si raja akan pindah ke kendaraan yang sedang, misal: kuda. Kalau merasa lebih aman lagi, dia akan pindah ke kendaraan kerajaannya.

Waktu itu, Masruq punya tiga kendaraan yang siap. Ada gajah yang bisa berperang dan bisa menyelamatkan dia, ini yang paling kuat. Kalau dia merasa aman, dia pindah ke kuda, ini kendraan yang sedang. Kalau dia merasa lebih aman lagi dan merasa pasukannya sudah menang, dia pindah ke Baglah (perkawinan antara keledai dan kuda) yang jalannya sangat lambat dan hanya dipakai oleh raja-raja saja.

Nah, karena Masruq merasa aman, dia pindah ke kuda. Disampaikanlah ke Hurmuz, Hurmuz mengatakan “Biarkan dulu. Tunggu dia pindah ke Baglah”. Begitu Masruq pindah ke Baglah, maka Hurmuz naik ke atas sebuah gunung yang tinggi, jaraknya jauh sekali, kemudian menarik anak panahnya dan memanah ke arah Masruq. Saking kuatnya panahannya, sampai kena permata merah yang ada di antara dua mata Masruq dan tembus ke kepalanya. Masruq, raja Yaman, cucu Abrahah, MATI. Dengan matinya Masruq, maka Yaman jatuh dibawah kekuasaan Faris. Dan akhirnya, keluarlah kekuatan Ethopia (Nasrani) dari Yaman.

Pada saat itu, Yaman jadi berkecamuk karena sudah ada 3 agama; Yahudi, Nasrani dan orang-orang Faris yang tidak punya Tuhan (Atheis). Setelah Hurmuz berhasil masuk ke Yaman, ternyata Saif bin Dzi Yazin juga tidak diberi kerajaan. Akhirnya tetaplah Yaman dikuasai oleh Kisrah dan Kisrah menjadikan Hurmuz yang tadinya pimpinan perang sebagai raja.

Setelah Hurmuz meninggal, kerajaan terus berlanjut sampai datang Murzuban (pemimpin pengganti), kemudian berlanjut lagi kerajaan di Yaman, sampai datang lagi anaknya Tujuban dan terakhir, Kisrah menunjuk Bazan untuk memimpin kerajaan Yaman. Bazan ini punya kisah sendiri.

Kisah Bazan
Bazan menjadi raja di Yaman tapi dia gubernur dari Kisrah. Di zaman Bazan inilah nabi shallallaahu 'alaihi wasallam diutus menjadi nabi. Empat puluh tahun umur Nabi shallallaahu 'alaihi wasallam di Mekkah, bersamaan dengan itu, Yaman dipimpin oleh Bazan. Bazan ini siapa? Tangan kanannya Kisrah di Yaman.

Waktu Nabi shallallaahu 'alaihi wasallam diutus menjadi nabi, yang paling pertama dilakukan adalah mendakwahi masyarakat Mekkah dan mengirim surat-surat ke raja-raja (Romawi, Najasyi dan juga termasuk Kisrah).

Ketika surat tiba di tangan Kisrah (di Rusia) kemudian dibaca, “Dari Muhammad, utusan Allah (Rasulullah) mengajak raja Kisrah untuk beriman kepada Allah dan meyakini dia sebagai Nabi”. Kisrah ini pernah dengar Mekkah, jauh, kota kecil di Jazirah Arab, mengajak dia (raja Kisrah) untuk tunduk. Apa yang terjadi? Kisrah dengan kesombongannya mengambil surat nabi shallallaahu 'alaihi wasallam kemudian merobek. Ketika Nabi shallallaahu 'alaihi wasallam mendengar bahwa Kisrah merobek suratnya, nabi shallallaahu 'alaihi wasallam berkata “Dia berani merobek surat panggilan dakwah saya, maka Allah akan merobek kerajaannya”.

Kisrah tetap penasaran dengan nabi shallallaahu 'alaihi wasallam, siapa dia, dari kota kecil Mekkah, padang pasir tidak ada apa-apa, kemudian keluar seseorang dan meminta Kisrah untuk tunduk. Tapi Kisrah tetap tidak mau. Padahal nabi shallallaahu 'alaihi wasallam tidak meminta tunduk, beliau hanya meminta Kisrah beriman kepada Allah dan kerajaannya tetap, tidak akan diganggu.

Kemudian yang terjadi selanjutnya, Kisrah mengirim surat ke Bazan, tangan kanannya di Yaman. “Wahai Bazan, saya dengar dari Mekkah ada orang yang mengirim surat kepada saya, begini begini begini, coba kamu liat orang itu, apa ceritanya”. Bazan baca dan dengar Mekkah, dalam pikirannya Mekkah sebuah kota yang kecil, untuk apa mengutus pasukan kesana. Akhirnya Bazan hanya mengutus dua orang saja dari pimpinan pasukannya menuju ke Mekkah bertemu dengan nabi shallallaahu 'alaihi wasallam.

