Sabtu, 13 Februari 2016

SIRAH NABAWIYAH (12)

KISAH MASUKNYA AGAMA YAHUDI DAN NASRANI DI JAZIRAH ARAB

Dalam kondisi kacau di Yaman, stabilitas ekonominya tidak stabil dan terganggu dengan adanya perang saudara tadi, maka muncullah satu orang perampok di negeri Yaman. Dia punya pasukan-pasukan tapi dia suka merampas hartanya orang, menawan musafir di jalanan, intinya perampok. Dia melihat kondisi stabilitas politik di Yaman lagi kacau, maka dia membentuk pasukannya kemudian dia langsung menyerang dan akhirnya merebut istana.

Orang ini bernama Hunai’ah Dzii Syanaatiq, seorang perampok, datang, merebut kekuasaan di Yaman dalam kondisi stabilitas politik lagi kacau.

Akhirnya, tiba-tiba dia menjadi pemimpin/raja di Yaman, tapi dia orangnya terkenal fajir, orang yang sangat jahat, dzolim, suka foya-foya, minum khamr, memperkosa banyak perempuan, berbuat banyak kekacauan. Dalam kondisi tersebut, banyak masyarakat yang tidak menyenanginya, dan akhirnya sampai muncul salah satu daripada anak Tabban As'ad, saudaranya Hassan sama Amr, salah satu yang terkenal bernama Dzu An-Nuwas (ini digaris bawahi, nama ini penting, nama-nama sebelumnya berkisar lintas dalam buku sejarah, tapi Dzu Nuwas punya pengaruh). Siapa Dzu Nuwas ini? Adiknya Amr dan Hassan, anaknya Tabban As'ad.

Waktu itu, Hunai’ah Dzii Syanatiq merebut kekuasaan Yaman dengan cara paksa, setelah beberapa bulan berjalan, Dzu Nuwas datang dan karena masyarakat juga mendukungnya, dan Yaman memang dalam kondisi tidak stabil, maka dia masuk ke istana kerajaan Yaman (yang sebelumnya direbut oleh Hunai’ah Dzii Syanaatiq) kemudian dia membunuh Hunai’ah. Setelah Hunai’ah terbunuh, pasukannya semua tertawan, maka akhirnya Yaman kembali kepada anak-anak Tabban As'ad, tepatnya di tangan Dzu Nuwas. Ini kisah keadaan Yaman dan agama Yahudi di Yaman.

Bagaimana agama Nasrani masuk ke Jazirah Arab dan bagaimana nanti ada hubungannya antara masuknya Nasrani dengan Yahudi dan adanya bentrok di antara mereka di Jazirah Arab. Ini nanti akan disebutkan, ada riwayat yang panjang dalam riwayat Bukhari tentang kisah Ghulam, kisah seorang anak yang masih muda dan sholeh, itu berhubungan dengan raja Dzu Nuwas.

Perlu diketahui satu poin dulu, Dzu Nuwas ini anak Tabban As'ad, itu beragama Yahudi. Tapi dia bukan orang yang patuh dan bukan orang yang paham tentang isi Taurat. Hanya seperti umumnya kita, ada muslimin yang lahir dalam keadaan Islam, kalau orang sholat dia sholat, kalau tidak ya tidak, jadi umum saja.

Kita sekarang masuk ke agama Nasrani. Ada seorang pendeta Nasrani bernama Fimyun. Fimyun ini seorang pendeta yang keluar dari negeri Syam (sekarang Libanon, Syiria, Palestin dan Yordania. Ke atas (lihat peta), Turki, sampai ke wilayah Eropa terkenal dengan kerajaan Romawiyah yang beragama Nasrani). Ada satu pendeta yang keluar dari sana niatnya mau mendakwahkan agama nasrani (walaupun sebenarnya mereka tidak punya kewajiban mendakwahkan agama Nasrani). Dia keluar menuju ke arah Afrika (***kalau dilihat Jazirah Arab di peta, kotak gambarnya, itu adanya di Asia. Negeri Syam juga nanti masuk di wilayah Asia. Atas sedikit, Turki setengahnya masuk Asia setengahnya lagi Eropa. Di bawah, di sebelah baratnya, ada Afrika. Jazirah Afrika atau kepulauan Afrika (benua Afrika) ini sangat besar. Mungkin Afrika sebesar dengan Asia***).

Waktu itu, Fimyun datang dari Asia (dari Syam) menuju ke Afrika. Di Afrika, waktu dia lagi dalam perjalanan, ada perampok yang datang kemudian menyerang kafilah mereka sampai akhirnya Fimyun ini menjadi tawanan, direbut dan diperjual belikan di pasar. Akhirnya dia menjadi salah satu budak yang diperjualbelikan. Disebutkan dalam sejarah, orangnya sangat suka ibadah malam, sangat ‘alim (pada saat itu yang benar adalah agama Nasrani, karena memang mereka beriman pada nabi Isa yang belum ada nabi setelahnya, belum datang nabi Muhammad shallallaahu 'alaihi wasallam).

Fimyun ini terkenal karena ahli ibadah, ia punya karomat, ada hal-hal yang Allah berikan kelebihan kepadanya. Satu hari, pernah, tuannya datang dan masuk ke kamarnya kemudian ditemukan di atas kepalanya ada seperti cahaya yang terang.
Lalu tuannya bertanya, “Agama apa yang kau anut ini, hai Fimyun?”
Fimyun mengatakan, “Saya agama Nasrani.” Diceritakanlah apa itu Nasrani, seperti ini, seperti itu, Allah itu apa, Isa itu siapa dan seterusnya.

Tapi tuannya ragu. Kemudian berkatalah si Fimyun, “Bagaimana tuanku, untuk meyakinkan Anda bahwasanya Tuhan saya benar, Allah itu benar dan ada, yang menciptakan langit dan bumi.”
Tuannya bilang, “Saya gak tau”.
“Baik. Mana Tuhan Anda?
Tuannya bilang, “Itu pohon yang besar. Semuanya orang tiap hari menyembah kesitu”. (Waktu itu kebetulan di wilayah Afrika, tepatnya ada wilayah namanya Najran. Disitu dulu orang menyembah pohon besar).

Lalu kata Fimyun, “Bagaimana kalau seandainya Tuhan saya, Allah, menghancurkan Tuhan Anda, apakah Anda akan beriman dengan Tuhan saya?
Kata tuannya, “Tentu saja. Kalau Tuhanmu mengalahkan Tuhan saya, saya akan beriman kepada Tuhanmu”.
Akhirnya Fimyun mengatakan, “Kalau begitu, coba kumpulkan semuanya orang (seluruh masyarakat Najran, sebagian besar wilayah Afrika) lalu berkumpul di pohon tersebut. Saya akan meminta kepada tuhan saya, Allah, menghancurkan tuhan kalian”.

Maka, tuannya pun mengumpulkan seluruh masyarakat pada saat itu. Kemudian Fimyun terus berdoa kepada Allah ‘azza wa jalla agar Allah membuktikan kebenarannya, sampai Allah menurunkan petir dari langit yang akhirnya menghantam pohon besar tersebut sampai hangus (disebutkan dalam beberapa buku sejarah, pohon tersebut sangat besar, diameternya sangat besar, sehingga memang orang-orang yang mendekatinya menganggapnya sangat agung). Karena masalah ini, akhirnya satu wilayah Najran (wilayah besar di Afrika) masuk agama Nasrani. Ini wilayah Afrika.

Lalu bagaimana agama Nasrani masuk ke Jazirah Arab?
Berkembanglah agama Nasrani di wilayah Najran, yang tadinya mereka menyembah pohon. Ada beberapa orang yang sudah paham agama Nasrani di daerah Najran ini keluar lagi, ingin berdakwah. Mereka masuk ke wilayah Jazirah Arab, tepatnya mereka masuk wilayah Yaman (***Jadi kalau kita lihat Afrika (di peta) di pinggirannya itu ada Mesir. Kemudian turun, ada Ethopia dst. Nah, ini dulu wilayah Najran. Afrika ini kalau kita lihat batasnya dengan jazirah Arab Cuma laut merah, tempat Fir’aun ditenggelamkan oleh Allah ‘azza wa jalla. Menyeberang saja laut merah, mereka sudah sampai ke Yaman***).

Ada pendeta Nasrani yang bernama Abdullah bin Samir. Dia menyeberang ke negeri Yaman untuk menyebarkan agama Nasrani. Waktu itu, Yaman rajanya adalah Dzu Nuwas (tadi yang dibahas). Dzu Nuwas ini beragama Yahudi. Abdullah bin Samir ini mencoba berdakwah disana, tapi ditolak. Dan raja Dzu Nuwas akhirnya menyerang dia. Sampai akhirnya Abdullah bin Samir ini sembunyi dalam sebuah gua.

Raja Dzu Nuwas, raja Yaman tadi yang beragama Yahudi, dia tidak terlalu dekat dengan agamanya dan dia lebih percaya dengan penyihir dan dukun. Ada seorang penyihirnya, sangat kuat di Yaman, dan itu yang membuat raja Dzu Nuwas disegani. Masyarakat Yaman walaupun beragama Yahudi, mereka tidak menjalankan Taurat, mereka lebih banyak juga percaya dengan dukun dan peramal, terutama penyihirnya si raja Dzu Nuwas ini. Kalau sudah mulai ada masyarakatnya yang mau memberontak, maka langsung penyihirnya yang turun tangan.

Penyihir ini sudah tua. Suatu hari dia bilang ke Raja Nuwas, “Coba buat sayembara agar ada anak-anak muda di Yaman, yang cerdas dan pintar, yang saya didik nanti, saya ajarkan ilmu sihir, yang kalau saya mati, bisa jadi pengganti saya dan bisa menjadi penyihir buat Anda.”
Raja Dzu Nuwas setuju, “Baik kalau begitu”.

Dikumpulkanlah semua anak-anak muda. Pada saat semuanya berkumpul, ada satu anak muda yang terkenal dengan kepintarannya, lolos dalam tes dan akhirnya mulai belajar sihir dengan penyihirnya raja Dzu Nuwas. Antara rumah dia dengan penyihirnya Dzu Nuwas itu jauh, melewati gunung, itu tiap hari dilewati. Setiap kali dia lewat ke gunung itu, dia melewati gua dimana pendeta Nasrani, Abdullah bin Samir, ada. Setiap kali dia lewat, dia mampir. Dia dengar ada orang, ngobrol, kenalan sama Abdullah bin Samir, mulai juga dia belajar isi Injil. Maka anak muda ini mempelajari Injil dan juga belajar Sihir. Terus begitu, berjalan, sampai akhirnya ilmunya tentang Injil sangat tinggi dan ilmunya dengan sihir juga sangat tinggi. Maka dia bingung, yang mana dia harus ikuti. Dalam riwayat Bukhori, disebutkan kisah masyhur yang sangat panjang (mungkin haditsnya 3 lembar) tentang kisah Ghulam, anak yang sholeh ini.

Suatu waktu dia pulang dari tempatnya penyihir ini, dia lewat di tempatnya Abdullah Samir, setelah pamit, dia pulang. Waktu dia pulang ke kota yang adanya raja Dzu Nuwas tadi, di tengah jalan ada seekor Daabbah. Daabbah itu hewan yang besar (sebagian atsar mengatakan gajah, mungkin badak, pokoknya hewan yang besar). Hewan itu mengamuk, mengganggu jalannya orang (orang dulu lereng-lereng saja jalanannya/jalanan-jalanan kecil, gak sama sekarang banyak jalanan). Maka anak ini mengambil batu kecil dan mengatakan, “Hari ini saya akan buktikan, ilmunya penyihir yang benar atau beriman kepada Allah (ilmunya Abdullah bin Samir)”. Dia ambil batu dan mengatakan, “Dengan namaMu ya Allah, aku melempar ini. Kalau benar, maka tentu matikanlah hewan ini”. Dilemparlah dengan mengatakan “Bismillah” ke hewan tersebut. Dengan batu sangat kecil, gajah/hewan besar tadi jatuh dan mati.

Masyarakat yang ada di sekitar situ, taunya anak muda ini adalah muridnya penyihirnya raja Dzu Nuwas. Mereka mengatakan, “Sungguh, ilmu sihirnya anak ini sudah sangat luar biasa”. Anak muda itu mengatakan, “Bukan. Saya malah telah kufur dengan apa yang diajarkan oleh penyihir. Dan saya beriman kepada tuhan Allah, tuhan alam semesta. Yang telah mematikan hewan tadi adalah Allah. Saya menyebutkan “Bismillah”, maka matilah”. Mulai hari itu, anak muda tadi berubah, tadinya setengah-setengah, berubah murni menjadi da’i di jalan Allah subhanahu wata'ala.

Dalam riwayat Bukhari diceritakan bagaimana dia terus berdakwah di masyarakat Yaman waktu itu dan cukup banyak orang yang akhirnya beriman dengan agama Nasrani di tangan anak muda ini, sampai di dengar oleh raja Dzu Nuwas. Raja Dzu Nuwas marah. Kemudian dipanggillah penyihir tua tadi, mereka kumpul di istana, lalu didatangkanlah anak muda ini dan ditanya,
“Hai anak muda, kamu kan saya utus untuk belajar dengan penyihir ini. Kenapa kok tiba-tiba sekarang kau membawa ajaran baru.”
Anak muda itu mengatakan, “Saya sudah membuktikan kebenarannya.”
Lalu penyihir itu coba menakut-nakuti dia (anak muda) waktu itu, menunjukkan dirinya menjadi ular yang besar dan seterusnya, tapi tidak berhasil menakut-nakuti anak muda ini. Dan akhirnya ilmunya penyihir itu tidak bisa mempan.

Ada satu menterinya raja Dzu Nuwas ini, buta matanya. Anak muda ini, rupanya, Allah beri karomah/kelebihan. Apa kelebihannya? Dia bisa menyembuhkan orang sakit. Maka menteri itu datang dan mengatakan, “Hai anak muda, saya dengar, engkau bisa menyembuhkan orang sakit. Mata saya sudah lama buta.” Kata anak muda itu, “Bukan saya yang menyembuhkan, tapi Allah. Kalau Anda yakin kepada Allah, saya akan berdoa, Allah akan sembuhkan matanya”. Dia bilang, “Baiklah, saya yakin, saya beriman”. Lalu berdo’alah anak muda tersebut sampai akhirnya matanya menteri Dzu Nuwas sembuh. Waktu sembuh, dia beriman. Dan dia langsung ke istana Dzu Nuwas menceritakan, “Anak muda itu begini, begini, begini dan betul, setelah saya beriman, mata saya sembuh”. Malah, menteri itu (yang beriman tadi) dibunuh oleh Dzu Nuwas.

Keesokan harinya, Dzu Nuwas memanggil anak muda tersebut, datang ke istana lalu didatangkan beberapa pasukannya dan dikatakan, “Bawa anak muda ini ke tengah lautan kemudian ikat dia di batang pohon dan tenggelamkan di tengah lautan. Jangan kalian tinggalkan kecuali dia sudah ditenggelamkan.”

Dibawalah anak muda tersebut, tiba di tengah lautan, lalu anak muda ini mendakwahi mereka (pengawal-pengawal raja), “Berimanlah kalian kepada Allah.. Allah mampu membalikkan semua kejadian ini menjadi kejadian yang tidak bisa kalian bayangkan”.
“Ah, kami tidak mau yakin. Kami tetap yakin kepada raja Dzu Nuwas, dan seterusnya.”

Maka apa yang terjadi? Anak muda ini berdo’a, dalam riwayat Bukhori dikatakan, “Ya Allah, saya menyerahkan urusan mereka kepadamu”. Tiba-tiba saja Allah mendatangkan ombak yang besar kemudian menghantam kapal tersebut. Semuanya tenggelam kecuali anak muda ini.

Lalu anak muda ini kembali lagi. Dia sampai di pinggiran lautan kemudian dia kembali ke istananya raja Dzu Nuwas. Raja Dzu Nuwas kaget. Ditanya, “Mana pasukan saya?”.
Kata anak muda itu, “Allah sudah hancurkan”.

Raja Dzu Nuwas belum yakin. Dipanggil lagi pasukan yang lebih besar, banyak, mengawal anak muda ini. Dikatakan “Bawa anak muda ini ke gunung yang tertinggi di Yaman, kemudian lempar dari atas. Pastikan dia mati.” Dikawallah dengan pasukan tersebut pergi ke atas gunung. Di tengah jalan, anak muda ini berdakwah juga. “Kalian, jangan sampai terjadi hal-hal yang tidak kalian inginkan. Allah bisa menghancurkan kalian. Berimanlah kepadanya...”. Didakwahi tapi mereka tidak mau yakin. Lalu anak muda ini berdo’a lagi. Sama. “Ya Allah, aku serahkan urusan mereka kepadamu”. Lalu, Allah datangkan angin yang sangat besar menghantam semua pasukan-pasukan tersebut, tidak tertinggal satupun kecuali anak muda ini yang selamat.

Anak muda ini kembali lagi ke istana. Raja Dzu Nuwas lihat lagi anak muda itu muncul. Ditanya, “Mana pasukan saya?”.
Kata anak muda itu, “Allah sudah hancurkan”.
Sampai raja Dzu Nuwas ketakutan. Lalu berkatalah anak muda ini, “Kalau engkau ingin membunuhku, hai raja Dzu Nuwas, maka satu-satunya cara adalah..........

Bersambung...

(Sumber: ditranskrip dari ceramah Ust. Dr. Khalid Basalamah hafidzahullaah)

#sirahnabawiyah

3 komentar:

  1. Agama Nasrani yang disebarkan Fimyun di Najran itu agama Nasrani yang memang menyembah Allah, atau agama Nasrani yang menuhankan nabi Isa?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saat itu nabi Muhammad belum ada, jadi nasrani dan yahudi saat itu masih muslim. Jadi fimyun saat itu menyembah Allah bukan nabi Isa.

      Hapus