KISAH MASUKNYA AGAMA YAHUDI DAN NASRANI DI JAZIRAH ARAB
Sampai raja Dzu Nuwas ketakutan. Lalu berkatalah anak muda ini, “Kalau
engkau ingin membunuhku, hai raja Dzu Nuwas, maka satu-satunya cara
adalah engkau memanah diriku dengan anak panahku ini dengan mengucapkan
‘Bismillaahi Robbul Ghulam’ (Dengan nama Allah, tuhannya anak muda ini).
Baru saya bisa mati. Tapi syaratnya, engkau harus mengumpulkan seluruh
masyarakat Yaman di sebuah lapangan yang luas kemudian engkau lakukan
apa yang saya bilang, baru engkau bisa membunuhku.”
Dzu Nuwas karena waktu itu penasaran, “Baik kalau begitu, saya akan lakukan”. Dia tidak berpikir efeknya.
Dikumpulkanlah seluruh masyarakat Yaman. Diiklankan ‘Raja Dzu Nuwas
akan membunuh anak muda yang tadinya belajar dengan tukang sihirnya’.
Dikumpulkanlah di tengah padang yang sangat luas. Orang semua datang.
Anak muda itu diikat di sebuah batang pohon lalu raja Dzu Nuwas
mengambil anak panah anak muda tersebut lalu mengeraskan suaranya
mengatakan “Bismillaahi Robbul Ghulam” (dengan nama Allah, tuhannya anak
muda ini). Dilepas. Kena anak muda itu lalu mati. Waktu anak muda itu
mati gara-gara ucapan “Bismillaahi Robbul Ghulam”, maka 20.000 dari
jumlah masyarakat Yaman, SEMUA menganut agama Nasrani. Pindah dari agama
Yahudi ke agama Nasrani, karena kasus anak muda tadi ini.
***Tentu ini kisah ummat sebelum kita. Jangan sampai kita sekarang
datang, ambil busur panah, lalu bilang suruh bunuh saya. Bukan. Jadi,
ini kisah sebelum kita, dan semua kisah orang-orang sebelum kita itu
menjadi ibroh/pelajaran saja. Itu adalah pelajaran bagi orang-orang yang
punya pandangan mata. Kisah ashabul kahfi, kisah kaumnya nabi Syu’aib,
nabi Sholeh, nabi Luth dan seterusnya, adalah pelajaran saja. Tidak
perlu repot-repot lagi cari tau ashabul kahfi dimana guanya, bagaimana
mukanya, anjingnya warna apa, dan seterusnya. Seperti sekarang, banyak
orang menyibukkan diri dengan masalah itu. Sampai masalah kejahilan
terjadi, nama-nama ashabul kahfi dikarang-karang, ditempel di rumah,
katanya bisa menyelamatkan rumah dari pencuri, bisa ini bisa itu, ini
banyak sekali ditemukan. Jadi kalau kita temukan ada orang yang mengaku
kiyai atau ustadz apalagi di Indonesia, dukun berkedok seperti itu,
bahasa Arab, gambar pedang, gambar bintang, huruf hijaiyah
dibolak-balik, itu semua tidak benar. Tidak pernah nabi shallallaahu
'alaihi wasallam mengajarkan seperti itu.***
Akhirnya, raja Dzu
Nuwas makin marah. Dia menyuruh pasukannya membuat parit yang sangat
besar kemudian dibakar api sepanjang parit itu. Dan satu persatu dari
20.000 masyarakat Yaman yang beriman kepada Allah subhanahu wata'ala
yang memeluk agama Nasrani, dilemparkan ke api tersebut. Pokoknya kalau
tidak mau kembali ke agama Yahudi, dibakar. Maka satu persatu dibunuh
(di lempar ke parit).
***Dalam riwayat Bukhari yang lain diceritakan, ada tiga anak bayi yang berbicara di buaian.
Yang pertama adalah nabi Isa 'alaihissalaam.
Yang kedua, kisah bayi Juraij. Juraij ini adalah seseorang yang
terkenal ibadahnya. Tapi akhirnya, ada seorang wanita nakal yang hamil
karena berzina dengan satu orang penggembala, tapi dia mengatakan ini
anaknya Juraij. Wanita ini ingin merusak namanya Juraij. Juraij datang,
menekan perut anak bayi tersebut lalu mengatakan “Siapa ayahmu?”, bayi
itu bicara “Ayah saya si penggembala kambing Fulan”. Ini kisah nyata.
Lalu yang ketiga adalah anak bayi yang digendong oleh ibunya di kisah
Ashaabul Ukhdud, kisahnya raja Dzu Nuwas ini. Dari 20.000 orang yang
dibakar tadi, ada satu ibu yang lagi gendong bayinya. Ibu itu ragu
“Lempar gak ya dirinya ke api”. Anak bayi itu lalu bicara dan
mengatakan, “Hai ibuku, jangan kau ragu.”, maksudnya loncat saja ke api
ini. “Sesungguhnya kita sedang menuju ke syurga”. Lalu ibu itu loncat
dengan anaknya.***
Ini kisah nyata dan termasuk kisah yang disebutkan dalam alQur’an (surah Al Buruj : 4-8)
“Binasa dan terlaknatlah orang-orang yang membuat parit”, ingatlah
kisah Ashabul Ukhdud tadi, raja Dzu Nuwas yang bangun parit, ada api.
“Api yang dinyalakan dengan sangat besar.”
“Ketika mereka duduk di sekitarnya”, ingatlah waktu raja Dzu Nuwas
dengan pengawalnya, semuanya duduk dekat api menyaksikan orang yang
dibakar. Ini luar biasa kedzolimannya.
“Sedang mereka menyaksikan apa yang mereka perbuat terhadap orang-orang yang beriman.”
“Dan mereka tidak menyiksa orang-orang mukmin itu melainkan karena
orang-orang mukmin itu beriman kepada Allah yang Maha Perkasa lagi Maha
Terpuji.”
Inilah kisah Ashabul Ukhdud yang disebutkan dalam alQur’an
dan kisah anak muda serta bagaimana masuknya agama Nasrani di Jazirah
Arab.
Berkembanglah kisah lagi. Dari 20.000 orang tadi yang mau
dibakar dalam parit itu, semuanya terbakar mati (ulama sepakat mereka
mati syahid di jalan Allah subhanahu wata'ala) KECUALI satu orang, ada
yang selamat. Ada satu yang sempat selamat dari pembakaran itu. Orang
yang selamat ini bernama Daus Dzi Tsa’laban. Daus Dzi Tsa’laban ini
waktu mau didorong oleh pengawal raja Dzu Nuwas, dia sempat lari dan
dikejar. Sampai akhirnya dia berhasil menyelamatkan diri dengan cara dia
turun ke laut merah, lalu dia berenang semampunya dan tidak bisa lagi
dikejar oleh pengawal raja Dzu Nuwas. Karena dianggap cuma satu orang,
tidak bisa berbuat apa-apa, lalu ditinggalkanlah. Hingga selamatlah Daus
ini.
Apa yang terjadi? Karena dia agama Nasrani, dia pergi minta
tolong kepada Kaisar. Kaisar ini raja Nasrani yang ada di wilayah Rum
(Turki, wilayah Syam ke atas itu semua sampai ke Eropa, itu kerajaan
Romawi, dan Nasrani yang kuat). Dia datang ke sana, dia sampaikan “Kami
agama Nasrani, begini, begini, begini dan dibantai dan seterusnya oleh
Dzu Nuwas yang beragama Yahudi, dan seterusnya”. Maka Kaisar marah waktu
itu. Karena tempatnya jauh, Kaisar berada di wilayah Eropa, maka dia
menulis surat ke Najasyi. Najasyi ini raja Nasrani di Afrika, kerajaan
besar juga. Najasyi ini lebih dekat ke Yaman. Maka diutuslah Daus ini
menuju ke Najasyi, tepatnya di Ethopia (dekat sekali dengan Yaman, cuma
batas dengan laut merah saja).
Waktu sampai berita ke Najasyi,
Najasyi pun marah, “Kok bisa, orang Nasrani karena beriman kepada Allah
dibantai begitu saja, dengan 20.000 orang mati, kecuali satu orang ini
yang selamat”. Maka Najasyi pun mengutus 70.000 pasukan dari Ethopia
menuju ke Yaman, untuk menyerang Yaman. Kita sekarang mulai masuk ke
bentroknya agama ini, bagaimana peperangan yang terjadi di antara
mereka.
Maka Najasyi mengutus pasukan yang jumlahnya 70.000
pasukan dan dipimpin oleh dua orang; yang pertama Iryadh, ini pemimpin
pasukan, Jendralnya. Kemudian wakilnya Iryadh ini bernama Abrahah (orang
yang kita kenal dalam kisah Ashabul Fiil. Pelan-pelan, kita akan masuk
nanti bagaimana kisah sampai ke Abrahah mau menyerang Ka’bah dan cerita
akhirnya hingga Allah hancurkan).
Pasukan ini pun masuk, dan
terjadilah peperangan antara pasukan Iryadh dan Abrahah dengan raja Dzu
Nuwas di Yaman. Peperangan terus terjadi sampai akhirnya, kisah
ringkasnya, dimenangkan oleh kekuatan yang datang dari Ethopia (Iryadh
dan Abrahah menang) dan raja Dzu Nuwas lari, dikejar, hingga raja Dzu
Nuwas berenang di laut merah dan tenggelam. Dengan matinya Dzu Nuwas,
raja Yaman yang beragama Yahudi ini, maka seluruh Yaman jatuh dibawah
kekuasaan Najasyi yang beragama Nasrani.
Sekarang kita masuk ke
wilayah Yaman. Setelah Dzu Nuwas tidak ada, otomatis yang berkuasa
adalah Iryadh, jendral atau pimpinan pasukan tadi dari Najasyi. Dia
berkuasa. Tapi Iryadh ini orangnya dzolim (dalam sejarah dikatakan).
Sampai banyak masyarakat yang tidak suka dengan dia, baik orang Ethopia
sendiri atau orang Yaman. Akhirnya dinasehati tidak mau, diluruskan
tidak mau. Abrahah ini, orangnya sebenarnya baik. Apa yang dia bilang?
“Kalau begitu, kita harus menurunkan si Iryadh ini dari jabatannya
secara paksa. Kalau tidak, dia terus berbuat dzolim.” Didukung oleh
banyak sekali pasukan dari Ethopia, akhirnya terbentuklah dua pasukan
besar dari Najasyi (Ethopia), satu dipimpin oleh Iryadh, satu dipimpin
oleh Abrahah. Tujuannya untuk menurunkan Iryadh dari kepemimpinannya,
karena dia berbuat dzolim. Jadi orang Ethopia saja terganggu, apalagi
orang Yaman yang sedang dikuasai wilayahnya.
Terjadilah pertemuan
dua pasukan besar. Setelah melihat pasukan ini sangat besar, maka
Abrahah mengirim surat kepada Iryadh, “Begini saja, daripada pasukan
Najasyi dari Ethopia ini semuanya berperang, dan kita hancur, akhirnya
Yaman juga lepas dari tangan kita setelah direbut, lebih baik saya dan
kamu duel.” Abrahah mengajak Iryadh untuk duel berdua. Siapa yang
menang, dia yang memimpin. Iryadh setuju. Iryadh ini jauh lebih kuat
daripada Abrahah, sebenarnya.
Terjadilah duel antara Abrahah dan
‘Iryadh. Peperangan sengit terjadi diantara mereka berdua. Karena Iryadh
lebih kuat, hingga akhirnya hidung Abrahah terpotong (makanya Abrahah
yang menyerang Ka’bah dikenal dengan Asyrom [terpotong hidungnya]).
Ketika terpotong hidungnya, ‘Iryadh kira sudah menang. Dia lalai dan
sempat teriak-teriak dengan pasukannya, hingga akhirnya ‘Iryadh ditusuk
oleh Abrahah dan mati. ‘Iryhad mati, otomatis yang memimpin Yaman adalah
Abrahah. Abrahah sekarang kalau dalam sejarah Yaman dikatakan raja
Yaman. Tapi dia sebenarnya adalah gubernur atau utusan daripada Najasyi.
Berkembanglah berita ini sampai ke Ethopia (Najasyi). Najasyi marah,
kok bisa pasukan Ethopia perang dan kok bisa ‘Iryadh dibunuh tanpa dia
tahu. Najasyi bersumpah akan datang menginjakkan telapak kakinya di
Yaman dan akan menggundul rambutnya Abrahah sebagai bentuk penghinaan,
kenapa dia berani membunuh pimpinan pasukannya. Sampai berita ini ke
Abrahah. Abrahah ketakutan karena Najasyi raja yang kuat.
Sebelum Najasyi beranjak dari Ethopia/Habasyah, apa yang terjadi?
Abrahah mengambil sebuah peti, diisi tanah dari Yaman kemudian dia
gundul rambutnya, ditaruh dalam peti itu dan dikirim ke Ethopia beserta
surat kepada raja Najasyi di dalamnya. Kebetulan Najasyi memang belum
keluar dari Ethopia. Isi suratnya adalah “Hai Najasyi, Anda kan sudah
niat mau injakkan kaki ke Yaman, sudah sumpah. Ini tanah Yaman saya
kirim, jadi gak usah kesini. Injak saja tanah ini, selesai. Rambut saya
mau digundul, ini rambut saya, sudah digundul. Dan saya tetap patuh pada
Anda, saya tetap ini, saya tetap ini...” sampai Najasyi tidak jadi ke
Yaman. Karena Najasyi pikir, kalau memang dia tunduk, ya sudah.
Tapi, Abrahah ini berkecamuk dalam dirinya ketakutan, jangan sampai
nanti dia tetap diserang oleh Najasyi. Nah, untuk membuat agar Najasyi
ini ridho, maka dia membangun sebuah gereja besar bernama Qulais.
Abrahah bertanya kepada semua masyarakat Yaman, bagaimana caranya
memanggil orang-orang Jazirah Arab untuk datang dan mereka beribadah ke
gereja ini, agar sampai berita ke Najasyi sehingga Najasyi akhirnya
yakin agama Nasrani tersebar ke Jazirah Arab.
Mereka semua sepakat mengatakan, “Susah untuk memanggil orang Arab ini”.
“Kenapa?”
“Karena orang Arab ini sudah punya rumah yang mereka muliakan”, itu adalah Ka’bah.
Abrahah tidak mengerti, lalu bertanya “Apa itu Ka’bah?”
“Ada rumah disini, kami juga Cuma dengar itu seperti rumahnya Allah.”
“Kok saya tidak pernah dengar. Dimana tempatnya?”
“Di wilayah Mekkah”
“Dimana Mekkah?”, waktu itu banyak orang belum tahu. Di Yaman pun
begitu. Karena Mekkah adalah sebuah kota kecil. Mereka dengar bisa
dilewati, tapi harus dicari.
Ditanya lagi sama Abrahah, “Mereka ngapain di rumah itu?”
“Tawaf, keliling rumah itu 7 kali”.
Abrahah karena penasaran, dia lalu mengirimkan pasukannya, menyebarkan
berita bahwasanya seluruh orang Arab wajib datang. Dia tulis surat,
dikirim kepada semua kepala suku Arab waktu itu di Jazirah Arab, mereka
wajib untuk datang dan tawaf di Qulais. Jadi, mereka harus pindah dari
Ka’bah ke Qulais. Ini ijtihad atau upayanya Abrahah.
Waktu itu, di Mekkah, ada satu kelompok namanya Ahlun Nasi’.
Note : ***Apa itu Nasi’? Allah mengatakan dalam AlQur’an dalam surah At-Taubah (9) ayat 37.
Nasi’ itu perbuatan yang menambah kekufuran mereka. Nasi’ ini artinya
dalam bahasa Arab, secara etimologi/bahasa/lughowiyah itu artinya
at-ta’khir (menerlambatkan). Jadi begini, orang-orang arab itu dari
ajaran nabi Ibrahim 'alaihissalaam dan sampai sekarang juga (ajaran nabi
Muhammad shallallaahu 'alaihi wasallam) itu sama, ada penghormatan
terhadap asyhurul hurum. Apa itu asyhur? Jamak dari kata syahr yang
berarti bulan, asyhur artinya bulan-bulan. Hurum artinya yang
dimuliakan. Asyhurul hurum = bulan-bulan yang dimuliakan.
Kembali ke surah At-Taubah (9) ayat 36, Allah ceritakan tentang asyhurul
hurum itu. Kata Allah subhanahu wata'ala, “Sesungguhnya di sisi Allah
subhanahu wata'ala ada 12 bulan”, itu dari Muharram-Dzulhijjah
(bulan-bulan Hijriyah).
“Yang telah Allah tentukan dari awal
diciptakan langit dan bumi, diantaranya ada empat bulan yang
dimuliakan”. Empat bulan yang dimuliakan ini itu disebutkan dalam sebuah
hadits shohih riwayat imam Ahmad yang berbunyi “Bulan Rajab, yang
berada diantara bulan Djumadil Akhir dan bulan Sya’ban. Dan tiga bulan
berturut-turut; Dzulqa’dah, Dzulhijjah dan Muharram”. Jadi empat bulan
dari bulan-bulan Hijriyah, bulan yang dimuliakan, artinya siapapun
beramal sholeh di empat bulan ini akan dilipatgandakan pahalanya, siapa
yang berbuat dosa maka akan dilipatgandakan hukumannya (sebagaimana
dinukil dalam banyak buku-buku tafsir diantaranya dinukil dari ibnu
Katsir dan beberapa ulama tafsir yang lain pada saat menafsirkan surah
At-Taubah ayat 36). Intinya adalah, ayat ini sedang membahas tentang
bulan-bulan Hijriyah dan ada bulan yang dimuliakan. Empat bulan yang
dimuliakan ini merupakan hukum dalam suhuf (buku-buku) nabi Ibrahim
'alaihissalaam dimana tidak boleh berperang di bulan-bulan itu, karena
dimuliakan.
Salah satu ajaran nabi Ibrahim yang masih bertahan
di zaman orang-orang Quraisy adalah haji (walaupun haji ini sudah
dicampurbaurkan oleh mereka dengan sembah berhala) dan menghormati
bulan-bulan yang dimuliakan ini (mereka tidak boleh perang). Tetapi,
orang-orang Arab dulu, karena mereka masih fanatik dengan kesukuan, maka
mereka hidupnya dari peperangan. Nah, kalau tiba bulan Muharram
misalnya, bulan Muharram termasuk bulan hurum (tidak boleh berperang),
tapi mereka butuh harus perang. Bagaimana caranya untuk menghalalkan?
Mereka buat seperti orang-orang Yahudi. Caranya adalah mereka bentuk
orang-orang yang ditokohkan di Mekkah yang boleh mengambil keputusan,
mutlak mengubah hukum itu. Itu namanya Ahlun Nasi’. Maksudnya bagaimana?
Misalnya pas bulan Muharram mau perang, agar bisa perang di bulan itu,
ahlun Nasi’ bilang “Bulan ini kita ganti namanya, bulan Safar saja.
Muharram nanti bulan depan”. Itulah Ahlun Nasi’.
Makanya Allah
mengatakan, “Sesungguhnya Nasi’ itu (mengubah-ubah nama bulan karena
kebutuhan mau perang), itu menambah kekufuran mereka.” Apa yang terjadi?
Allah katakan, “Itu akan tambah menyesatkan orang-orang kafir di Mekkah
tadi, mereka menghalalkan bulan-bulan Haram itu satu tahun, dan mereka
mengharamkan kembali lagi tahun depannya.” Misalnya, tahun ini Muharram
diganti jadi Safar, mereka boleh perang, tahun depan kembali lagi
Muharram gak apa-apa. Seperti itu mereka lakukan. “Agar mereka bisa
menghalalkan apa yang telah Allah haramkan, lalu mereka akhirnya
menghalalkan apa yang telah Allah haramkan. Syetan telah menghiasi
amal-amal mereka itu, dan Allah tidak pernah memberikan hidayah kepada
orang-orang yang kafir”. Bukan ayat ini bahasan kita. Ini Cuma sekedar
mempertegas. Tapi kita kembali ke masalah Ahlun Nasi’.***
Di
Mekkah ada Ahlun Nasi’. Ahlun Nasi’ ini yang tadinya mereka buruk
(karena mengubah-ubah bulan), tapi mereka punya satu kelebihan. Apa
kelebihannya? Mereka sangat menghormati Ka’bah, luar biasa cintanya,
mereka siap mati untuk Ka’bah.
Nah, sebelum kita masuk ke kisah
bagaimana Ahlun Nasi’ ini dengan Abrahah, ada juga sedikit tambahan
dalam sejarah. Semua peperangan yang terjadi di bulan yang diharamkan
tadi namanya Harbu Fujar, maksudnya peperangan yang diisi dengan
kefajiran/kesalahan. Kan tidak boleh perang, tapi karena mereka ngotot
mau perang, maka dikatakan peperangan yang bermaksiat. Nabi shallallaahu
'alaihi wasallam pernah hadir di salah satu peperangan itu, tapi waktu
itu bukan orang Quraisy yang salah, karena pas tepatnya bulan Muharram
ada pasukan orang Arab yang lain yang datang ke Mekkah mau menyerang,
berarti orang Quraisy dalam kondisi benar waktu itu. Tidak boleh perang
sebenarnya, semua yang menganut agama nabi Ibrahim tidak boleh perang
bulan itu, tapi mereka diserang. Maka Nabi shallallaahu 'alaihi wasallam
ikut membela Mekkah waktu itu, dan beliau mengatakan dalam hadits
shohih “Dulu waktu perang fujar terjadi, saya pernah membantu
paman-paman saya”.
Kembali ke Ahlun Nasi’.
Ahlun Nasi’ ini
waktu dengar ada perintah dari Abrahah, raja Yaman waktu itu, yang
menyuruh seluruh orang Arab pindah tawaf ke Qulais, sementara mereka ini
sangat menghormati Ka’bah, maka Ahlun Nasi’ marah. Apa yang terjadi?
Salah satu dari ahlun Nasi’ datang ke Yaman sendirian, naik kuda, sampai
tiba di Yaman, kemudian dia –‘aazzakumullaah- buang air besar dan buang
air kecil di Qulais. Setelah itu, kotorannya diambil, dikotor-kotori
temboknya. Lalu dia pulang ke Mekkah. Besok paginya, Abrahah dengar,
lihat Qulais dikotori.
“Siapa yang kotori?”
“Ada orang dari Mekkah”
“Mekkah itu dimana?”
“Yang ada Ka’bah.”
“Ka’bah itu apa?”
“Itu tempat tawafnya yang Anda suruh pindah.”
Nah, karena kejadian ini, ABRAHAH BENTUK PASUKAN GAJAH.
Bersambung...
(Sumber: ditranskrip dari ceramah Ust. Dr. Khalid Basalamah hafidzahullaah)
#sirahnabawiyah
Masya Allah barakallahu fiikum untuk ringakasan nya, sangat membantu sekali izin save
BalasHapus