Pergilah dua orang ini bertemu dengan nabi shallallaahu 'alaihi wasallam, lalu keduanya dengan sombong mengatakan, “Hai Muhammad, sebaiknya kamu ikut saja dengan kami, tidak usah buat masalah. Kami akan bawa kamu ke Kisrah. Kisrah minta agar didatangkan”.
Kata Nabi shallallaahu 'alaihi wasallam, “Saya tidak perlu ikut. Saya hanya sekedar menyampaikan bahwasanya Tuhan kita dan tuhan semua ini adalah Allah dan saya adalah utusanNya. Tetap kerajaan kalian dalam kondisinya”.
Mereka tetap tidak mau.
Kata Nabi shallallaahu 'alaihi wasallam, “Bagaimana kalau saya beritakan kepada kalian bahwasanya Allah, tuhan saya, sudah membunuh Kisrah malam ini”.
Mereka bilang, “Dari mana kau bisa tau itu? Kok bisa malam ini kau pastikan Kisrah mati”.
Nabi shallallaahu 'alaihi wasallam bilang, “Iya. Malam ini Allah telah mematikan Kisrah dan itu datang kepada saya melalui wahyu”.

Memang waktu itu, malamnya, Allah ‘azza wa jalla mematikan Kisrah, karena dia merobek surat nabi shallallaahu 'alaihi wasallam.

Pulanglah dua orang ini ke Yaman, bertemu dengan Bazan. “Hai Bazan, Muhammad tidak mau ikut, tapi dia bilang bahwasanya Kisrah sudah dibunuh oleh Allah, tuhannya.”
Waktu itu, mereka seperti menuhankan Kisrah. Jadi kalau Kisrah mati, itu berarti luar biasa, apalagi ada yang mengaku dibunuh oleh Tuhannya (nabi shallallaahu 'alaihi wasallam mengatakan ini supaya mereka beriman).
Bazan bilang, “Kalau begitu kita tunggu. Saya juga sudah lama dengar cerita tentang nabi-nabi bahwa mereka punya kelebihan. Kalau yang diinfokan oleh Muhammad dari Mekkah benar, berarti dia Nabi.
Di zaman itu, berita untuk sampai dari istana pusatnya Kisrah ke Yaman saja, itu butuh dua bulan.

Ternyata betul. Dua bulan kemudian, datanglah berita bahwasanya Kisrah terbunuh pada malam dimana Rasulullah mengatakan hal tersebut. Maka apa yang terjadi? Bazan dan semua pengikutnya masuk Islam.

Ini yang banyak tidak diketahui oleh orang-orang, bahwa ternyata di zaman Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam ada kerajaan Islam, itu di Yaman. Dan nabi shallallaahu 'alaihi wasallam tetap mengakui kerajaannya, nabi tidak pernah meminta bantuan apa-apa, dibiarkan saja, yang penting sudah beriman. Dan ulama mengkategorikan Bazan adalah salah satu dari Tabi’in yang masyhur, yang tadinya dia adalah gubernurnya Kisrah yang ada di Yaman. Setelah Bazan meninggal, maka datang anaknya bernama Syihr yang juga memimpin di Yaman, dan sama masuk Islam juga, dan nabi shallallaahu 'alaihi wasallam juga mengakui kerajaannya.

Sampai akhirnya, muncul seseorang dari Yaman, dari kepala suku Arab Asli Yaman, bernama Al Aswad Al Umsi. Di zaman nabi shallallaahu 'alaihi wasallam, ia mengaku sebagai nabi. Dia membentuk pasukan dari asli orang Yaman, berperang melawan Syihr (anaknya Bazan) kemudian berhasil menang dan akhirnya dia mengaku sebagai Nabi.

Kurang lebih seperti ini yang kita bahas tentang bagaimana kisah masuknya Yahudi ke Jazirah Arab, bagaimana Nasrani, dan bagaimana Yaman masuk ke wilayah Kisrah (kerajaan Faris) serta bagaimana akhirnya jatuh dan masuk ke dalam agama Islam, dan itu di zaman nabi shallallaahu 'alaihi wasallam. Pembahasan Jazirah Arab selesai.

Selanjutnya kita akan bahas lebih mendalam ke masalah Mekkah dan akan lebih banyak fokus ke kelahirannya nabi shallallaahu 'alaihi wasallam. Tapi sebelumnya ada beberapa kisah yang perlu disampaikan. Diantaranya kisah tentang Qushay bin Kilab, salah satu kakek nabi shallallaahu 'alaihi wasallam jauh sebelum Abdul Mutthalib.


(Sumber: ditranskrip dari ceramah Ust. Dr. Khalid Basalamah hafidzahullaah)
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar